Suasana di restoran cepat saji, tempat Dinda membeli makanan untuk Steve agak ramai. Dinda harus ikut antri, hanya sekedar membeli beberapa kotak pizza.
Dinda duduk di kursi, dengan tangannya sibuk memainkan sebuah kertas kecil bertuliskan angka 27. Nomor itu adalah tanda antrian dalam memesan makanan pilihan bosnya.
“Berapa lama lagi nomorku dipanggil. Ah, aku merasa aku sudah tidak tahan lagi berada di sini.”
Bosan menunggu, adalah hal yang paling dibenci oleh Dinda. Itulah kenapa, segala yang dia kerjakan, harus instan dan cepat.
“Sudah lima belas menit berlalu, bahkan makanan yang kupesan belum juga selesai. Benar-benar pelayanan yang buruk!” gumam Dinda kesal.
Cuaca yang panas dan terik memaksa Dinda mengikat rambut panjangnya yang tergerai membentuk kuncir kuda. Apapun bentuk dan gaya rambut yang ia kenakan amat cocok bahkan menambah aura cantiknya. Hingga antrian panjang yang ia nantikan segera berakhir.
“Antrian nomor dua puluh tujuh!”
Dinda segera menuju ke meja kasir, melakukan sebuah pembayaran.
“Terima kasih atas belanja anda, selamat menikmati!"
Dinda hanya membalas ucapan itu dengan senyuman manis sebagi penghargaan atas sesama pekerja Purna waktu. Lalu sebagai gantinya ia mencoba berjalan cepat meninggalkan meja kasir dengan tergesa-gesa. Steve sudah menunggunya pasti sejak tadi.
“Wanita yang elegan!” puji pelayan kasir atas kecantikan Dinda yang me-mumpuni dengan senyum bahagia di wajahnya.
Dinda sadar bahwa dirinya sudah membuat kesalahan dengan terlalu lama mengantri di restoran. Setidaknya hal ini membuat bosnya akan marah besar karena si pria sombong itu benci orang yang tidak menghargai waktu.
“Astaga, sudah hampir dua puluh menit aku duduk menunggu. Aku baru sadar jika aku terlalu menyepelekan waktuku.”
Kedua tangan itu penuh dengan barang bawaan dari restoran cepat saji di depan perusahaan Steve.
Baik kiri maupun kanan, kedua tangan itu di penuhi oleh sekotak pizza dan beberapa gelas minuman dingin. Dinda mempercepat langkahnya,
“Sungguh pria itu sangat menyebalkan!” gumamnya sewot seraya berjalan cepat. Dinda tidak mau disalahkan oleh Steve karena lalai.
Karena jalannya tidak fokus, Dinda menabrak seseorang di depan pintu keluar restoran.
Hingga minuman tumpah di lantai dan sedikit mengotori baju pria dia hadapannya.
“Maafkan aku. Aku tidak sengaja Melakukannya!” dengan ucapan spontanitas dinda membungkuk di hadapan pria itu.
Pria yang ditabrak oleh Dinda tersenyum manis seraya berkata dengan ramah.
“Kamu tidak perlu meminta maaf, aku yang salah karena terlalu terburu-buru!” ucap pria itu dengan rendah hati.
Tetapi Dinda kaget mendengar suara ini. Suara pria yang pernah dia kenal sebelumnya, dan dirinya mungkin takkan melupakan sosok pria ini.
“Kak Johan!”
Melihat sepasang mata hangat Johan penuh perhatian, Dinda merasa pria ini tidak berubah. Si pria yang duku pernah bersamanya beberapa tahun. Pernah mengisi hari-hari gelap Dinda.
“Sudah lama tidak bertemu dengannya, kini Kak Johan kembali dengan wajah baru. Pria yang dulu pernah mengkhianati diriku yang masih lugu dan belum mengenal arti cinta. Dan kini, tepat di hadapanku wajah palsu itu menampakkan dirinya kembali bagai luka lama yang akan terinfeksi kembali!”
Dinda tidak memiliki sebuah keberanian lagi, saat menatap mata Johan. Peristiwa masa lalu, memaksa Dinda teringat pada kisah pahit dan sulit untuk dilupakan itu.
“Dia yang aku anggap sebagai pahlawan. Dia yang aku banggakan di saat aku sedang bersedih dan pupus harapann. Kini dia dengan wajah palsu itu menampakan diri dengan berani tanpa dosa. Kejadian empat tahun itu memaksa ku harus melupakan bahkan membencinya seumur hidup ku. Aku tidak ingin hal itu kembali terjadi pada ku di masa lalu dan mengganggu kehidupanku di masa mendatang. Melupakannya adalah jalan terbaik untuk mendapatkan kehidupan yang berharga!”
Mencoba melupakan Johan, si pria angkuh ini. Dia jauh lebih angkuh daripada bos Dinda yang baru. Johan lebih jahat, bahkan melebihi seorang psikopat. Sudah bagus tidak bertemu, tapi kenapa sekarang dia kembali terlihat di mata polos Dinda.
“Maafkan aku kak Johan. Aku tidak sengaja dan aku sedang terburu-buru!” kata Dinda meminta maaf lalu bergegas pergi meninggalkan Johan.
Menghindar adalah jalan terbaik. Atau dia akan terlibat lagi dalam masalah yang rumit.
Namun Johan langsung menarik tangan lembut Dinda, mencengkram keras.
Pria berpostur tubuh tinggi itu memaksa dengan sikap buruk dan berupaya dengan segala cara.
“Dinda!”
“Lepaskan aku kak Johan!” berontak Dinda kasar melepaskan pegangan tangan Johan. “Jangan pernah sentuh aku sedikit pun.”
“Baiklah, maafkan aku telah berbuat kasar padamu.”
Entah apa yang terjadi di masa lalu Dinda, ia amat tak menyukai kehadiran Johan di hadapannya saat ini. Dan baginya Johan adalah parasit yang harus dibasmi hingga akar-akarnya.
“Kamu sudah mengotori jasku Dinda. Apakah begitu caramu menyambut kekasihmu yang sudah lama tidak berjumpa. Apakah dengan menyiramnya minuman, adalah awal dari hubungan ini?”
Dinda tersenyum sinis. Membuang perhatiannya bahkan tidak peduli apapun pada pria ini.
“Gadis ini tidak berubah sejak aku ditinggalkan empat tahun yang lalu. Sungguh menarik bahkan lebih cantik dari sebelumnya.”
Memperhatikan sekali lagi wajah Dinda, Johan merasa Dinda jauh lebih cantik dari yang pernah dia temui.
“Maafkanlah aku jika aku telah mengganggu waktumu. Dan aku rasa aku yang bersalah karena telah menumpahkan minumanmu!” Johan melanjutkan gaya bahasa kasualnya itu tanpa canggung seakan dirinya mengerti sifat dan emosional seseorang yang ia temui.
“Oh tidak kak Johan, bukan itu maksudku. Aku hanya sedang terburu-buru saja tadi sehingga tidak melihat jika kak Johan sedang melintas tadi. Sebagai gantinya aku akan membersihkan pakaian kak Johan sekarang!”
Dinda terpaksa melakukannya, jika bukan karena dia yang bersalah. Dinda mengambil tisu dan membersihkan jas Johan yang kotor. Sekali lagi Johan tersenyum bahagia atas tindakan Dinda yang begitu hangat.
“Wanita ini tetap saja ramah pada semua orang meskipun sudah ribuan kali disakiti. Sungguh wanita yang langka!”
Berapa kali, sampai jutaan kali mencoba melupakan Dinda, Johan tidak akan sanggup. Karena cinta pertamanya ini, jauh lebih menggoda dari wanita manapun.
“Aku tidak memaksamu melakukannya. Tetapi aku tidak bisa menolak niat baik gadis cantik sepertimu,” goda Johan.
Pertemuan tidak disengaja ini pada akhirnya membawa keuntungan tersendiri bagi Johan.
Di mana, dia kembali bertemu dengan Dinda, mantan kekasihnya saat kuliah dulu.
Saat itu Dinda dan dirinya adalah junior dan senior kampus. Mereka pernah menjalin hubungan yang serius hingga dua tahun.
Namun takdir berkata lain, orang tua Johan khususnya Ibu Johan tidak menyukai kehadiran Dinda di sisi anak semata wayangnya.
Karena perbedaan status sosial yang mencolok membuat mereka harus berpisah. Terlebih, Johan sangat setuju saat itu akan di jodohkan dengan Vanya wanita pilihan Ibunya. Bukan karena menyukai Vanya, tapi karena harta.
“Gadis miskin dan jelek seperti dirimu tidak pantas mendampingi Johan putraku yang sempurna ini. Kamu camkan itu dengan baik-baik!”
Itulah sekilas ucapan yang masih Dinda ingat keluar dari mulut Ibu Johan yang judes dan cerewet.
Dinda yang sangat begitu mencintai Johan tidak bisa membiarkan kisah cinta itu kandas dengan begitu saja karena perbedaan status sosial diantara mereka. Bahkan sebesar apa pun Ibunya ingin memisahkan mereka, Dinda tetap bertahan sampai Ibunya luluh dan menerima dirinya. Namun sayang bagi Dinda itu takkan berhasil dan terkesan sia-sia.
Wanita tua renta itu menolak dengan keras bahkan tidak jarang dia berlaku kasar terhadap Dinda. Bagaimana pun caranya Dinda harus menjauhi kehidupan Johan yang berstatus sebagai pewaris tunggal perusahaan Tama. Sedangkan Dinda? Dia hanya gadis kecil miskin yang tidak cocok jika disandingkan dengan Johan yang sempurna Begitulah yang Ibu Johan pikiran.
Siang itu kejadian empat tahun lalu di kampus Dinda. Di mana Ibu johan dan Vanya datang melabraknya di lorong perpustakaan kampus. Dengan kasar mereka memaki dan menampar wajah Dinda dengan keras tidak berperasaan.
“Kamu sudah kuperingatkan agar tidak mendekati Johan, tetapi sekarang kamu masih berani bahkan mencoba mengguna-guna anakku. Apa kamu cari mati!”
Ibu Johan menjambak rambut Dinda.
Bahkan wanita tua itu mendorong Dinda kasar hingga terjatuh di lantai lorong perpustakaan. Vanya, si tunangan Johan terlihat bahagia melihat Dinda ditindas oleh calon Ibu mertuanya.
“Ibu, bahkan dia memfitnahku di muka umum dengan mengatakan aku adalah wanita penghibur. Apakah itu tidak terlalu jahat Bu!” tambah Vanya berbohong.
“Begitu rupanya wanita ****** ini berprilaku kasar terhadap calon menantu keluarga Tama. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi!” tegas Ibu Johan. Dia tidak bisa diam saat itu.
Seketika pemandangan ini menjadi tontonan publik khususnya para mahasiswa di kampus Dinda. Di saat bersamaan Johan datang dari belakang Ibunya dengan wajah gusar.
“Ibu ..., apa yang Ibu lakukan pada Dinda Bu? Lepaskan Bu!” kata Johan melerai Ibunya yang tengah emosi.
'?“Jangan ikut campur, ini bukan urusanmu tetapi urusanku dengan si ****** ini!”
“Bu, yang Ibu lakukan ini salah Bu. Cepat lepaskan Dinda Bu!” Johan kembali melerai dengan susah payah. Namun wanita tua itu mengancam anaknya sendiri dengan angkuh dan berani.
“Jika kamu masih membela wanita ini, maka semua aset perusahaan ayahmu bahkan fasilitas yang diberikan padamu tak akan di wariskan padamu jika kamu masih membela wanita penghibur ini!” ucap Ibu Johan kasar.
Mendengar ucapan itu, Johan langsung berubah pikiran dan melepaskan pegangan pada Ibunya yang sedang menjambak rambut Dinda. Bagai sebuah tombak menghujam Johan, dia tidak bisa menerima kenyataan pahit jika sampai Ibunya benar-benar melakukan hal itu.
Dinda bukan tidak ingin melawan dan tidak berani mengahadapi wanita tua itu, tetapi dirinya menghargai jika wanita tua itu adalah Ibu Johan, pria yang dia cintai. Bahkan dia sangat menghormatinya.
Tetapi apa yang Johan lakukan padanya saat itu sungguh sulit dibayangkan oleh Dinda? Hanya sebuah pengkhianatan.
Memaksa dirinya membenci Johan yang lebih memilih kekayaan materil ketimbang mempertahankan hubungan serius yang pernah mereka jalin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments
Berdo'a saja
heeemmm lagi lagi setatus sosial
2023-05-16
0
Emilisdapanjaitan
miris banget
2020-05-13
1
☠⏤͟͟͞R⚜🍾⃝ ὶʀαͩyᷞαͧyᷠυᷧ⚜Msf࿐ཽ༵
tragis... 😔
2020-01-20
2