Bab 13 — Boneka kesayangan

“Semua orang akan berpikir bahwa aku adalah wanita seperti yang diucapkan oleh Vanya. Entah bagaimana mereka menanggapi ucapan konyol itu. Si gadis bodoh itu, kenapa dia selalu hadir dalam kehidupanku.”

Akh, Dinda ingin sekali menjambak rambut Vanya tadi. Jika saja tidak ada Steve, mungkin dia dan Vanya sudah adu gulat.

Dinda tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika hal itu terjadi. Pasti seru kalau cakar-cakaran dengan Vanya.

Steve mencuri-curi perhatian kala ingin melihat wajah diam Dinda dari tadi. Selama perjalanan pulang, Dinda tidak buka pembicaraan sama sekali.

Pikirnya Dinda sudah cukup banyak masalah dengan kehidupan pribadinya. Sehingga banyak sekali pertanyaan demi pertanyaan muncul dibenak Steve yang ingin ia ketahui langsung dari Dinda.

“Boleh aku bertanya?” kata Steve memberanikan diri untuk bicara.

“Silahkan!”

“Mereka memiliki masalah pribadi dengan kamu?”

Dinda menatap nanar wajah Steve. “Seperti itulah!” jawabnya. “Apa yang mereka katakan, tidak akan ada bedanya. Tergantung, bagaimana Bapak menanggapinya.”

“Oh, begitu rupanya.” Akh, Steve. Kenapa kamu begitu bodoh. Untuk apa kamu bertanya seperti itu padanya.

Tapi, tanpa Steve sadari, ternyata dia mulai masuk dalam alur cerita Dinda yang penuh geliat lika-liku. Semacam, mulai memahami sebuah karakter Dinda. Ini lebih baik, daripada tidak memahaminya sama sekali.

Mengapa setelah melihat wajah gadis ini, aku merasa sangat iba padanya. Seakan aku ingin menjadi pria yang dijadikan sandaran saat ia sedang sedih. Sebagai penadah air matanya yang jatuh. Bahkan aku ingin menyiapkan bahuku untuknya kapan pun dia membutuhkan untuk bersandar. Dia memiliki sepasang bola mata yang indah, sehingga aku merasa jika wajah ini sedang dalam kesulitan namun ia mencoba menutupi kesedihan dengan kebahagian. Wanita ini amat tegar dalam menghadapi masalah namun ahli dalam membuat orang lain terkesan padanya. Mengapa dia selalu bersikap baik pada orang lain, namun sombong kepadaku.

Steve sekarang dipenuhi banyak pertanyaan. Wajah sendu nan pilu Dinda, sedikitnya membawa perasaan dan sikap Dinda pada kata pilih kasih. Ya, dia memperlakukan orang lain dengan hangat, tetapi dengan Steve justru cuek.

Wajah Dinda, dia paling-kan menghadap keluar kaca jendela mobil, menatap gedung-gedung yang mereka lalui. Sambil terhanyut dalam tatapan kosong, Dinda bicara sekenanya pada Steve yang memandangnya dalam diam.

“Pak Steve, anda tidak perlu kasihan padaku.” Dinda memulai bicara menebak isi hati Steve tentang dirinya.

“Maksudnya?”

“Bapak bisa saja menganggap ucapan wanita tadi adalah sebagai kebenaran. Di mana, bahwa aku adalah wanita penghibur yang hidup dengan menopang pada kehidupan pria kaya. Menjajakan tubuhku kepada pria-pria mata keranjang demi kemewahan dan foya-foya belaka. Aku tak akan merasa tersinggung jika itu adalah kenyataannya. Sehingga bapak tidak perlu mengasihaniku lagi kedepannya. Aku memang wanita seperti yang bapak pikirkan. Lucu rasanya seorang wanita jalang sepertiku dikasihani oleh pria seperti Anda Pak."

Dinda bicara seakan itu adalah kenyataannya. Namun itu berbeda dengan apa yang di pikirkan Steve.

“Percaya pada kebohongan sama saja dengan melukai ego sendiri. Di saat seperti ini, kamu masih sempat berpikir bahwa aku akan memelas iba dan ikut kasihan padamu. Sungguh, kamu wanita yang berpikiran liar.”

Ucapan Dinda tadi, membuat Steve sedikit marah. Seakan Dinda menyebut dirinya seorang pria yang ada di pikirannya.

Pria yang percaya pada cerita fikti belaka, yang terkesan memaksa para pendengarnya untuk memojokkan tokoh yang sedang di adili. Cerita yang mengada-ada dan belum tentu kebenarannya.

Steve dengan sedikit emosi khas dirinya yang pemarah, membanting stir kemudi dengan emosional dan tiba-tiba menepikan kendaraannya ke garis pemisah antara jalan raya dan trotoar.

Ia melakukannya tanpa aba-aba dan sesuai keinginannya.

“Kenapa pak berhenti tiba-tiba!” tanya Dinda kaget.

Steve tanpa pikir panjang langsung mendekatkan wajahnya dan mendaratkan sebuah ciuman. Dinda tak bisa bicara lagi karena mulutnya tersumpal oleh bibir hangat Steve.

Steve ******* habis bibir itu dengan nikmat dan sesekali Dinda memejamkan mata.

Bibir lembut Dinda terasa hangat dan amat menggairahkan. Steve melakukannya penuh dengan keromantisan dan tidak memberikan celah bagi gadis itu untuk berontak.

“Jika kamu menurut padaku, aku jamin tidak akan melukai bibirmu yang manis ini,” ujar Steve pelan. Lalu dia melanjutkan lagi cumbuan manis ini.

Dinda menahan nafasnya, sebab ini kali pertamanya dia dicium oleh seorang pria penuh kehangatan. Degup jantungnya makin berpacu dua kali lebih kencang dari biasanya.

Mengapa aku merasa nyaman saat pria ini melakukannya padaku. Mengapa aku tidak melakukan perlawanan saat dia menciumku secara sepihak.

Dinda bertanya-tanya dalam hati kecilnya. Sambil sesekali dirinya menikmati cumbuan hangat itu. Aneh bukan? Tapi, inilah kenyataannya.

”Tidak, aku harus menghentikannya!”

Kali ini Dinda mulai sadar dan tak ingin meneruskan tingkah Steve yang sekehendaknya melakukan semua keinginannya.

Dinda mencoba mendorong tubuh kekar Steve dengan kasar tanda bahwa ia ingin mengakhiri kelakuan itu. Namun hal itu sia-sia karena tenaga Steve lebih kuat bahkan ciuman yang di berikan Steve lebih liar lagi dari sebelumnya.

Dinda tidak bisa berontak lebih kuat lagi. Karena pria ini begitu kekar sehingga sulit bagi tubuh kecilnya memberontak, meminta lepas dari dekapan Steve yang gagah. Wajah Dinda memerah padam karena malu.

Selang beberapa lama, Steve mengakhiri ciuman kasarnya dan membersihkan mulutnya menggunakan kerah lengan bajunya.

”Uhm ..., maaf. Aku tidak sengaja melakukannya secara tiba-tiba.”

Dengan ekspresi sok cueknya, Steve tak berani melihat wajah gadis yang telah ia kecup dengan kehangatan itu. Sialnya, Steve ingin nambah sebenarnya. Tapi dia tidak berani. Dinda bukan siapa-siapanya.

“Sial kenapa aku malah melakukan itu padanya. Apakah sulit bagiku menahan diri untuk tidak menciumnya. Benar-benar sial!”

“Aku paham, Pak!” jawab Dinda canggung.

Dinda melihat sepasang mata yang dingin membuang muka bahkan tidak berani melihat wajahnya. Begitu juga dinda, ia merasakan hal yang sama. Ia merasa amat malu, meskipun Steve yang memulainya. “Sebaiknya aku turun di sini saja Pak. Terima kasih sebelumnya.”

Dinda menarik pintu, sial keluar. Tapi tangannya langsung dicekal Steve. “Tidak, sebaiknya aku mengantarmu sampai tujuan. Aku yang bertanggung jawab atas semua ini. Dan aku juga harus menuntaskannya.”

“Tidak apa-apa, Pak. Aku bisa pulang sendiri. Terima kasih atas tumpangannya.”

“Aku tidak akan membiarkan karyawanku pulang sendiri malam-malam seperti ini. Jika tidak, bagaimana mungkin aku di sebut sebagai CEO yang bisa diandalkan jika aku menelantarkan karyawanku sendiri. Sebaiknya pakai lagi seatbelt-mu.”

Dinda mendecak sebal. “Pria ini begitu memaksa mengantar ku pulang. Setelah mencium ku tanpa izin, kini dia melakukan sekehendaknya saja. Sungguh pria yang menyebalkan.”

Ingin rasanya, Dinda memukul kepala Steve. Tapi tetap saja, dia tidak memiliki keberanian sama sekali.

Dinda tidak habis pikir bagaimana mungkin dirinya bisa bertemu dengan pria semacam ini dan juga suka melakukan semaunya saja.

Mobil sudah melaju kencang menuju arah pulang ke rumah Dinda. Steve fokus pada jalan mobilnya. Dan ya, sedikit canggung duduk dengan wanita cantik di sebelahnya.

“Aku rasa dia tak akan melupakan ciuman tadi. Ciuman sebagai penanda bahwa dia adalah wanitaku. Dan aku akan terus memberikannya tanda bahwa hanya aku yang boleh melakukan apapun yang aku inginkan terhadap dirinya. Sekali pun orang itu adalah orang yang paling ia cintai, aku pasti akan melenyapkan orang itu. Sehingga tak ada yang berani menyentuh gadis nakalku selain aku.”

Inilah Steve, dia tak akan membiarkan siapapun mengambil boneka kesayangannya bahkan sudah rusak sekalipun.

Terpopuler

Comments

Berdo'a saja

Berdo'a saja

nyosor kayak soang

2023-05-16

0

nisa lalisa

nisa lalisa

baru juga dua hari ketemu

2020-05-03

1

Endang Setiawan Ysh

Endang Setiawan Ysh

wah main nyosor aja tuh😅

2020-04-11

6

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 — Prolog
2 Bab 2 — Memulai sebuah pembalasan
3 Bab 3 — Inikah pilihanku
4 Bab 4 — Emosional
5 Bab 5 — A Special Feel
6 Bab 6 — Harapan
7 Bab 7 — Debar
8 Bab 8 — Penampilan
9 Bab 9 — Pertemuan di Kafe
10 Bab 10 — Si pria Masa lalu
11 Bab 11 — Dua wanita
12 Bab 12 — Hutang Budi
13 Bab 13 — Boneka kesayangan
14 Bab 14 —
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Episode 94
95 Episode 95
96 Episode 96
97 Episode 97
98 Episode 98
99 Episode 99
100 Episode 100
101 Episode 101
102 Episode 102
103 Episode 103
104 Episode 104
105 Episode 105
106 Episode 106
107 Episode 107
108 Episode 108
109 Episode 109
110 Episode 110
111 Episode 111
112 Episode 112
113 Episode 113
114 Episode 114
115 Episode 115
116 Episode 116
117 Episode 117
118 Episode 118
119 Episode 119
120 Episode 120
121 Episode 121
122 Episode 122
123 Episode 123
124 Episode 124
125 Episode 125
126 Episode 126
127 Episode 127
128 Episode 128
129 Episode 129
130 Episode 130
131 Episode 131
132 Episode 132
133 Episode 133
134 Episode 134
135 Episode 135
136 Episode 136
137 Episode 137
138 Episode 138
139 Episode 139
140 Episode 140
141 Episode 141
142 Episode 142
143 Episode 143
144 Episode 144
145 Episode 145
146 Episode 146
147 Episode 147
148 Episode 148
149 Episode 149
150 Episode 150
151 Episode 151
152 Episode 152
153 Episode 153
154 Episode 154
155 Episode 155
156 Episode 156
157 Episode 157
158 Episode 158
159 Episode 159
160 Episode 160
161 Episode 161
162 Episode 162
163 Episode 163
164 Episode 164
165 Episode 165
166 Episode 166
167 Episode 167
168 Episode 168
169 Episode 169
170 Episode 170
171 Episode 171
172 Episode 172
Episodes

Updated 172 Episodes

1
Bab 1 — Prolog
2
Bab 2 — Memulai sebuah pembalasan
3
Bab 3 — Inikah pilihanku
4
Bab 4 — Emosional
5
Bab 5 — A Special Feel
6
Bab 6 — Harapan
7
Bab 7 — Debar
8
Bab 8 — Penampilan
9
Bab 9 — Pertemuan di Kafe
10
Bab 10 — Si pria Masa lalu
11
Bab 11 — Dua wanita
12
Bab 12 — Hutang Budi
13
Bab 13 — Boneka kesayangan
14
Bab 14 —
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Episode 94
95
Episode 95
96
Episode 96
97
Episode 97
98
Episode 98
99
Episode 99
100
Episode 100
101
Episode 101
102
Episode 102
103
Episode 103
104
Episode 104
105
Episode 105
106
Episode 106
107
Episode 107
108
Episode 108
109
Episode 109
110
Episode 110
111
Episode 111
112
Episode 112
113
Episode 113
114
Episode 114
115
Episode 115
116
Episode 116
117
Episode 117
118
Episode 118
119
Episode 119
120
Episode 120
121
Episode 121
122
Episode 122
123
Episode 123
124
Episode 124
125
Episode 125
126
Episode 126
127
Episode 127
128
Episode 128
129
Episode 129
130
Episode 130
131
Episode 131
132
Episode 132
133
Episode 133
134
Episode 134
135
Episode 135
136
Episode 136
137
Episode 137
138
Episode 138
139
Episode 139
140
Episode 140
141
Episode 141
142
Episode 142
143
Episode 143
144
Episode 144
145
Episode 145
146
Episode 146
147
Episode 147
148
Episode 148
149
Episode 149
150
Episode 150
151
Episode 151
152
Episode 152
153
Episode 153
154
Episode 154
155
Episode 155
156
Episode 156
157
Episode 157
158
Episode 158
159
Episode 159
160
Episode 160
161
Episode 161
162
Episode 162
163
Episode 163
164
Episode 164
165
Episode 165
166
Episode 166
167
Episode 167
168
Episode 168
169
Episode 169
170
Episode 170
171
Episode 171
172
Episode 172

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!