Hari ini rasanya berat untuk Dela. la bersiap-siap untuk menuju kantor dengan tidak bersemangat. Dela merasa sudah nyaman bekerja dikantor itu, tapi disisi lain ia juga tak ingin orang lain tau tentang fakta bahwa ia istri seorang pemilik perusahaan itu. Karena benar kata Alvano, dia pasti akan malu.
Memikirkan itu semua membuat Dela sedih dan menangis semalaman. Ternyata ini dibalik kemarahan seorang Alvano kemarin. Dela sempat tak habis fikir dan tak percaya menerima itu semua.
"Pagi Intan.. mbok Ijah.." sapa Dela ketika tiba didapur.
"Eh.. non Dela sudah siap." ujar mbok Ijah seraya tersenyum hangat.
"Mau sarapan apa mbak?" tanya Indah pada Dela.
Dela hanya tersenyum seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Dela langsung pamit ajadeh.." ujar Drla menyalimi mbok Ijah dan Intan.
"Tapi mbak.. muka mbak Dela pucet gitu loh, yakin mau berangkat?" ragu Intan.
"Iya non.. bener apa yang dibilang Intan. Non lagi sakit? Minum obat dulu kalau gitu." kali ini mbok Ijah dengan wajah khawatirnya.
Dela lagi lagi hanya menggelengkan kepalanya. la tak mau banyak berbicara kali ini pada Indah apalagi mbok Ijah. Dela takut dua orang itu akan semakin khawatlr nantinya. Setelah Itu Dela pamit dan kali ini langsung pergi meninggalkan dapur. Tanpa menunggu ocehan panjang Intan atau mbok Ijah lagi.
"Kamu.."
Dela menoleh kala seseorang memanggilnya. Yah memanggil dirinya, karna diruangan ini hanya ada Dela. Tak ada yang lain.
"lya pak?" tanya Dela pada Alvano yang sedang menuruni tangga sambil membenarkan pakaian kantornya.
"Gasarapan? Muka kamu pucet.." ujar Alvano dingin.
Sedangkan Dela membeku ditempatnya. Jantungnya lagi lagi ingin lepas setiap mendengar
kalimat datar Alvano yang terkesan dihatinya. Apakah Alvano memperhatikannya? Atau Alvano khawatir padanya? Dela harap begitu.
"Terimakasih pak.. saya langsung pergi kekan-"
"Jangan panggil saya pak jika bukan dikantor." tekan Alvano dingin.
Dela merinding melihat tatapan tajam Alvano. Tak mau membantah ia hanya mengangguk patuh.
"Maaf saya gatau.." ujar Dela.
"Sarapan dulu setelah itu kamu boleh pergi." ucap Alvano seperti lebih kenada perintah.
"Tapi pak-"
"Saya bukan bapak kamu, dan tidak boleh membantah." jelas Alvano lalu berjalan pergi meninggalkan Dela yang bengong didekat undukan tangga.
Dela mengerutkan keningnya bingung. lalu melihat Alvano yang sedikit perhatian walaupun masih terkesan dingin. Lalu ia juga bingung kenapa Alvano pergi kearah luar rumah? Dapur beserta ruang makannya ada disebelah kiri Dela bukannya lurus keluar.
Tak lama setelah itu Dela mendengar suara mobil dan gerbang yang terbuka. Dela yakin Alvano pasti sudah pergi kekantornya.
"Nyuruh orang sarapan sendirinya malah nyelongong pergi tanpa sarapan dulu.." gerutu Dela lalu berjalan keluar rumahnya.
"Pagi non Dela.." sapa pak Ujang seperti biasanya.
"Pagi juga pak Ujang.." balas Dela lalu berjalan keluar rumah untuk mencari kendaraan menuju kantornya.
®®®®
"Sayang.."
Alvano mendongak menatap seseorang yang baru saja memasuki ruangan kerjanya itu tanpa mengetuknya lebih dulu.
"Aku kesel sama Angga!" ujar Angel menekuk wajahnya.
"Angga? Bukannya dia.."
"Hay broo!" sapa Angga yang baru memasuki ruang kerja Alvano itu dengan cengiran khasnya.
"Ngapain sih lo kesini? Ngikutin gue yah!" ketus Angel menatap Angga tak suka.
"Dih, tingkat kepedean lo tinggi juga yah. Dasar cewe manja." balas Angga tak kalah ketus.
"Sayang! Liat tuh temen kamu yang nyebelin itu.. aku gak suka yah dia ada disini." ucap Angel manis pada Alvano yang sedari tadi hanya diam menyaksikan.
"Berisik lo! Sana keluar gue mau ngomong berdua sama pacar lo.“ ujar Angga lalu duduk bersantai disofa ruang kerja Alvano.
"Ogah! Lo aja-"
"Angel.. udah. Kamu bisa pulang dulu untuk hari ini?" ujar Alvano menatap Angel dengan lembut.
"Kok kamu gitu? Aku baru sampe sini loh.." ucap Angel tak percaya.
Alvano mengangguk lalu berdiri dari duduknya dan menghampiri Angel yang masih berdiri disamping meja ke anya.
"Aku tau, tapi untuk kali ini aja kamu harus ngalah. Aku mau bicara berdua sama Angga, oke?" jelas Alvano seraya mencium singkat kening Angel.
"Oke-oke. Tapi kali ini aja yah, lain kali dia yang harus keluar dari ruangan kamu." ujar Angel menuniuk Angga dengan sinis.
Alvano mengangguk dan Angel pun pergi meninggalkan Alvano dan Angga.
"Jijik gue liat cewe bar-bar lo.." ucap Angga bergidik ngeri.
"Jaga omongan lo, dia cewe gue." kata Alvano dingin menatap tajam Angga yang hanya menunjukan cengirannya.
"Sejak kapan lo balik kesini?" tanya Alvano yang sekarang ikut duduk disofa yang ada diruangannya.
"Seminggu yang lalu.." jawab Angga. Alvano hanya mengangguk mengerti.
"Gue mau tanya sesuatu sama lo.." kata Angga dengan wajah seriusnya.
"Apa?"
"Gimana rumah tangga lo?"
Alvano memejamkan matanya lalu memijat kepalanya yang tiba-tiba merasa berdenyut mendengar pertanyaan Angga. Apa ini yang ingin Angga bicarakan dengannya? Tapi Alvano yakin tadi itu hanyalah alimbi Angga agar Angel keluar. Dan ntah kenapa Alvano juga rasanya tidak ingin bertemu dengan Angel hari InI.
"Lo kenapa broo? Sakit?" heran Angga yang melihat gerak-gerik aneh sahabatnya.
Alvano hanya menggelengkan kepalanya. la lalu berdiri dari duduknya untuk mengambil segelas air putih yang ada dimeja kerjanya.
"Rumah tangga gue kaya gitu gitu aja.." jawab Alvano seraya berjalan menghampiri Angga setelah meminum air tadi.
"Gue kira udah ancur.. kapan lo berdua cerai? Gue nunggu jandanya istri lo nih, siapa tau itu jodoh gue yang dititipin kelo dulu." gurau Angga sambil tertawa pelan.
"Sialan lo!"
"Terus Lo udah pernah nyobain dia?"
Pletakk!
Sebuah berkas melayang persis mengenai Angga, Alvano yang melihat itu hanya menyunggingkan sudut bibirnya saja.
"Apa yang salah sama pertanyaan gue sih?!" heran Angga seraya
mengusap kepalanya yang sedikit berdenyut.
"Sangat salah, Lo sendiri tau gue sama cewe itu dijodohin." ketus Alvano.
"Ah bodoamat lah! Gue pengen ketemu sama istri lo.." jelas Angga yang memang rasanya sangat penasaran dengan istri seorang Alvano.
Wajar Angga belum pernah bertemu langsung. Diper nikahan Alvano pun Angga tak datang bukan? Yah, itu bukan karena disengaja. Angga memang belakangan ini sedang disibukkan dengan pekerjaan diperusahaan papahnya itu.
"Untuk?" heran Alvano.
"Yah siapa tau cakep, bisa gue gebet." jelas Angga seraya terkekeh pelan.
"Dia kerja disini." ujar Alvano membuat Angga menegakkan duduknya, menatap Alvano dengan berbinar.
"Serius? Bagian apa? Namanya siapa? Lantai berapa? Ada dimana?" tanya Angga beruntun yang hanya mendapat gelengan kecil dari Alvano
"Namanya-"
Tok! Tok! Tok!
"Sial siapasih yang ngetok! Ganggu orang aja.." gerutu Angga kala ucapan Alvano terpotong.
"Masuk." ucap Alvano dari dalam.
Mereka berdua sama-sama menatap kearah pintu untuk melihat siapa yang mengetuk pintu. Tapi seketika wajah Angga berubah menjadi terkejut kala melihat seorang perempuan yang berjalan kearahnya dan Alvano.
"Maaf pak mengganggu, saya kesini ingin memberikan surat resign saya." jelas Drla pada Alvano tanpa memperhatikan sekitarnya.
"Kenapa berhenti? Kamu gabetah kerja disini? Gajihnya kurang? Atau kamu males punya bos kaya dia?"
Dela menoleh kearah samping. Lebih tepatnya kearah seseorang yang tadi bertanya. la terkejut kala melihat wajah lelaki itu. Bagaimana tidak? Lelaki yang duduk bersila itu adalah lelaki yang pernah Depa tabrak.
la meringis melihat betapa intens tatapan lelaki itu padanya, Dela berfikir pasti lelaki itu masih menyimpan dendam terhadapnya.
"Hari ini juga saya mengundurkan diri dari perusahaan bapak." kata Dela tanpa menjawab pertanyaan lelaki itu karena ia sebenarnya sudah merasa gugup sekaligus cemas.
"Kalau begitu saya keluar dulu.." pamit Dela hendak pergi dari ruangan Alvano.
"Dela.."
Tapi sayangnya terhenti karena Alvano kali ini, untuk yang ketiga kalinya memanggil nama Dela. Dela yang sudah merasa gugup mau tak mau menghampiri Alvano kembali.
"Kenapa pak?" tanya Dela.
"Kamu yakin dengan keputusan ini?" tanya Alvano tanpa ekspresinya.
Dela megerutkan keningnya. Pertanyaan apa itu? Bukannya Alvano sendiri yang memintanya untuk berhenti bekerja diperusahaannya semalam? Bahkan Alvano sampai marah besar bukan? Bingung Dela.
"Saya yakin, dan bukannya ini termasuk perintah bapak?" jelas Dela.
"Tunggu-tunggu.." tiba-tiba Angga kembali mencela pembicaraan Alvano dan Dela.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
YuliaBilqis
😔😔😔😔😔
2021-06-20
0
Maarifa Rafa
biar DJ angga dgn fela Krn alvano tak PNY rasa cinta SM dela,Dy Cmn cintax untuk angel
2021-02-11
0
busu risda
u aja angga yg kjr dela biar alvano kbkrn jenggot 😠😠
2021-02-06
1