Episode 20

"Sial. Wanita ini tubuhnya sangat panas. Mengapa dirinya selalu seperti ini, seakan dirinya paling kuat. Jika hujan itu tak reda, maka aku akan menyalahkan hujan sialan itu karena telah mencelakakan manusia. Benar-benar hujan yang berengsek." Ucap Steve kesal dan menuntut balasan pada hujan. Di dalam ruang kantornya ia seperti seseorang yang amat berlebihan menanggapi hal konyol sebatas demam.

Ia merebahkan tubuh Dinda di atas sofa panjang berkulit hitam miliknya. Sofa empuk yang nyaman untuk di tidurkan.

Di atas sofa panjang itu lekuk tubuh Dinda sangat nyata. Sehingga mata Steve tak bisa ia lepaskan untuk melihat Dinda yang manis.

Sesekali Steve memegang kening Dinda untuk memastikan bahwa demamnya mulai reda sekaligus mengalihkan perhatian nakalnya itu.

Dinda sudah di gantikan pakaiannya oleh beberapa karyawan wanita beberapa saat sebelumnya sehingga Dinda tak merasa kedinginan lagi. Meskipun Dinda mengenakan pakaian kasual kaus berwarna putih lengan pendek dan di temani rok hitam selutut, namun dalam tidur itu Dinda tetap menawan.

Bahkan Steve saja tak bisa mengatakan apapun melihat penampilannya mengenakan kaus putih itu. Sungguh imajinasi liar Steve tak terbendung mendapati gadis cantik disisinya.

Jika bukan karena malam itu dan juga karena perjanjian kontrak konyol, mungkin dirinya tak akan mendapati wanita itu di sampingnya saat ini.

Steve mengambil selimut tebal miliknya yang sengaja ia simpan dengan rapi di dalam lemari kantornya sebagai jaga-jaga jika dirinya kerja lembur dan tak pulang kerumah. Dan siapa sangka bahwa selimut miliknya itu bisa berguna saat ini. Dan Dinda menjadi wanita pertama yang ia selimuti dengan barang pribadinya.

Ia menyelimuti wanita itu sehangat-hangatnya agar dia tidur dengan nyaman.

Steve memberikan perhatian penuh pada Dinda, namun dirinya sendiri tak ia perhatikan bahkan dirinya sendiri belum mengganti pakaian basah yang ia kenakan. Pakaian basah kuyup-nya menjadi kering di badan karena ekspresi berlebihan yang ia tunjukan pada Dinda sehingga ia tak memikirkan dirinya sendiri.

Steve mengambil sofa kecil seukuran meja lampu tidur, lalu ia duduk di sebelah Dinda yang sedang pulas di pulau kapuk.

Ia memperhatikan wajah Dinda dengan seksama bahkan ia membelai rambut Dinda demi ingin merasakan sensasi seorang wanita.

"Wanita ini sangat tertutup tentang kehidupannya. Aku penasaran bagaimana ia menjalani kehidupannya dengan baik. Dia selalu tersenyum dalam sedih. Sungguh wanita yang tegar." Steve berujar memuji Dinda dengan sukarela.

Pandangannya pada Dinda tak bisa ia alihkan walau sedetik pun. Sesekali Matanya ia pejamkan agar tak melulu berfokus pada wajah ayu Dinda bahkan matanya terkadang ia alihkan ke tempat lain agar tidak terus-menerus memperhatikan Dinda dengan perinci. Namun apalah daya? Steve sebagai pria normal dan memiliki ketertarikan pada wanita tak bisa memungkiri bahwa wajah Dinda memiliki pesona tersendiri.

Semua pria di muka bumi ini tidak akan menolak jika memiliki wanita seperti Dinda di pelukan mereka. Steve bisa bertaruh akan hal itu. Ia sungguh terbuai karena Dinda semakin membuatnya menggila liar.

Mata nakalnya tak bisa menolak untuk memperhatikan panorama yang indah untuk di pandang. Seakan sedang berlibur di gunung Fuji Jepang, kesempatan untuk melihat wajah itu dengan tatapan lama adalah berkah yang tak boleh di tolak oleh siapapun.

Setiap detail wajah mulus Dinda ia perhatikan dengan penuh perhatian hingga ke akar jerawat pun tak luput ia saksikan. Dirinya benar-benar mulai tergoda oleh wajah itu.

Tangan lebar Steve menyentuh wajah Dinda untuk kedua kalinya karena penasaran pada kulit yang ia anggap palsu.

"Bahkan kulitnya sangat sehat. Apakah dia bidadari yang sedikit pun tak ada celah jelek dalam hidupnya? Sial dia benar-benar telah membuat ku terobsesi pada kehidupan pribadinya." Steve menggerutu tak tahan pada dirinya sendiri.

Seakan Steve adalah seorang psikopat dan penjahat wanita, tanpa sadar ia mengaduk emosinya dengan fantasi liar di otaknya yang jernih.

"Sungguh dia wanita yang sangat cantik saat terlelap seperti ini. Sehingga aku....."

Steve tanpa di sadari ingin mencium wajah Dinda yang polos tanpa makeup.

"Aku ingin melakukannya."

Steve tak bisa menahan dirinya untuk melakukan hal yang berhubungan dengan pikiran kotornya.

Kali ini Steve ingin merasakan sensasi mencium wanita yang sedang tertidur.

Entah bagaimana pun caranya, hasrat Steve terus saja meronta meminta sebuah fantasi kotor nan liat.

Wajahnya perlahan mendekati bibir merah dinda. Ia benar-benar sudah tak bisa menahan hal ini. Sungguh dirinya sudah di selimuti oleh godaan dan nafsu birahinya. Namun tiba-tiba Steve menghentikan tingkah mesumnya itu dengan sendirinya.

"Sial. Kenapa aku menjadi seperti ini!" Ucap Steve mendadak sadar bahwa ini bukanlah hal yang harus ia lakukan.

Sambil memegang kepalanya, Steve terduduk kembali pada posisi semulanya seraya memikirkan kelakuannya tadi.

"Akh.... Mengapa aku begitu tak bisa menahan diri untuk melakukan hal-hal yang aneh. Wanita ini sungguh memiliki sihir dalam dirinya. Benar-benar sial!" tukas Steve dalam hati menahan kesal pada diri sendiri karena bertindak tak senonoh.

"Aku sudah bodoh karena telah di budak oleh cinta. Cinta memang menyebalkan." Tukas Steve salah tingkah.

Dua jam telah berlalu begitu saja saat Dinda tertidur lelap. Jam tak terasa sudah menunjukan pukul 17:00, Dinda terbangun dari tidurnya kala matanya sudah tak bisa lagi terpejam.

Suhu tubuhnya sudah menurun dengan cepat. Karena hujan bukan menyebabkan dirinya sakit yang parah tetapi ini adalah gejala alergi akut pada kulitnya. Sehingga hormon dalam tubuhnya memuncak saat dinda berlama-lama di bawah hujan. Seluruh tubuhnya akan menggigil jika hujan masuk kedalam pori-pori kulit.

Mata Dinda perlahan terbuka, namun masih samar-samar. Hal pertama kali yang ia lihat adalah bayangan punggung pria yang menjulang tinggi dengan rompi biru di dekapannya.

"Pak Steve!" ucap Dinda tersadar. Itulah yang pertama kali muncul di pikiran dan keluar dari mulutnya.

"Kamu sudah sadar?" Steve bertindak cepat dan sedikit berlebihan saat melihat Dinda sudah sadar dari pingsannya.

Untuk sesaat dinda tertegun sejenak karena Steve sedang memperhatikan dirinya.

"Apakah bapak sedang mengkhawatirkan aku?" tanya Dinda sedikit menyadarkan diri.

"Sial aku bahkan tak pernah berpikir bahwa dia akan tahu bahwa aku mengkhawatirkan dirinya. Aku harus pura-pura tidak peduli," batin Steve menggelora malu.

"Ehmm. Aku? mengkhawatirkan pegawai ku sendiri? seperti tidak ada pekerjaan lain saja." Tukas Steve ketus dan cuek.

"Aku pikir pak Steve sedang mengkhawatirkan aku." Balas Dinda kecewa.

Tetapi ia tiba-tiba sadar saat mendapati dirinya sudah tak memakai pakaian kerjanya yang basah namun kini berubah menjadi kaus putih yang ia lihat.

"Pak Steve. Apakah bapak yang mengganti pakaian ku?" Dinda bertanya panik.

Seakan seperti di drama yang pernah ia saksikan, Dinda mempraktekkan gaya seorang aktris yang sedang menutup dadanya seakan dia mendapati dirinya dalam keadaan tanpa busana.

Dinda merasa seperti seorang wanita yang telah di nodai dan tanpa sadar bahwa ia terlalu berlebihan dan sedikit lebay di mata Steve.

"Kamu pikir ini sedang di dalam sinetron sampah." Ujar Steve sewot dan sadar bahwa Dinda bertingkah layaknya seorang artis peran.

"Jika iya kenapa? apakah ada masalah?" tambah Steve membalas dengan cepat.

"Apakah ini balasan atas apa yang aku lakukan di malam itu. Sungguh kamu pria berotak kotor. Kamu beraninya mengganti pakaian wanita sembarangan. Apakah bapak tidak tahu bahwa wanita memiliki area sensitif dan terlarang untuk di lihat. Atau jangan-jangan bapak sudah melihat itu. Sungguh bapak pria yang aneh dan sakit jiwa!" pekik Dinda dengan emosi. Ekspresi wajahnya makin memerah padam kala tahu Steve yang mengganti pakaiannya.

Steve berpikir bahwa Dinda sudah salah paham terhadapnya. Steve tak habis pikir pada gimik yang di lakukan Dinda. Gimik yang akan menuai pro dan kontra.

Namun Steve dengan tenang mendekati wajahnya ke wajah Dinda yang sedang panik dan parno-an. Kedua wajah itu saling bertemu dan berhadapan dengan baik.

"Apa kamu yakin jika aku melakukannya?" ucap Steve dengan bahasa menggoda. Ia berbisik pelan seakan ingin membuat Dinda merasakan sensasi yang penuh kemanjaan.

Dinda belum berpikir dengan jernih saat Steve menggodanya. Bahkan ia tak bergeming antara bimbang pada ucapan Steve atau malah percaya begitu saja?

Luar biasa Dinda di lema.

Steve melihat Dinda bingung, sehingga Steve mengalihkan bicaranya.

"Kamu pikir siapa yang mau mengganti pakaian mu dan melihat area terlarang seorang wanita. Kamu terlalu over protektif." tambah Steve sambil menyentil jidat Dinda dengan manja.

Ucapan Steve yang jelas ini barulah membuat Dinda langsung paham. Bukan seperti ucapan tanggung seperti sebelumnya.

"Jadi maksud bapak?"

"Ya! mana mungkin aku akan melakukannya untuk wanita seperti mu. Kamu jangan berpikir terlalu berlebihan. Kamu wanita yang aneh!" tegas Steve senada dengan pikiran negatif Dinda.

"Mengapa aku selalu berpikiran buruk terhadap dirinya. Bahkan aku selalu menempatkan image pak Steve selalu yang terburuk dalam otak ku." Dinda menuntut dirinya sendiri.

"Bagaimana? apakah masih mau menuduhku sebagai pria mesum?" bisik Steve menghela Dinda dari pikirannya yang sedang memikirkan betapa baik Steve. Itu yang di pikirkan oleh Steve.

Dan sayangnya ucapan Steve itu nyata dan benar. Bahkan Steve bisa tahu apa yang sedang di pikirkan oleh Dinda tentang dirinya.

"A - A - aku minta maaf pak karena berpikir buruk tentang mu. A - A - aku tidak akan mengatakan hal buruk lagi tentang bapak kedepannya," tukas Dinda merasa bersalah dan menunduk malu dengan bahasa yang rancu gugup.

"Begitu-kah? jadi selama ini aku memiliki kesan yang buruk di mata mu?" Steve bertanya dengan ekspresi licik seakan ia ingin tahu lebih dalam seperti apa Dinda memikirkan dirinya saat mereka bertatapan.

Steve memegang dagu Dinda dan mendongak-nya keatas agar melihat wajahnya. Dinda tidak mau kejadian ciuman terulang untuk ketiga kalinya sejak saat bertemu dengan Steve.

Sehingga sebagai pertahanan dinda memegang bahu Steve yang keras dan kekar.

"Pak Steve? pakaian anda setengah basah? apakah bapak belum menggantikan pakaian bapak sejak tadi?" Dinda mengalihkan pembicaraan di selingi khawatir.

Dia tahu kalau hujan yang mengguyur mereka berdua tadi cukup membuat semua tubuh basah hingga kedalam pori-pori.

"Jika iya, kenapa? apakah kamu mau menggantikan pakaian ku seperti di malam itu?" Steve menuntut sambil sedikit becanda.

"Bukan begitu maksud ku. Tidak maksud ku bapak nanti akan sakit jika masih mengenakan pakaian basah," Dinda bicara sedikit perhatian sambil menolak untuk melakukan itu lagi.

"Menggantikan pakaiannya seperti malam itu. Tidak kuat bagi ku untuk melihat masa depan yang begitu suram. Aku akan mati dalam rasa penuh penyesalan jika harus melihat bagian itu. Bagian teraneh dan menakutkan untuk dilihat. Bahkan adiknya lebih menyeramkan dari yang aku bayangkan." Batin Dinda bergumam sedikit takut saat membayangkan jika hal itu terjadi. Hal dimana tak pernah ia bayangkan sebelumnya

Namun Steve menanggapinya dengan serius bahkan dengan ekspresi bangga karena di perhatikan.

"Benarkah? bukankah jika aku sakit kamu akan merasa senang karena tidak akan bertemu dengan ku beberapa hari. Dan kamu akan merasa bebas dari cengkraman ku. Bukankah begitu yang kamu pikirkan?" Steve mencoba memancing Dinda untuk bicara jujur.

Ia bicara dengan wajah makin dekat hingga Dinda makin merasakan nafas segar Steve.

"Tidak!!! mana mungkin aku berpikir begitu. Bapak terlalu berpikir berlebihan dan aku tidak mungkin melakukan hal itu." Dinda bicara jujur seraya ingin menjauhkan wajahnya dari wajah Steve.

Melihat Dinda menghindari wajahnya, membuat Steve tergoda untuk memberikan sedikit ciuman sebagai bentuk protes.

"Bapak mau melakukan apa?" tanya Dinda pada Steve yang terus saja mendekat.

Steve tak menggubris pertanyaan itu justru ia makin bergairah melakonis tingkahnya.

Namun... Sekonyong-konyongnya.....

"Hatcyuh....."

"_________"

Steve memberikan Dinda sebuah bersin. Ia tak sengaja melakukannya di hadapan Dinda sehingga wajah Dinda terkena sedikit liurnya.

"Bapak terkena flu, sepertinya bapak sudah masuk angin!" Dinda sedikit panik tak karuan.

"Sudahlah. Lupakan saja. Aku tak selemah yang kamu pikirkan." Steve menyela membela diri dari prasangka Dinda.

Lalu ia berbalik badan dan kembali lagi menegakkan tubuhnya.

Tangannya kembali ia masukan kedalam saku celana, sehingga bokong indah Steve nampak berisi dengan indah. Dinda melihatnya, melihat bagian dalam celana Steve nampak membekas mengikut lekuk bokongnya.

"Jangan terus memperhatikan aku. Jika tidak gaji mu akan terus ku potong!" ucap Steve memperingati Dinda. Dirinya sadar Dinda memperhatikan bokongnya yang indah.

"Ya ya ya. Bapak memang yang terbaik, bahkan aku sampai terkesima melihat penampilannya." batin Dinda menaruh rasa sebal.

Dia tak percaya apapun yang sedang dirinya pikirkan pasti Steve akan bisa menebaknya semacam orang yang bisa membaca emosi dan pikirannya.

"Lebih baik pakai jas ini. Dan aku akan mengantar mu pulang!" tegas Steve seraya melempar jas tepat di wajah Dinda.

Dinda hanya pasrah dan menerima kenyataan bahwa dirinya sekarang berada di bawah kendali dan perintah Steve.

Steve sudah kembali seperti semula, bersikap hangat dan tidak bertindak dingin lagi.

Lega rasanya bagi Dinda karena tak lagi di tatap dengan wajah dingin tanpa ekspresi.

BERSAMBUNG

Jangan lupa tinggalkan like dan komentar kalian ya.

Semoga novel ini bisa menghibur kalian.

Terpopuler

Comments

Tri Erna wijayanti

Tri Erna wijayanti

thoorrr bukan ciuman malah Dinda d kasih Huacyynnnn.... bersin

🤣🤣🤣🤣

2020-02-26

5

Dharsha Alfysya

Dharsha Alfysya

thoor

2020-01-30

0

☠⏤͟͟͞R⚜🍾⃝ ὶʀαͩyᷞαͧyᷠυᷧ⚜Msf࿐ཽ༵

☠⏤͟͟͞R⚜🍾⃝ ὶʀαͩyᷞαͧyᷠυᷧ⚜Msf࿐ཽ༵

untung pembacanya pada pinter....hehehee

2020-01-21

5

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 — Prolog
2 Bab 2 — Memulai sebuah pembalasan
3 Bab 3 — Inikah pilihanku
4 Bab 4 — Emosional
5 Bab 5 — A Special Feel
6 Bab 6 — Harapan
7 Bab 7 — Debar
8 Bab 8 — Penampilan
9 Bab 9 — Pertemuan di Kafe
10 Bab 10 — Si pria Masa lalu
11 Bab 11 — Dua wanita
12 Bab 12 — Hutang Budi
13 Bab 13 — Boneka kesayangan
14 Bab 14 —
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Episode 94
95 Episode 95
96 Episode 96
97 Episode 97
98 Episode 98
99 Episode 99
100 Episode 100
101 Episode 101
102 Episode 102
103 Episode 103
104 Episode 104
105 Episode 105
106 Episode 106
107 Episode 107
108 Episode 108
109 Episode 109
110 Episode 110
111 Episode 111
112 Episode 112
113 Episode 113
114 Episode 114
115 Episode 115
116 Episode 116
117 Episode 117
118 Episode 118
119 Episode 119
120 Episode 120
121 Episode 121
122 Episode 122
123 Episode 123
124 Episode 124
125 Episode 125
126 Episode 126
127 Episode 127
128 Episode 128
129 Episode 129
130 Episode 130
131 Episode 131
132 Episode 132
133 Episode 133
134 Episode 134
135 Episode 135
136 Episode 136
137 Episode 137
138 Episode 138
139 Episode 139
140 Episode 140
141 Episode 141
142 Episode 142
143 Episode 143
144 Episode 144
145 Episode 145
146 Episode 146
147 Episode 147
148 Episode 148
149 Episode 149
150 Episode 150
151 Episode 151
152 Episode 152
153 Episode 153
154 Episode 154
155 Episode 155
156 Episode 156
157 Episode 157
158 Episode 158
159 Episode 159
160 Episode 160
161 Episode 161
162 Episode 162
163 Episode 163
164 Episode 164
165 Episode 165
166 Episode 166
167 Episode 167
168 Episode 168
169 Episode 169
170 Episode 170
171 Episode 171
172 Episode 172
Episodes

Updated 172 Episodes

1
Bab 1 — Prolog
2
Bab 2 — Memulai sebuah pembalasan
3
Bab 3 — Inikah pilihanku
4
Bab 4 — Emosional
5
Bab 5 — A Special Feel
6
Bab 6 — Harapan
7
Bab 7 — Debar
8
Bab 8 — Penampilan
9
Bab 9 — Pertemuan di Kafe
10
Bab 10 — Si pria Masa lalu
11
Bab 11 — Dua wanita
12
Bab 12 — Hutang Budi
13
Bab 13 — Boneka kesayangan
14
Bab 14 —
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Episode 94
95
Episode 95
96
Episode 96
97
Episode 97
98
Episode 98
99
Episode 99
100
Episode 100
101
Episode 101
102
Episode 102
103
Episode 103
104
Episode 104
105
Episode 105
106
Episode 106
107
Episode 107
108
Episode 108
109
Episode 109
110
Episode 110
111
Episode 111
112
Episode 112
113
Episode 113
114
Episode 114
115
Episode 115
116
Episode 116
117
Episode 117
118
Episode 118
119
Episode 119
120
Episode 120
121
Episode 121
122
Episode 122
123
Episode 123
124
Episode 124
125
Episode 125
126
Episode 126
127
Episode 127
128
Episode 128
129
Episode 129
130
Episode 130
131
Episode 131
132
Episode 132
133
Episode 133
134
Episode 134
135
Episode 135
136
Episode 136
137
Episode 137
138
Episode 138
139
Episode 139
140
Episode 140
141
Episode 141
142
Episode 142
143
Episode 143
144
Episode 144
145
Episode 145
146
Episode 146
147
Episode 147
148
Episode 148
149
Episode 149
150
Episode 150
151
Episode 151
152
Episode 152
153
Episode 153
154
Episode 154
155
Episode 155
156
Episode 156
157
Episode 157
158
Episode 158
159
Episode 159
160
Episode 160
161
Episode 161
162
Episode 162
163
Episode 163
164
Episode 164
165
Episode 165
166
Episode 166
167
Episode 167
168
Episode 168
169
Episode 169
170
Episode 170
171
Episode 171
172
Episode 172

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!