Jatuh cinta

Dela mengemincingkan matanya melihat kearah ruang tamu yang sepertinya ada dua makhluk berbeda jenis itu. Sedikit mendekat ia sekarang bisa tau siapa yang ada diruangtamu itu. Angel dan Alvano. la mendengus sinis menatap Angel yang sedang bermanja ria dengan Alvano. Bukannya Dela cemburu, ia kesal melihat seorang perempuan yang bertamu malam-malam dirumah orang. lni bahkan sudah hampir larut malam, tapi dengan santainya Angel masih datang untuk bertamu. Meski itu bukanlah urusannya tetapi menurutnya Angel itu seperti wanita tidak baik. Tapi jika difikir, Bianca rupanya bukanlah wanita baik-baik.

"Kamu.."

Dela menoleh kala melewati Alvano dan Angel untuk kembali kekamarnya selepas mencuci piring tadi. Niatnya ia akan pura-pura tak melihat dan berlalu memasuki kamar. Tapi sayang terhenti karena tiba-tiba Alvano memanggilnya membuat ia mau tak mau berhenti. Tidak mungkin bukan ia terus berjalan dan pura-pura tak mendengar suara Alvano yang sedikit kencang memanggilnya tadi. Batin Dela.

"lya?" jawab Dela menatap Alvano.

"Ambilkan minum untuk Angel." jelas Alvano membuat Dela membulatkan matanya.

Dela menatap Angel yang sedang menangis terisak direngkuhan Alvano. Kenapa Angel menangis? Bukanya tadi Angel biasa saja?

Apa mereka bertengkar? Sebenarnya ia malas untuk kedapur lagi, tapi melihat keadaan Amgel hatinya menolak dan memilih untuk mengambilkannya minum.

"Cepat ambilkan!"

Dela tersentak saat Alvano sedikit membentaknya. Tanpa menunggu lama Dela nenuruti perintah Alvano. Tak berapa lama Dela kembali lagi dengan segelas cangkir air putih yang langsung diberikan kepada Alvano untuk Angel.

"Minum dulu sayang.." ujar Alvano pada Angel yang menolak untuk meminum airnya.

Ntah kenapa hati Dela sakit kala mendengar kata sayang yang dilontarkan Alvano untuk Angel.

Harapannya tadi musnah sudah agar Alvamo bisa berubah. la meremas ujung bajunya agar bisa sedikit menghilangkan rasa sakitnya saat ml.

"Alvano.." panggil Dela.

Alvano hanya menoleh tanpa menjawab atau mengucapkan apapun.

"Angel kenapa bisa nangis kaya gitu?" tanya Dela yang kali ini sangat ingin tahu.

"Bukan urusan kamu." ujar Alvano dingin.

Dela hanya meneguk ludahnya mendengar ucapan Alvano. lajadi kesal sendiri kenapa bisa berani beraninya bertanya seperti itu. Apa urusan dia? Benar. ltu bukan urusan

Dela. Tapi hati Dela iba melihat tangis Bianca yang terlihat rapuh itu.

"Kenapa masih disini? Kembali kekamar!" jelas Alvano tajam.

Dela tersentak untuk yang kedua kalinya dari lamunannya kala mendengar ucapan Alvano. Tanpa banyak tanya lagi Dela langsung pergi melesat kekamarnya.

®®®

"Mau kemana Del?" tanya mbak Kinan ketika melihat Dela yang berdiri dari duduknya.

"Dela mau kepantry dulu, mau buat teh. Mbak Alya mau?" tanya Dela yang mendapat gelengan dari mbak Alya.

"Gausahdeh, nanti mbak bikin sendiri aja." jelas mbak Alya.

"Yaudah Dela kesana dulu.." ujar Dela sebelum akhirnya pergi.

Dela berjalan sesekali melirik lobi kantornya, matanya masih asik menatap sekeliling tanpa memperhatikan arahjalan. Sampai tak sangaja Dela menabrak seseorang didepannya.

Bruk!

Dela membulatkan matanya, ia segera berjongkok untuk mengambil beberapa berkas yang terjatuh dilantai itu.

"Maaf, saya ga sengaja." ucap Dela pada seorang lelaki didepannya yang hanya diam itu.

"Gapapa, kamu baik-baik aja?" tanya lelaki itu seraya menyunggingkan senyuman manisnya.

Dela hanya mengangguk sambil tersenyum canggung.

"Baiklah. Kalau begitu saya duluan.." ujar lelaki itu setelah menerima berkas yang disodorkan oleh Dela sebelum akhirnya pergi meninggalkan Dela yang masih diam berdiri terpaku karena wajah dan senyumannya lelaki itu yang tak kalah tampan dari Ferel.

Dela membayangkan jika yang tersenyum manis itu Alvano.

Sudah pasti Dela sangat senang melihatnya. Selama pernikahannya dengan Alvano. Dela tak pernah melihat seukir senyuman diwajah

Alvano, yang Dela dapat hanya tatapan tajam dan dingin dari Alvano.

Setelah dipikir-pikir ternyata ucapan Alvano sangat benar, pernikahannya dengan Alvano itu hanya mengubah status. Hari harinya selalu sama, tanpa ada kemajuan. Percakapan singkat dan seperti bisa tak ada momen penting yang mereka lakukan. Dela dan Alvano bagaikan orang asing yang tinggal satu atap, hanya sekedar saling pandang dan akhirnya kembali pergi memasuki kamar masing-masing. la melakukan itu sudah hampir satu bulan dari awal pernikahaanya, berarti sisa lima bulan lagi Dela dan Alvano menjalani hari-harinya seperti ini.

Sepertinya tidak ada yang diharapkan dari pernikahaanya.

Dela bisa melihat betapa besar cinta Alvabo untuk Angel. Tapi apakah Dela boleh berharap? Berharap agar rasa cinta itu berpindah padanya? Ia rasa ada sesuatu yang mengganjal dihatinya saat ini. Seperti rasa tidak rela kala membayangkan suatu saat nanti dirinya melepaskan Alvano pergi bersama wanita lain. Melepaskan Alvano bahagia bersama sang pujaan hatinya. Melepaskan Alvano untuk selama-lamanya. Dela rasa dirinya tak sanggup untuk itu. Walaupun mereka jarang berkomunikasi, tapi hanya dengan menatap wajah Alvano Dela sudah bisa merasakan cinta didalam dirinya. Cinta untuk Alvano, padahal ia sendiri yang menolak perjodohan mereka. Ia sendiri yang merasa terbebani dengan perjodohan ini. Tapi sekarang? Cinta? Dela yakin dengan takdir yang sudah diatur oleh sang maha kuasa.

Dela merasakan bahunya digoncang kuat oleh seseorang, membuat ia tersadar akan lamunan panjangnya itu. la mengerjapkan matanya kala melihat Alvano berdiri dihadapannya dengan tatapan khawatir. Apa benar itu Alvano?

Dela tak salah liat bukan jika dihadapannya itu Alvano yang sedang menatapnya dengan khawatir dan cemas? Batin Dela.

"Kamu kenapa?"

Dua kata yang membuat Dela tersadar akan rasa cintanya. Ia bisa membedakan kekhawatiran Alvano untuknya dan untuk Angel seperti semalam. Rasanya berbeda ketika melihat Alvano yang semalam sangat khawatir pada Angel. Disana tatapan Alvano sangat teduh penuh dengan kecemasan. Kali ini tatapan Alvano memang mengisyaratkan kekhawatiran, tapi sikap dingin itu masih terasa direnung hati Dela.

"Hallo? Kamu baik-baik ajakan?" ujar Alvano yang merasa bingung sedari tadi ditatap oleh Dela.

"Saya gapapa." ujar Dela singkat setelah itu melesat pergi meninggalkan alvano yang menatapnya dengan penuh kebingungan.

Terpopuler

Comments

Anjelie Sharma

Anjelie Sharma

ya bingung jg
namax berubah ubah

2022-09-30

0

Patrish

Patrish

sapa Ferel?? ada yg tahu?

2022-09-28

0

Dewi Bernika Siregar

Dewi Bernika Siregar

thor, kenapa namanya berubah2 dela jd aurel, enjel jd bianca🤓

2021-02-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!