Dela benar-benar bekerja hari ini setelah menjalani beberapa sesi wawancara, dan sekarang ia baru sampai rumah Alvano pada malam hari. Pekerjaannya ternyata sudah sangat menumpuk akibat orang yang sebelum dirinya bekerja itu resign lumayan lama. Jadi malammalam begini ia baru bisa pulang. Ketika turun dari taxi Dela sudah gugup lebih dulu. Takut sangat menguasai hatinya. Ia takut saat Alvano marah, membayangkan tatapan tajam dan dinginya itu. Ah sudahlah, kenapa Alvano harus menjadi suaminya.
"Eh non Dela baru pulang.. silahkan masuk non." ucap pak Ujang, satpam rumah Alvano yang sudah Dela kenal itu.
Dela hanya tersenyum ramah sebelum akhirnya pamit untuk masuk kedalam rumah. Kakinya bergetar ketika membuka pintu utama rumah megah dan mewah itu. Ketika sedang menutup pintunya Dela merasakan hawa dingin dan mencengkram yang ada diruangan itu seakan menusuk bagai hembusan angin kencang. Dela lantas berjalan kearah kamarnya, tapi baru saja memegang knop pintu ia mendengar dehaman seseorang, membuat Dela menoleh kebelakang dan matanya langsung menemukan wajah dingin Alvano yang sedang berdiri tak jauh dari nya diundukan anak tangga terakhir.
"Berapa harga permalamnya?" satu pertanyaan itu lolos dari bibir tipis Alvano, sedangkan Dela mengerutkan keningnya bingung kala mendengar pertanyaan Alvano.
"Maksud kamu?" bingung Dela.
Alvano melangkah kearahnya seraya tertawa keras dan bertepuk tangan. Itu bukan tertawa bahagia ataupun sedih. Ntahlah tawanya tak bisa Dela artikan, yang pasti sedikit seram.
"Kemarin tidak pulang, dan sekarang pulang larut malam. Berapa harga tubuh kamu permalamnya? Saya ingin tau." jelas Alvano membuat Dela seketika membulatkan matanya.
"Saya bukan wanita seperti itu.“ ketus Dela yang rasanya ingin sekali menangis karena dipandang sebagai wanita malam.
"Lalu jika bukan wanita seperti itu, kamu pantas disebut wanita seperti apa? Oh yah.. saya tau. Kamu itu wanita simpanan om-om hidung belang diluaran sana, betul bukan?"
Dela menarik nafasnya dalamdalam, sebenarnya ia sudah geram ingin menampar Alvano bahkan jika bisa rasanya Dela ingin sekali merobek mulutnya itu.
Tapi tanganya kaku seolah tidak bisa digerakkan akibat tatapan menghunus dari Alvano. Tatapan tajam akan kebencian itu membuat Dela takut untuk membela dirinya sendiri.
"Terserah kamu mau menganggap saya seperti apa, yangjelas semua pikiran kotor kamu tentang saya itu tidak benar. Dan satu lagi, saya memang rendah dimata kamu, tapi jika itu pasir pasti akan terlihat siapa yang rendah disini. Kamu, saya atau kekasih kamu?"jelas Dela menatap manik biru Alvano dengan penuh keberaniannya.
Plakkkll
Satu tamparan mendarat di pipi mulus Dela yang sekarang sudah berlinang air mata. la sungguh membenci wanita yang berstatus istrinya itu. Alvano tau arti ucapan Dela tadi. Dia sangat mengerti, mengerti sekali ucapan yang memang benar adanya itu.
"Jaga ucapan kamu jika berbicara dengan saya. Saya sudah pernah peringatkan, saya akan berbuat lebih menyakitkanjika kamu macam-macam dengan saya. Apalagi sampai membawa-bawa kekasih saya." jelas Alvano geram menatap Dela yang sedang memegangi pipi bekas tamparannya tadi.
Dela terkekeh pelan sambil mencekal sudut bibirnya yang sedikit perih dan mungkin terluka. la membuat Alvano tersulut emosi akan ucapannya tadi. Apa yang Dela ucapkan tadi adalah sindiran. Jika Alvano lebih rendah darinya. Pasalnya ia terkadang tak sengaja melihat Alvano dan Angel berciuman. Terkadang tidur bersama dirumah Alvano ini, membuat Dela tidak bisa berfikir jernih terhadap Alvano apalagi Bianca. Menurut Dela itu adalah pacaran tidak sehat. Sangat rendah dan tak punya harga diri.
"Kenapa? Kamu ngerasa kesindir dengan ucapan saya?" ucap Dela masih dengan kekehannya, mungkin kali ini ia harus berani.
Alvano hanya diam menatap dingin tanpa ekspresi kepada Dela yang tengah menghapus air matanya itu.
"Ucapan saya benar bukan? Kalau begitu saya masuk kedalam dulu tuan Alvano Putra Marghenta.. saya lelah habis melayani beberapa pria malam ini." ujar Dela melesat pergi meninggalkan Alvano yang menggeram menahan amarah.
®®®®
Paginya Dela bangun dengan kepala yang sedikit pusing dan juga sudut birbirnya yang masih sedikit memerah. Ia meringis kala mengingat tangan kekar Alvano yang dengan kejinya menampar wajahnya. Seharusnya Dela lah yang menampar Alvano, kenapa jadi Alvano yang menamparnya? Sungguh, semalaman Dela menggerutu kesal karena dirinya tak berani menampar Alvano.
Dengan pakaian rapi seperti bisanya orang kantoran pakai, Dela sedikit memoles wajahnya, agar luka disudut bibirnya tertutup.
la berjalan keluar kamar menuju kearah dapur dimana disana terdapat Indah dan Mbok Ijah yang sedang bekerja.
"Pagi Indah, Mbok Ijah.." sapa Dela seraya tersenyum semanis mungkin.
"Pagijuga mbak Dela.." sapa Intan.
"Pagi non.." sapa Mbok Ijah.
Mbok Ijah maupun Intan menatap bingung kearah Dela yang sudah berpakaian rapih itu.
"Non mau kemana pagi-pagi begini?" tanya Mbok Ijah yang diangguki oleh Intan.
"Iya, mbak tumben banget udah rapi pagi-pagi.. mau pergi yah?" kali ini Intan yang bertanya.
"Dela mau kerja dong Mbok, Intan." jawab Dela meembuat keduanya mengangguk mengerti.
"Terus kemarin mbak pergi kemana sampe gapulang?" tanya Intan ikut duduk disamping Delayang sedang duduk dimeja makan.
"Mbak semalam nginap di rumah bunda."
Jawab Dela seraya memakan roti lapis yang baru saja dibuatnya.
"Intan takut mbak kenapa-kenapa waktu mbak pergi gitu aja, apalagi sampe gapulang." jelas Intan membuat Dela tersenyum.
Dela sudah menganggap Intan seperti adiknya sendiri. Dela anak tunggal,jadi baru kali ini Dela merasa seperti apa diperhatikan oleh adik kepada kakaknya.
"Mbak gapapa kok.." jawab Dela seraya mencubit gemas pipi bapau Intan.
"Yaudah kalau gitu Dela pamit dulu mbok, Intan." pamit Dela seraya menyalami Mbok Ijah sebelum akhirnya melesat pergi.
Dela bernafas lega karna pagi ini ia tak melihat Alvano. Tapi hatinya masih penasaran dimana Alvano berada. Apa Alvano masih terlelap? Tapi ini sudah hampirjam kantor, atau jangan-jangan Alvano sudah berangkat lebih dulu dibandingkan dirinya? Tidak mau dibuat penasaran Dela lebih baik bertanya kepada Pak Ujang , satpam rumah Alvano.
"Pagi pak Ujang.." sapa Dela selalu dengan senyuman manisnya.
"Pagi juga non Dela.." balas pak Ujang menatap heran pada Dela.
"Non Dela pagi-pagi gini mau kemana? Sudah cantik dan rapih.." heran pak Ujang.
"Saya sekarang kerja pak." jawab Dela yang hanya diangguki mengerti oleh pak Ujang.
"Oiyah, bapak liat Alvano nggak pagi ini? Atau jangan-jangan dia udah berangkat kerja?" tanya Dela membuat pak Ujang seketika tersenyum jahil.
"Non Dela kangen yah sama den Alvano?" goda pak Ujang yang membuat Dela berdecak kesal.
"Dela cuma nanya doang pak, bukan kangen. Kalau bapak gamau jawabjuga gapapa, Dela pamit kerja dulu." ujar Dela hendak pergi namun ditahan lebih dulu oleh pak Ujang.
"Eh.. sebenarnya Den Alvano sudah pergi sejak malem, katanya beliau harus terbang ke Pranciss untuk mengurus masalah yang ada disalah satu perusahaannya disana selama beberapa minggu." jelas pak Ujang membuat Dela mengangguk mengerti dan sangat puas akan jawabannya.
Setelah itu Dela kembali berpamitan sebelum akhirnya melesat pergi kekantor baru nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
YuliaBilqis
Awas Vano tar ngyesel lho pernah jasar sama Dela 😤😤
2021-06-20
0
Rupink Chiabella
apa jangan2 Dela kerja di kantor nya alvano🤔🤔
2021-03-01
0
Dewi Bernika Siregar
kalau saya jd dela saya tinggalin aja si alvaro itu😂😂
2021-02-28
0