“Lama tak berjumpa denganmu Dinda. Ternyata masih tidak ada perubahan ya.”
Dinda hanya mengulum tersenyum, begitu Vanya berkata dengan nada ledekan. Dia tahu, Vanya memang tidak akan pernah berubah. Sejak dulu, bahkan sampai sekarang.
“Hei Van, kamu ingat tidak empat tahun yang lalu dia mencoba menggoda calon suamimu. Kamu lihat sekarang, empat tahu kemudian dia masih saja menggoda pria lain. Sungguh Dinda yang malang.”
Ingin rasanya Dinda memukul wajah Inggrid yang sengaja berkata begitu. Seolah dia ingin mengatakan pada Steve, bawah dia bukanlah pria yang baik.
“Inggrid kalau bicara, suka bercanda.”
“Nggak kok Din. Ini fakta!” tegas Inggrid. “Aku tidak habis pikir kenapa kamu bisa seperti ini. Apa mungkin kamu memang terlahir dari keluarga penggoda dan penghibur bahkan perebut suami orang. Sehingga untuk menopang hidup, kamu tak ada pilihan lain selain menjadi wanita penggoda dan penjaja tubuh. Sungguh Dinda yang malang.”
Mereka mengumpat Dinda tepat di hadapan Steve seakan mereka tak peduli bahwa Steve adalah manusia.
“Iya benar. Beruntung bagi Johan karena cepat sadar bahwa wanita ini *******. Jika tidak, pasti perusahaan Tama akan di buat malu karena memiliki menantu seorang ****** yang menjajakan diri ke lelaki hidung belang. Sungguh jika bukan karena inisiatifku menerima cinta Johan, mungkin saja keluarga Tama akan tertipu oleh tampang polos sok suci gadis penghibur ini.”
Vanya membenarkan ucapan Inggrid dan menambahkan sedikit kata-kata yang sebenarnya sudah dia rekayasa. Dia mencoba membuka aib masa lalu Dinda di hadapan Steve dengan sindiran keras. Berharap, kalau Steve akan percaya pada ucapannya.
“Oh perusahaan Tama rupanya,” kata Steve memahami. “Ternyata Nona manis ini, calon menantu keluarga tama.”
Steve tahu siapa itu Johan. Dia pria yang sebelumnya pernah mengganggu Dinda beberapa hari yang lalu. Steve bahkan masih ingat seperti apa wajah berengsek itu.
“Oh iya kakak tampan. Perkenalkan aku Vanya dan ini temanku Inggrid. Kami adalah teman satu kampus Dinda.” Vanya mengulurkan tangan tanda ingin berjabat tangan dengan Steve. Tentu ini sebagai kode berkenalan, supaya mudah menjatuhkan Dinda.
Steve menanggapinya dengan wajah masam dan sinis. Sebenarnya Steve tidak menyukai wanita yang mengumbar aib orang lain— bahkan jika itu benar adanya. Karena hal itu menyangkut sesuatu yang privasi.
“Kulitku terlalu mahal untuk disentuh oleh wanita kelas rendahan, bahkan jika bukan dari kalangan pengusaha kelas atas tegap aku menolaknya. Simpan saja tangan kotor itu, karena aku tidak akan menyentuh virus berbahaya.”
“Kurang ajar pria ini. Di beritahu info yang baik malah mengatakan aku virus!” kata Inggrid kesal.
Vanya juga merasa sangat jengkel karena baru kali ini di perlakukan oleh pria dengan dingin seperti Steve. “Oh, baiklah kakak. Aku rasa memang kamu adalah pria yang elegan. Maaf telah bersikap membuatmu tidak nyaman dengan perlakuanku.”
“Jangan panggil aku kakak!” tegas Steve. “Aku bukan kakakmu dan jangan sok akrab denganku.”
Sekali lagi Steve mengeluarkan ucapan kejam khas dirinya yang sombong dan angkuh. Vanya dan temannya sampai keheranan melihat tingkah pria ini.
“Van sudah, jangan diteruskan,” bisik Inggrid. “Orang ini aneh.”
Inggrid ingin mengajak Vanya keluar dari restoran, saat melihat sahabatnya itu menahan emosi. Namun Vanya sudah tak bisa menahan penghinaan itu. Ia melampiaskan kekesalannya pada Dinda dengan menumpahkan minuman berwarna merah di kemeja putihnya.
“Kamu pria kurang ajar. Pantas saja kamu bisa terpengaruh oleh si wanita ****** seperti Dinda. Kamu pria berengsek!”
“Vanya, cukup!” teriak Dinda kesal. Dia tidak kalah emosi karena dengan sengaja menumpahkan minuman ke bajunya. “Hentikan bicaramu yang omong kosong itu.”
“Apa, menghentikan omong kosong ini? Kamu pikir aku akan puas hanya dengan mengolok-olokmu saja. Tidak akan hal itu terjadi sebelum aku memastikan kamu benar-benar lenyap dari muka bumi ini selama-lamanya. Dasar wanita penghibur.”
Tangan Vanya ingin melayangkan satu tamparan keras di wajah Dinda. Namun Steve berhasil menghentikannya.
“Apa kau tidak punya malu menghina orang lain di muka umum?” bentak Steve emosi. “Dasar perempuan gila.”
Steve sesuai dengan kepribadian kejamnya membanting tubuh Vanya dengan keras ke lantai hingga kepala gadis itu terbentur di salah satu meja makan restoran. Namun hal itu tidak membuat Vanya pingsan, karena dirinya tidak sehebat ratu drama seperti di film-film kebanyakan.
“Aw,” erang Vanya sakit. “Dasar pria berengsek. Apa kamu tidak tahu, siapa aku?”
“Tidak tahu, dan tidak ingin tahu tentangmu!” jelas Steve. Masih dengan raut wajahnya yang dingin, Steve tidak peduli jika telah kejam pada wanita.
“Van, kamu gak apa-apa?” tanya Inggrid sembari membantu Vanya bangkit.
Semua orang yang ada di restoran melihat kejadian ini. Dan menjadikan ini adalah tontonan kecil sebagai penghibur makan malam mereka. Mereka berbisik-bisik mengenai kejadian ini.
“Kamu! Pria kasar dari mana kamu hah? Beraninya kamu melakukan hal ini pada Nyonya Tama. Apa kamu sudah bosan hidup sehingga berani berurusan dengan keluarga Tama!”
Steve mengangkat kedua bahunya, sambil melipat tangannya di dada. “Lantas, aku peduli?”
“Dasar pria ********!” Vanya ingin melayangkan satu tamparan keras di wajah Steve. Tapi berhasil ditahan olehnya.
Steve paling tidak suka jika ada yang berani menunjuk dirinya dengan kasar begitu. Sekalipun wanita, Steve akan kejam bahkan tidak akan menunjuk belas kasihnya.
“Pelayan!” teriak Steve pada pelayan restoran. Dengan serta merta beberapa pelayan restoran datang menghadap tuannya. “Segera panggilkan beberapa bodyguard kemari dan lemparkan wanita-wanita ini keluar. Jika perlu lempar mereka ke tempat sampah restoran sekalian. Jangan pernah biarkan mereka datang lagi ke tempat ini.”
“Baik Pak.” Dengan sigap, para pelayan langsung menghubungi bodyguard khusus Steve untuk datang ke restoran.
Steve dengan sikap bagai pahlawan, membopong Dinda keluar restoran.
Dia melepaskan jas mahalnya lalu memakainya ke bahu Dinda. Menutupi bajunya yang tertumpah minuman oleh Vanya tadi. Kemeja putih yang dikenakan Dinda menampakan pakaian dalamnya yang berwarna merah muda. Steve tidak mau miliknya dilirik oleh orang lain.
“Kamu tunggu saja, keluarga Tama akan membalasmu nanti. Dasar pria berengsek!” Vanya menghujam Steve dengan kata-kata kasar.
Steve menoleh dengan sinis. Tapi tidak berlangsung lama, karena dia tidak peduli apapun pada ucapan wanita dewasa yang masih bersikap labil itu.
“Lakukan saja jika keluarga Tamamu bisa. Aku akan menantikan pembalasan dari mereka.”
Steve sangat menantikan drama kecil yang akan di mainkan oleh wanita tak tahu malu itu. Kapanpun, dia siap melayani keluarga Tama.
“Dasar pria tak tahu malu. Kau memang pantas untuk dilenyapkan dari muka bumi ini. Dasar pria sialan,” pekik Vanya tanpa henti.
“Temui aku di Grup Wong. Dan katakan, bosku akan menyelesaikan masalah ini.” Bayangan punggung itu hilang di ambang pintu restoran.
Vanya mengepal tangan dengan emosi penuh. Ingin rasanya saat itu ia menghubungi Tante Diana, agar membantu dirinya membalaskan dendam kepada Steve si pria angkuh. Tapi dia tidak bisa berbuat apapun.
Sedangkan Steve, dengan nyaman membopong tubuh Dinda tanpa merasa terbebani oleh tubuh itu. Badan Dinda yang ramping membuat Steve bisa mengangkat hingga keluar restoran.
“Pak Steve, kumohon jangan lakukan ini. Aku merasa canggung!” kata Dinda menahan malu. Tapi alih-alih Steve menurunkan Dinda, dia malah makin menjadi.
“Aku tidak peduli itu. Selagi aku bisa, aku akan melakukan semua yang aku inginkan. Jangan membantahku, atau aku akan membuang tubuh sisa tulang ini ke tempat sampah.”
”Pak, Steve. Aku ....”
“Tidak ada bantahan!” tegas steve memotong ucapan Dinda. “Aku akan membayarmu hingga empat kali lipat jika kamu menurut. Dan mulai saat ini panggil saja aku Steve tidak dengan pak!”
Dinda hanya bisa mengangguk saja. Karena tak ada yang perlu di bantah. Lagi pula, pria itu selalu saja bertindak semaunya. Sampai bosan Dinda menyuruhnya untuk tidak bersikap monopoli.
Lagi-lagi Steve merasa puas dengan hasil yang telah dia lakukan. Dengan begini, dia kembali mengikat gadis itu agar terus berhutang budi padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments
Berdo'a saja
belum jadi mantu sudah sok berkuasa
2023-05-16
0
Gisandra Aprilnaura Yudia
smngt thorr... dtnggu krya2 yg lain
2020-05-18
1
Riyan Molyo Riyan
sukaaaaaaaaaaaaaaa
2020-05-08
3