Dinda sudah tiba di kantor. Pagi ini dia tidak menghiraukan apa yang telah terjadi semalam. Matanya sembab bahkan sebelum ke kantor, dia hanya mencuci mukanya lalu ditutupi oleh make-up. Dinda selalu menyimpan benda itu dengan rapat di tas kulit cokelatnya.
Beruntung, karena Pak tua semalam memberikannya pinjaman baju yang cocok dipakai kerja dan termasuk dalam seleranya. Jadi pagi ini, terlihat ganti baju kerja.
Ucapan pria angkuh di hotel tadi, membuat Dinda jengkel. Moodnya menjadi buruk. Ingin rasanya dia menendang bokong pria tadi. Pria yang telah berani mengatakannya sebagai wanita penghibur di kelab malam.
Sampai kapanpun Dinda tidak mau lagi bertemu maupun melihat wajah pria itu. Sekalipun melihatnya, Dinda tidak mau lagi. Dan juga memasukan wajah pria mesum itu dalam blacklist.
“Hei Din! selamat pagi!”
Dinda menoleh menatap wajah sahabatnya yang baru tiba dan siap bekerja. Jemari sahabatnya sudah siap mengotak-atik keyboard komputer.
“Pagi!” balas Dinda lesu.
“Oh ya ampun. Mengapa kantung matamu menghitam? Apakah kamu terjaga semalam?” tanya Eva penasaran. Apalagi melihat wajah koleganya itu, agak mengerikan. “Apakah kamu pulang selamat semalam? Apakah tidak terjadi sesuatu padamu, Din?!”
Eva mengernyitkan keningnya dengan kekhawatiran berlebihan.Tangan Eva memegang wajah dan bahu Dinda, demi memastikan sahabatnya itu baik-baik saja.
“Kamu itu terlalu berlebihan. Kamu tahu, aku hari ini mengalami nasib sial!”
Dinda memelas pada tingkah konyol Eva sambil mulutnya menggerogoti pulpen merah di tangannya.
“Sial? Sial seperti apa yang kamu maksud. Ayolah ceritakan padaku. Aku penasaran!”
“Sebenarnya aku ....”
“Hei kalian berdua!” potong Zico Ramadhansyah menegur Dinda dan Eva. Sebelum Dinda melanjutkan ucapannya. “Apakah sepagi ini tim akuntan boleh bergosip. Sementara yang lainnya bekerja!”
Keduanya hanya tebal telinga menghadapi GM mereka yang agak galak ini.
Meminta maaf dan tidak akan mengulangi kejadian ini, sudah berulang kali Meraka lakukan. Dua wanita ini tidak akan menganggapnya serius, karena memang itu kesalahan mereka. Sedangkan karyawan lainnya tertawa bahagia atas teguran Zico pada keduanya.
Dinda dan Eva tak ambil pusing atas cemoohan karyawan lain atas kejadian pagi ini. Keduanya tidak peduli bahkan tidak ingin tahu jika yang lainnya mentertawakan Dinda dan Eva.
“Dinda. Ikut aku ke ruanganku sekarang!” perintah Zico pada dinda.
Dinda bingung ada apa. Tidak seperti biasanya dia disuruh menghadap bosnya.
Dinda mengekori pria jangkung bernama Zico ini. Dan ini pertama kalinya bagi Dinda masuk keruangan GM-nya, setelah setahun bekerja di perusahaan besar ini.
Zico duduk dengan manisnya di kursi yang memiliki roda di kakinya. Dia mulai mengeluarkan beberapa berkas yang tertumpuk di mejanya. Tidak lupa pria ini memasang kacamata transparan. Seakan dirinya mengidap penyakit mata atau minus.
“Oh ya Tuhan! mengapa dia begitu tampan di segala sisi!”
Memuji ciptaan yang sempurna, hanya itu yang bisa Dinda lakukan. Sungguh ia tidak mengira bisa melihat bosnya yang galak itu dari jarak yang amat dekat. Selama bekerja di perusahaan besar ini dia tak pernah menyaksikan wajah general manager-nya secara langsung bahkan bertemu dengannya agak sulit.
Tentu saja wanita yang menjadi pendamping hidupnya pasti beruntung jika bisa menjadi istrinya. Dia amat tampan dan mempesona. Dinda tidak bisa membayangkan bosnya itu bisa memanggilnya masuk ke dalam ruangannya.
Hingga tidak terasa wanita ini terbuai dalam khayalannya. Dia berangan-angan bahwa suatu saat dia bisa menjadi kekasih bosnya itu, seperti di novel romantis kebanyakan yang dia baca.
“Kamu dengarkan aku,” kata Zico memulai bicara. “Presiden direktur hari ini datang mengunjungi perusahaan kecil ini. Dan dia mau mendapatkan surat laporan arus kas masuk dan keluar serta ingin melihat perubahan pajak perusahaan. Aku ingin kamu yang mengantarkan file-file ini kepadanya. Perusahaan kecil ini akan dihancurkan jika aku tidak menyiapkan semuanya sekarang!”
Bicaranya mulai menyerah, namun Dinda yang berdiri disudut mejanya sangat mengerti apa yang di rasakan oleh Tuannya.
“Maaf Pak! jika tidak keberatan, bolehkah saya membantu anda merevisi ulang laporan bulan ini.”
“Sungguh! Apakah kamu mampu?”pria itu dengan mata berkaca-kaca sedikit meragukan kemampuan akuntan Dinda. Tapi tidak menutup kemungkinan, dia butuh bantuan sekarang.
“Tentu saja aku bisa Pak. Laporan keuangan bulan-bulan sebelumnya aku yang mengerjakannya, jadi aku yakin aku bisa melakukannya!”
Wajah sendu bosnya kini berubah menjadi ceria saat ada bantuan menghampiri dirinya.
“Baiklah jika kamu memaksa. Aku serahkan semua laporan keuangan ini padamu. Lalu jika sudah selesai kamu langsung mengantarkannya ke ruangan Presdir. Aku bergantung padamu sekarang!”
Semua file bulanan diberikan pada Dinda. Dinda kemudian berlalu meninggalkan ruangan manajernya dengan setumpuk berkas didekapan dadanya.
Dinda berhenti sejenak di lorong kantor bosnya, setelah itu menyeringai lega. “Syukurlah, kupikir dia akan memberikan gajiku bulan ini dan mendepak diriku yang malang ini keluar dari perusahaan.”
Dinda menuju ke meja kerjanya. Sesegera mungkin dia harus menyelesaikan tugasnya. Bagi Dinda hanya butuh waktu sepuluh menit untuk merevisi ulang semua file-file yang dia diambil dari bosnya tadi.
“Sekarang pukul delapan tiga puluh. Sepuluh menit lagi aku harus menyelesaikannya lalu menyerahkannya pada presdir. Semangat Dinda!”
Dengan gelora luar biasa semangat, Dinda yakin dia bisa melakukan semua ini dalam sekejap.
“Din, hari ini CEO akan datang. Apa kamu tahu, banyak yang mengatakan bahwa dia sangat tampan dan menawan. Aku penasaran pada wajahnya. Ah aku pasti akan jatuh cinta padanya jika saja aku belum diikat oleh Tony!”
Disela-sela kerja, Eva masih saja menyempatkan diri untuk menggosip. Namun Dinda tidak menanggapi gosipan Eva yang terlalu berlebihan. Dia hanya ingin menyelesaikan apa yang telah dia mulai.
“Din, kamu mendengarkan aku tidak?”
“Iya aku mendengar ucapanmu,” balas dinda. “Lalu?”
Eva melihat Dinda yang sedang sibuk bekerja, sekarang mulai paham— jika temannya sedang fokus pada pekerjaannya juga pada layar komputernya.
“Lupakan sajalah. Aku mau ke kamar mandi dulu!” ucap Eva tidak ingin melanjutkan gosipan pagi. Kemudian pergi ke toilet.
“Dia yang memulai dan dia yang mengakhiri. Dasar autis!” celoteh Dinda apatis.
Hingga tidak terasa pekerjaannya usai dan siap untuk diberikan kepada presiden direktur.
••••
Menuju ke ruangan bosnya, Dinda percaya diri akan memberikan berkas laporan keuangan itu. Secara langsung, sekaligus dia ingin melihat CEO muda tampan yang Eva maksud.
Dinda berangan-angan bahwa pria itu setampan idol Korea atau bisa saja setampan Shawn mendes.Hatinya sungguh berdebar tidak sabar melihat seperti apa rupa bosnya itu.
“Untung sebelum ke ruangan CEO, aku sudah menambahkan sedikit sentuhan makeup. Setidaknya ini lebih alami dari wajah polosku tanpa makeup.”
Beruntung ruangan CEO-nya itu tidak ada karyawan yang berlalu lalang. Sehingga Dinda bisa berkaca ria memperbaiki semua tampilannya.
“Gigi putih bersih, rambut sudah oke dan baju ini juga oke. Lain kali aku harus berterima kasih pada pak tua itu!” lanjut Dinda bicara.
Kini Dinda sudah siap memasuki ruangan CEO-nya. Tangannya amat dingin ditambah gugup karena ini kali pertamanya ia memasuki ruangan CEO.
Oke siap. Kali ini dengan keberanian Dinda menarik Grendel pintu yang terbuat dari alumunium dan masuk keruangan CEO. Ruangan besar, bersih dan semua peralatan berkilau tanpa secuil debu pun.
“Oh astaga. Ruangan ini sungguh cantik!”
Langkah kakinya yang berada di depan pintu, terpana sejenak karena menyaksikan ruangan bosnya itu. Lalu melangkah lebih dalam lagi menuju ke meja kerja bosnya. Yang dikatakan bos itu, bersembunyi dibalik kursi kebesarannya. Jadi, Dinda tidak bisa melihat rupanya.
“Maaf Pak! saya Dinda dari bagian manajemen keuangan. Saya ingin menyerahkan laporan keuangan bulan ini Pak!” ucap Dinda pelan sembari menyerahkan berkas berwarna merah pada bos besarnya.
Pria dibalik kursi kerja, tersenyum licik penuh kemenangan. “Kamu tahu apa hukuman yang pantas untuk seorang pekerja yang masuk keruangan bosnya tanpa mengetuk pintu ataupun menyapa?”
Bos? Apakah maksudnya ....
Sontak ucapan itu membuat Dinda kaget. Bagaimana bisa ia melupakan tata kramanya sebagai seorang karyawan.
“Matilah aku. Bagaimana aku bisa melupakan sopan santunku.” Perasaannya kini mulai tak enak hati, dirinya mulai berdebar dan pikirannya kacau entah berantah. Menundukkan kepalanya, Dinda sudah takut saat itu. “Oh tidak. Apakah aku akan berakhir menjadi goodbye employee!”
Tidak ada pilihan lain sekarang bagi Dinda. Kali ini, hanya memohon dan meminta maaf adalah jalan terbaik. Sekarang Dinda dihadapi dengan keadaan rumit. Bos, kata ini seakan sudah menguasai pikiran Dinda yang semula tenang.
“Pak aku mohon maaf atas tindakanku yang tak senonoh masuk ke ruangan Anda. Maafkanlah aku yang telah melupakan tata Kramaku sebagai karyawan. Kumohon anda tidak menganggap ini masalah serius dan lain hari aku akan mengingat batasanku Pak!"
“Oh ya!” balas bos Dinda. pria itu dengan senyum bangga bangkit dari kursi kerjanya, lalu menyandarkan bokongnya di meja. “Semalam kamu menyentuh tubuhku, lalu kabur. Kupikir hukuman apa yang harus aku berikan padamu!”
Dinda hanya sekali dengar bosnya bicara, langsung ingat akan kejadian semalam. Itu cukup membuatnya tertegun sesaat.
“Suara ini, suara pria itu. Kamu pria mesum!!” teriak Dinda bangkit dari bungkuknya.
Namun pria di hadapannya tersenyum bangga dengan melipat kedua tangannya di dada dan duduk diujung meja kerjanya.
Dia adalah Steve Aguirro Wong Chen Xi. pria aneh dengan gaya bicara yang tak biasa. Walau mempesona dalam segala tindakan, sempurna dalam pekerjaan dan menawan tapi dia pria paling gila yang pernah Dinda temui.
Siapa sangka pria sebaya dengan Dinda ini, kini menjadi bos besarnya.
Steve sendiri anak kedua dari dua bersaudara.
Dan pewaris tunggal grup Wong. Ia hanya memiliki seorang kakak perempuan bernama Stevie Zahira wong Chen xi.
Ayahnya berasal dari Tiongkok dan Ibunya berdarah indonesia. Diawal karirnya ia telah banyak membantu usaha orang tuanya.
Mengunjungi negara-negara seluruh dunia dalam perjalanan bisnisnya saat dia berusia delapan belas tahun tepat dirinya menempuh pendidikan di Frankfurt.
Hingga dirinya yang menawan seakan-akan bisa menarik semua wanita di seluruh dunia hanya dengan aura mempesonanya. Namun ia adalah pria yang terkenal tidak peduli pada lingkungan sekitar bahkan tidak pernah menampakkan senyumnya dihadapan orang lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments
Berdo'a saja
Dinda kan menolong mu boss
2023-05-16
0
re
Ketemu lg
2022-05-03
0
TePe
kayak adam levine aja thorrrr😘😘😘😘
2021-01-23
0