Bab 9 — Pertemuan di Kafe

Suasana di restoran cepat saji, tempat Dinda membeli makanan untuk Steve agak ramai. Dinda harus ikut antri, hanya sekedar membeli beberapa kotak pizza.

Dinda duduk di kursi, dengan tangannya sibuk memainkan sebuah kertas kecil bertuliskan angka 27. Nomor itu adalah tanda antrian dalam memesan makanan pilihan bosnya.

“Berapa lama lagi nomorku dipanggil. Ah, aku merasa aku sudah tidak tahan lagi berada di sini.”

Bosan menunggu, adalah hal yang paling dibenci oleh Dinda. Itulah kenapa, segala yang dia kerjakan, harus instan dan cepat.

“Sudah lima belas menit berlalu, bahkan makanan yang kupesan belum juga selesai. Benar-benar pelayanan yang buruk!” gumam Dinda kesal.

Cuaca yang panas dan terik memaksa Dinda mengikat rambut panjangnya yang tergerai membentuk kuncir kuda. Apapun bentuk dan gaya rambut yang ia kenakan amat cocok bahkan menambah aura cantiknya. Hingga antrian panjang yang ia nantikan segera berakhir.

“Antrian nomor dua puluh tujuh!”

Dinda segera menuju ke meja kasir, melakukan sebuah pembayaran.

“Terima kasih atas belanja anda, selamat menikmati!"

Dinda hanya membalas ucapan itu dengan senyuman manis sebagi penghargaan atas sesama pekerja Purna waktu. Lalu sebagai gantinya ia mencoba berjalan cepat meninggalkan meja kasir dengan tergesa-gesa. Steve sudah menunggunya pasti sejak tadi.

“Wanita yang elegan!” puji pelayan kasir atas kecantikan Dinda yang me-mumpuni dengan senyum bahagia di wajahnya.

Dinda sadar bahwa dirinya sudah membuat kesalahan dengan terlalu lama mengantri di restoran. Setidaknya hal ini membuat bosnya akan marah besar karena si pria sombong itu benci orang yang tidak menghargai waktu.

“Astaga, sudah hampir dua puluh menit aku duduk menunggu. Aku baru sadar jika aku terlalu menyepelekan waktuku.”

Kedua tangan itu penuh dengan barang bawaan dari restoran cepat saji di depan perusahaan Steve.

Baik kiri maupun kanan, kedua tangan itu di penuhi oleh sekotak pizza dan beberapa gelas minuman dingin. Dinda mempercepat langkahnya,

“Sungguh pria itu sangat menyebalkan!” gumamnya sewot seraya berjalan cepat. Dinda tidak mau disalahkan oleh Steve karena lalai.

Karena jalannya tidak fokus, Dinda menabrak seseorang di depan pintu keluar restoran.

Hingga minuman tumpah di lantai dan sedikit mengotori baju pria dia hadapannya.

“Maafkan aku. Aku tidak sengaja Melakukannya!” dengan ucapan spontanitas dinda membungkuk di hadapan pria itu.

Pria yang ditabrak oleh Dinda tersenyum manis seraya berkata dengan ramah.

“Kamu tidak perlu meminta maaf, aku yang salah karena terlalu terburu-buru!” ucap pria itu dengan rendah hati.

Tetapi Dinda kaget mendengar suara ini. Suara pria yang pernah dia kenal sebelumnya, dan dirinya mungkin takkan melupakan sosok pria ini.

“Kak Johan!”

Melihat sepasang mata hangat Johan penuh perhatian, Dinda merasa pria ini tidak berubah. Si pria yang duku pernah bersamanya beberapa tahun. Pernah mengisi hari-hari gelap Dinda.

“Sudah lama tidak bertemu dengannya, kini Kak Johan kembali dengan wajah baru. Pria yang dulu pernah mengkhianati diriku yang masih lugu dan belum mengenal arti cinta. Dan kini, tepat di hadapanku wajah palsu itu menampakkan dirinya kembali bagai luka lama yang akan terinfeksi kembali!”

Dinda tidak memiliki sebuah keberanian lagi, saat menatap mata Johan. Peristiwa masa lalu, memaksa Dinda teringat pada kisah pahit dan sulit untuk dilupakan itu.

“Dia yang aku anggap sebagai pahlawan. Dia yang aku banggakan di saat aku sedang bersedih dan pupus harapann. Kini dia dengan wajah palsu itu menampakan diri dengan berani tanpa dosa. Kejadian empat tahun itu memaksa ku harus melupakan bahkan membencinya seumur hidup ku. Aku tidak ingin hal itu kembali terjadi pada ku di masa lalu dan mengganggu kehidupanku di masa mendatang. Melupakannya adalah jalan terbaik untuk mendapatkan kehidupan yang berharga!”

Mencoba melupakan Johan, si pria angkuh ini. Dia jauh lebih angkuh daripada bos Dinda yang baru. Johan lebih jahat, bahkan melebihi seorang psikopat. Sudah bagus tidak bertemu, tapi kenapa sekarang dia kembali terlihat di mata polos Dinda.

“Maafkan aku kak Johan. Aku tidak sengaja dan aku sedang terburu-buru!” kata Dinda meminta maaf lalu bergegas pergi meninggalkan Johan.

Menghindar adalah jalan terbaik. Atau dia akan terlibat lagi dalam masalah yang rumit.

Namun Johan langsung menarik tangan lembut Dinda, mencengkram keras.

Pria berpostur tubuh tinggi itu memaksa dengan sikap buruk dan berupaya dengan segala cara.

“Dinda!”

“Lepaskan aku kak Johan!” berontak Dinda kasar melepaskan pegangan tangan Johan. “Jangan pernah sentuh aku sedikit pun.”

“Baiklah, maafkan aku telah berbuat kasar padamu.”

Entah apa yang terjadi di masa lalu Dinda, ia amat tak menyukai kehadiran Johan di hadapannya saat ini. Dan baginya Johan adalah parasit yang harus dibasmi hingga akar-akarnya.

“Kamu sudah mengotori jasku Dinda. Apakah begitu caramu menyambut kekasihmu yang sudah lama tidak berjumpa. Apakah dengan menyiramnya minuman, adalah awal dari hubungan ini?”

Dinda tersenyum sinis. Membuang perhatiannya bahkan tidak peduli apapun pada pria ini.

“Gadis ini tidak berubah sejak aku ditinggalkan empat tahun yang lalu. Sungguh menarik bahkan lebih cantik dari sebelumnya.”

Memperhatikan sekali lagi wajah Dinda, Johan merasa Dinda jauh lebih cantik dari yang pernah dia temui.

“Maafkanlah aku jika aku telah mengganggu waktumu. Dan aku rasa aku yang bersalah karena telah menumpahkan minumanmu!” Johan melanjutkan gaya bahasa kasualnya itu tanpa canggung seakan dirinya mengerti sifat dan emosional seseorang yang ia temui.

“Oh tidak kak Johan, bukan itu maksudku. Aku hanya sedang terburu-buru saja tadi sehingga tidak melihat jika kak Johan sedang melintas tadi. Sebagai gantinya aku akan membersihkan pakaian kak Johan sekarang!”

Dinda terpaksa melakukannya, jika bukan karena dia yang bersalah. Dinda mengambil tisu dan membersihkan jas Johan yang kotor. Sekali lagi Johan tersenyum bahagia atas tindakan Dinda yang begitu hangat.

“Wanita ini tetap saja ramah pada semua orang meskipun sudah ribuan kali disakiti. Sungguh wanita yang langka!”

Berapa kali, sampai jutaan kali mencoba melupakan Dinda, Johan tidak akan sanggup. Karena cinta pertamanya ini, jauh lebih menggoda dari wanita manapun.

“Aku tidak memaksamu melakukannya. Tetapi aku tidak bisa menolak niat baik gadis cantik sepertimu,” goda Johan.

Pertemuan tidak disengaja ini pada akhirnya membawa keuntungan tersendiri bagi Johan.

Di mana, dia kembali bertemu dengan Dinda, mantan kekasihnya saat kuliah dulu.

Saat itu Dinda dan dirinya adalah junior dan senior kampus. Mereka pernah menjalin hubungan yang serius hingga dua tahun.

Namun takdir berkata lain, orang tua Johan khususnya Ibu Johan tidak menyukai kehadiran Dinda di sisi anak semata wayangnya.

Karena perbedaan status sosial yang mencolok membuat mereka harus berpisah. Terlebih, Johan sangat setuju saat itu akan di jodohkan dengan Vanya wanita pilihan Ibunya. Bukan karena menyukai Vanya, tapi karena harta.

“Gadis miskin dan jelek seperti dirimu tidak pantas mendampingi Johan putraku yang sempurna ini. Kamu camkan itu dengan baik-baik!”

Itulah sekilas ucapan yang masih Dinda ingat keluar dari mulut Ibu Johan yang judes dan cerewet.

Dinda yang sangat begitu mencintai Johan tidak bisa membiarkan kisah cinta itu kandas dengan begitu saja karena perbedaan status sosial diantara mereka. Bahkan sebesar apa pun Ibunya ingin memisahkan mereka, Dinda tetap bertahan sampai Ibunya luluh dan menerima dirinya. Namun sayang bagi Dinda itu takkan berhasil dan terkesan sia-sia.

Wanita tua renta itu menolak dengan keras bahkan tidak jarang dia berlaku kasar terhadap Dinda. Bagaimana pun caranya Dinda harus menjauhi kehidupan Johan yang berstatus sebagai pewaris tunggal perusahaan Tama. Sedangkan Dinda? Dia hanya gadis kecil miskin yang tidak cocok jika disandingkan dengan Johan yang sempurna Begitulah yang Ibu Johan pikiran.

Siang itu kejadian empat tahun lalu di kampus Dinda. Di mana Ibu johan dan Vanya datang melabraknya di lorong perpustakaan kampus. Dengan kasar mereka memaki dan menampar wajah Dinda dengan keras tidak berperasaan.

“Kamu sudah kuperingatkan agar tidak mendekati Johan, tetapi sekarang kamu masih berani bahkan mencoba mengguna-guna anakku. Apa kamu cari mati!”

Ibu Johan menjambak rambut Dinda.

Bahkan wanita tua itu mendorong Dinda kasar hingga terjatuh di lantai lorong perpustakaan. Vanya, si tunangan Johan terlihat bahagia melihat Dinda ditindas oleh calon Ibu mertuanya.

“Ibu, bahkan dia memfitnahku di muka umum dengan mengatakan aku adalah wanita penghibur. Apakah itu tidak terlalu jahat Bu!” tambah Vanya berbohong.

“Begitu rupanya wanita ****** ini berprilaku kasar terhadap calon menantu keluarga Tama. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi!” tegas Ibu Johan. Dia tidak bisa diam saat itu.

Seketika pemandangan ini menjadi tontonan publik khususnya para mahasiswa di kampus Dinda. Di saat bersamaan Johan datang dari belakang Ibunya dengan wajah gusar.

“Ibu ..., apa yang Ibu lakukan pada Dinda Bu? Lepaskan Bu!” kata Johan melerai Ibunya yang tengah emosi.

'?“Jangan ikut campur, ini bukan urusanmu tetapi urusanku dengan si ****** ini!”

“Bu, yang Ibu lakukan ini salah Bu. Cepat lepaskan Dinda Bu!” Johan kembali melerai dengan susah payah. Namun wanita tua itu mengancam anaknya sendiri dengan angkuh dan berani.

“Jika kamu masih membela wanita ini, maka semua aset perusahaan ayahmu bahkan fasilitas yang diberikan padamu tak akan di wariskan padamu jika kamu masih membela wanita penghibur ini!” ucap Ibu Johan kasar.

Mendengar ucapan itu, Johan langsung berubah pikiran dan melepaskan pegangan pada Ibunya yang sedang menjambak rambut Dinda. Bagai sebuah tombak menghujam Johan, dia tidak bisa menerima kenyataan pahit jika sampai Ibunya benar-benar melakukan hal itu.

Dinda bukan tidak ingin melawan dan tidak berani mengahadapi wanita tua itu, tetapi dirinya menghargai jika wanita tua itu adalah Ibu Johan, pria yang dia cintai. Bahkan dia sangat menghormatinya.

Tetapi apa yang Johan lakukan padanya saat itu sungguh sulit dibayangkan oleh Dinda? Hanya sebuah pengkhianatan.

Memaksa dirinya membenci Johan yang lebih memilih kekayaan materil ketimbang mempertahankan hubungan serius yang pernah mereka jalin.

Terpopuler

Comments

Berdo'a saja

Berdo'a saja

heeemmm lagi lagi setatus sosial

2023-05-16

0

Emilisdapanjaitan

Emilisdapanjaitan

miris banget

2020-05-13

1

☠⏤͟͟͞R⚜🍾⃝ ὶʀαͩyᷞαͧyᷠυᷧ⚜Msf࿐ཽ༵

☠⏤͟͟͞R⚜🍾⃝ ὶʀαͩyᷞαͧyᷠυᷧ⚜Msf࿐ཽ༵

tragis... 😔

2020-01-20

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 — Prolog
2 Bab 2 — Memulai sebuah pembalasan
3 Bab 3 — Inikah pilihanku
4 Bab 4 — Emosional
5 Bab 5 — A Special Feel
6 Bab 6 — Harapan
7 Bab 7 — Debar
8 Bab 8 — Penampilan
9 Bab 9 — Pertemuan di Kafe
10 Bab 10 — Si pria Masa lalu
11 Bab 11 — Dua wanita
12 Bab 12 — Hutang Budi
13 Bab 13 — Boneka kesayangan
14 Bab 14 —
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Episode 94
95 Episode 95
96 Episode 96
97 Episode 97
98 Episode 98
99 Episode 99
100 Episode 100
101 Episode 101
102 Episode 102
103 Episode 103
104 Episode 104
105 Episode 105
106 Episode 106
107 Episode 107
108 Episode 108
109 Episode 109
110 Episode 110
111 Episode 111
112 Episode 112
113 Episode 113
114 Episode 114
115 Episode 115
116 Episode 116
117 Episode 117
118 Episode 118
119 Episode 119
120 Episode 120
121 Episode 121
122 Episode 122
123 Episode 123
124 Episode 124
125 Episode 125
126 Episode 126
127 Episode 127
128 Episode 128
129 Episode 129
130 Episode 130
131 Episode 131
132 Episode 132
133 Episode 133
134 Episode 134
135 Episode 135
136 Episode 136
137 Episode 137
138 Episode 138
139 Episode 139
140 Episode 140
141 Episode 141
142 Episode 142
143 Episode 143
144 Episode 144
145 Episode 145
146 Episode 146
147 Episode 147
148 Episode 148
149 Episode 149
150 Episode 150
151 Episode 151
152 Episode 152
153 Episode 153
154 Episode 154
155 Episode 155
156 Episode 156
157 Episode 157
158 Episode 158
159 Episode 159
160 Episode 160
161 Episode 161
162 Episode 162
163 Episode 163
164 Episode 164
165 Episode 165
166 Episode 166
167 Episode 167
168 Episode 168
169 Episode 169
170 Episode 170
171 Episode 171
172 Episode 172
Episodes

Updated 172 Episodes

1
Bab 1 — Prolog
2
Bab 2 — Memulai sebuah pembalasan
3
Bab 3 — Inikah pilihanku
4
Bab 4 — Emosional
5
Bab 5 — A Special Feel
6
Bab 6 — Harapan
7
Bab 7 — Debar
8
Bab 8 — Penampilan
9
Bab 9 — Pertemuan di Kafe
10
Bab 10 — Si pria Masa lalu
11
Bab 11 — Dua wanita
12
Bab 12 — Hutang Budi
13
Bab 13 — Boneka kesayangan
14
Bab 14 —
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Episode 94
95
Episode 95
96
Episode 96
97
Episode 97
98
Episode 98
99
Episode 99
100
Episode 100
101
Episode 101
102
Episode 102
103
Episode 103
104
Episode 104
105
Episode 105
106
Episode 106
107
Episode 107
108
Episode 108
109
Episode 109
110
Episode 110
111
Episode 111
112
Episode 112
113
Episode 113
114
Episode 114
115
Episode 115
116
Episode 116
117
Episode 117
118
Episode 118
119
Episode 119
120
Episode 120
121
Episode 121
122
Episode 122
123
Episode 123
124
Episode 124
125
Episode 125
126
Episode 126
127
Episode 127
128
Episode 128
129
Episode 129
130
Episode 130
131
Episode 131
132
Episode 132
133
Episode 133
134
Episode 134
135
Episode 135
136
Episode 136
137
Episode 137
138
Episode 138
139
Episode 139
140
Episode 140
141
Episode 141
142
Episode 142
143
Episode 143
144
Episode 144
145
Episode 145
146
Episode 146
147
Episode 147
148
Episode 148
149
Episode 149
150
Episode 150
151
Episode 151
152
Episode 152
153
Episode 153
154
Episode 154
155
Episode 155
156
Episode 156
157
Episode 157
158
Episode 158
159
Episode 159
160
Episode 160
161
Episode 161
162
Episode 162
163
Episode 163
164
Episode 164
165
Episode 165
166
Episode 166
167
Episode 167
168
Episode 168
169
Episode 169
170
Episode 170
171
Episode 171
172
Episode 172

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!