"Masuk."
Dela segera memasuki ruangan Alvano ketika mendengar suara perintah dari pemilik ruangan. Seperti perintah Alvano tadi, ketika waktu istirahat telah habis Dela langsung bergegas menuju keruangan Alvano. Ntah untuk apa? Dela tidak tahu.
"Maaf.. untuk apa bapak memanggil saya?" tanya Dela ketika sampai dihadapan Alvano.
Dela tidak mau berbasa-basi lagi. Jadi ia lebih baik langsung bertanya, karena untuk saat ini Dela malas menatap wajah Alvano.
"Duduk dulu." ujar Alvano.
"Terimakasih, saya berdiri aja." Tolak Dela yang mendapat anggukan kecil dari Alvano.
"Oke,jadi mamah dan papah meminta kita untuk datang kerumahnya nanti malam." jelas Alvano tanpa ekspresi sama sekali membuat Dela sedikit khawatir.
"Ada apa? Mereka baik-baik ajakan?" tanya Dela takut jika ada sesuatu yang terjadi pada mertuanya.
"Mereka baik-baik aja. Mamah mengundang kita hanya ingin makan malam bersama." ujar Alvano membuat Dela bernafas lega.
"Dan saya ingin kita terlihat seperti biasa layaknya seorang suami-istri, karena nanti malam kedua orang tua kamu pun datang." sambung Alvaro
Dela mengangguk mengertl.Jujur ia senang akan bertemu kedua orang tuanya nanti malam. Tapi is sedikit gugup, karena sudah dipastikan mereka berdua akan beradu akting kembali didepan semua keluarganya.
Dela menatap Alvano yang hanya diam, sepertinya sudah tak ada lagi yang perlu dibicarakan melihat Alvano yang kembali lagi sibuk pada pekedaannya.
"Kalau begitu saya permisi kel-"
"Tunggu"
"Ada apa lagi pak?"tanya Dela sedikit heran melihat gerak-gerik Alvano yang sepertinya sedang mengambil sesuatu.
"Silahkan kamu gunakan kartu itu untuk kebutuhan yang kamu perlukan.." jelas Alvano menyimpan sebuah kartu dihadapan Dela.
Dela menatap kartu itu dan Alvano secara bergantian. la tidak membutuhkan uang. Keperluanya tidak ada yang kurang. Dan Dela ragu untuk menerimanya, karena diperjanjian itu Alvano maupun Dela tidak perlu melaksanakan kewajibannya masing-masing. Jika Alvano memberi kartu itu berarti Alvano melaksanakan salah satu kewajibannya sebagai seorang suami untuk menafkahi sang istri.
"Maaf tapi-"
"Gaada tapi-tapian. Kamu terima atau saya akan marah. Tenang saja, soal perjanjian itu sudah sedikit saya ubah."
"Maaf tapi saya menolak kartu ini pak.. saya gabutuh sesuatu dan kepenuhan saya sudah cukup tercukupi." jelas Dela yang rupanya saat ini sedikit memancing amarah Alvano.
"Ck, bodoh. Kamu itu wanita seperti apasih? hanya tinggal enaknya saja, tapi belaga menolak. Saya gaakan marah kalau kamu sampai menghabisakan uang yang ada dikartu itu atau bahkan kamu berbelanja sepuas yang kamu mau dari kartu ini." kata Alvano seraya berdiri dari kursinya dan duduk dimeja yang berhadapan langsung dengan Dela.
"Diluaran sana banyak wanita yang gak seberuntung kamu, yang bisa mendapatkan apapun yang dia mau. Tapi kamu? Apa susahnya cukup menerima kartu ini?" sambung Alvano menatap geram Dela yang sekarang hanya diam.
"Itu terserah bapak, saya permisi." ujar Dela hendak berbalik namun lagi-lagi terhenti, ini bukan karena Alvano memanggilnya melainkan Alvano tiba-tiba mencekal lengannya dengan kuat.
"Siapa kamu berani membantah saya!!" ucap Alvano dingin tanpa mengurangi cekalan tangannya yang kuat itu.
"Sakit.." Dela meringis merasakan ngilu dibagian lengannya yang sudah hampir membiru itu akibat terlalu kencang dicekal Alvano. Bayangkan saja, walaupun baru sebentar tapi tangan kokoh itu sungguh sangat kuat mencekalnya.
Sedangkan Alvano tidak memperdulikan ringisan Dela. la seolah menulikan pendengarannya saat Dela terus meringis dan meminta dilepaskan. Alvano dengan cepat menarik Aurel menuju pintu disalah satu sudut ruangan.
"Pak Alvano.. kita mau kemana?" tanya Dela disela-sela Alvano menariknya.
Dela hanya mengikuti langkah Alvano yang cepat sambil menarik tangannya itu memasuki salah satu pintu yang ada diruangan Alvano. Dela bisa tau ketika ia dilempar dengan keras oleh Alvano katas ranjang. Yah ini kamar, kamar minimalis didalam ruang kerja Alvano.
Dela memegangi pergelangan tangannya yang membiru. la menatap Alvano yang rupanya sangat marah padanya. la berfikir Alvano pasti marah karena dirinya membatah dan menolak kartu itu. Tapi kenapa Alvano bisa semarah ini? Pikir Dela.
”Resign dari kantor saya."
Dela mengerutkan keningnya bingung mendengar kalimat yang baru Alvano ucapan. Pasalnya apa yang Alvano bilang tadi sama sekali tak ada hubungannya dengan pikirannya saat ini.
"Saya tunggu surat pengunduran diri kamu besok dimeja kerja saya." ucap Alvano tajam dan dingin.
"Maksud bapak? Saya gamau keluar dari kantor ini." ucap Dela cepat seraya berdiri dari duduknya.
Dela tidak akan keluar dari kantor Alvano ini. la sudah nyaman bekerja disini. la sudah nyaman berteman dengan mbak Alya dan mas Wahyu disini. Dela tidak mau kehilangan semua itu.
Alvano menatap sengit kearah Dela. Ia mendekati Dela dan langsung menekan kedua pipi Dela dengan kencang.
"Turuti saja ucapan saya." kata Alvano yang langsung menghempaskan pegangannya pada kedua pipi Dela dengan kasar.
Dela lagi-lagi meringis. Jari Alvano menyakiti kedua pipinya. Pipinya terasa nyeri karna Alvano terlalu kuat menekannya. Sungguh Dela tak mengerti dengan keadaanya sekarang. Permasalahan mereka
sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan hubungan kantor. Ditambah Dela merasa sedih karena telah mencintai orang yang kejam seperti Alvano.
"Tapi emmphhh."
Baru ingin membantah lagi Alvano dengan kejamnya membekap mulut Dela dengan mulutnya. Tangannya menekan belakang leher Dela. Dela yang mendapatkan serangan kasar seperti itu menolak dengan menutup mulutnya rapat-rapat, tapi sialnya Alvano menjambak rambutnya yang tergerai kebelakang itu sedikit kencang membuat Dela meringis kesakitan dan akhirnya membuka mulutnya membuat Alvano leluasa bermain dibibirnya. Tangan Dela memukul-mukul dada bidang Alvano yang rupanya sangat dipenuhi kabut gairah itu, tapi nihil Alvano terus ********** dengan rakus.
Lama Alvano bermain dengan bibir manis Aurel akhirnya ******* itu Alvano lepaskan, membiarkan Dela menghirup oksigen sebanyak banyaknya.
"Hah.. kamu gila? Saya gabisa nafas" ketus Dela mendorong dada bidang Alvano seraya mengatur deru nafasnya yang saat ini tak beraturan.
Dela rasa posisinya sekarang sedang tidak aman, ia harus kabur dari sini. Tapi sialnya, baru akan melangkah pergi dari ruangan itu, Dela kembali lagi ditarik dan didorong dengan keras hingga terlempar keatas tempat tidur kembali.
"Jangan coba untuk kabur, manis." kata alvano seperti berbisik seraya mengusap lembut pipi mulus Dela. Dan itu seperti bisikan seorang iblis dipendengaran Dela saat ini.
"Kammphhh.."
Alvano kembali lagi ******* bibir Dela. Mata Dela melotot tak percaya, ia sepenuhnya sadarkan diri. Sekarang Alvano benar-benar diatasnya. Menyentuh bagian tertentu yang Dela punya. Dan tanpa Dela sadari air matanya sudah turun membuat kedua pipinya basah. Mulutnya sudah terisak kala Alvano berhasil melepaskan kancing kemejanya yang pertama dan kedua. Dela selalu memberontak dan mencegah apa yang akan Alvano lakukan, tapi sayangtenaga Alvano lebih kuat dibandingkan dirinya. Ia hanya berdoa dalam hati agar mereka tak sampai melakukan itu dan semoga saja ada yang menolongnya saat ini. Sungguh, Dela belum siap untuk melakukan hubungan suami-istri apalagi ini melakukannya dengan cara terpaksa bukan karena cinta. Dela tidak mau.
Tok! Tok! Tok!
Awalnya ketukan pintu itu tak mengganggu aktivitas alvano. Tapi semakin lama ketukannya semakin keras dan semakin kencang.
"Pak? Bapak ada didalam?" teriak seseorang dari arah luar.
Alvano menghentikan aktivitasnya. Dela bisa melihat Alvano yang bangun dari atasnya lalu
merapihkan kemeja abu-abunya yang terlihat berantakan itu.
"Rapihkan pakaian kamu." ujar Alvano melangkahkan kakinya menuju pintu keluar.
Namun ketika sampai pintu Alvano kembali menoleh kearah Dela yang masih duduk ditepi ranjang dengan menundukan kepalanya, menyembunyikan air matanya.
"Jangan keluar dengan keadaan seperti itu, dan jangan keluar ketika ada seseorang dirungan saya." pesan Alvano setelah itu benar-benar pergi menghilang dibalik pintu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Nia Nara
Alvano itu tipe psycho apa gimana ya ?
2023-05-22
0
YuliaBilqis
😡😡😡😡😡😡😡 Vano seperti menjilat ludah sendiri
2021-06-20
0
Rupink Chiabella
dia sendiri yg bikin perjanjian dia sendiri yg ingkar huh egois Alvaro😡
2021-03-01
0