Bab 3 — Inikah pilihanku

Masih di atas kasurnya, Steve merasa kepalanya mau pecah. Akibat mabuk semalam, menyebabkannya seperti orang bodoh sekarang.

Dirinya masih menyimpan dendam pada Dinda karena telah mengganti pakaian dan menyentuh tubuhnya tanpa seizinnya.

“Sialan! Dasar wanita penghibur kurang ajar!”

Tangannya ia kepal dengan keras seakan ingin memukul wajah wanita itu, jika saja dia tidak diserang rasa sakit di kepalanya. Terdengar suara pintu kamar yang dia tumpangi terbuka, diikuti pria tua yang masuk membawa troli makanan. Pria itu sedikit melempar senyuman penuh sandiwara pada Tuannya dibalik tebalnya kumis.

“Selamat pagi Tuan muda!” sapa paman Luong pada Steve. “Aku membawa sarapan Anda pagi ini. Dan aku juga telah menyiapkan pakaian kerja Anda!”

"Letakan saja di sana!” balas Steve singkat.

Bau alkohol masih menyengat meskipun Steve sudah mengganti pakaian. Paman Luong merasakan aroma tidak sedap itu.

“Baiklah. Kalau begitu aku pergi dulu Tuan. Aku akan membereskan pakaian Tuan muda yang kotor ini.”

Paman Luong yang telah menyelesaikan semua tugas dan siap kembali ke rumah utama. Hotel Milenium ini adalah rumah lain bagi Steve.

Pria itu jarang ada di rumah akhir-akhir ini. Ditambah tak ada satu pun anggota keluarga bersama dirinya di Jakarta. Kecuali Paman Lu yang setia bekerja berpuluh-puluh tahun di keluarga Wong. Dia selalu ada untuk melayani Steve. Jauh-jauh datang dari Tiongkok, hanya karena kesetiaannya.

“Paman Lu, tunggu dulu. Aku ingin bertanya padamu tentang kejadian semalam!”

Menghentikan langkah pria tua itu, dengan serta merta Paman Lu membalikan badannya—sebagai refleks dari panggilan Steve.

“Ia tuan Anda ingin bertanya prihal apa?” tanya Paman Lu. “Apakah sangat penting?”

“Anda jangan pura-pura polos Paman Lu. Bukankah Anda yang membiarkan si wanita jelek itu menggantikan pakaianku semalam. Mengapa Anda membiarkan hal itu. Cepat jelaskan apa maksudnya dari semua itu?”

“Ehm, itu ya!” jawab Paman Lu. “Aku pikir jika wanita yang menyentuh Anda, mungkin Anda tak akan marah sebesar ini. Jadi, jika wanita itu membantu menggantikan pakaian Tuan muda bisa saja Tuan tidak keberatan. Maafkan aku atas kelancanganku membiarkan wanita asing menyentuh anda Tuan muda. Karena aku pikir dia adalah teman yang datang bersama Anda!”

Mendengar ucapan jujur Paman Lu membuat Steve menggigit keras giginya hingga berbunyi.

“Paman Lu!” teriak Steve marah besar sambil sorot matanya yang tajam menatap wajah tua penuh dendam.

Namun bagi Paman Lu, kemarahan Steve adalah hal biasa. Sudah menjadi bagian dari pekerjaannya dalam menghadapi pria angkuh dan arogan. Mungkin bekerja di bawah perintah Steve membuat sebagian orang tidak akan betah. Tapi tidak dengan Paman Lu. Dia yang masih saja setia berada di lingkungan keluarga Wong.

“Ada lagi yang bisa saya bantu Tuan? Apakah Anda butuh sesuatu?” tanya pria tua ini, mengalihkan pembicaraan Tuannya yang sedang marah.

“Ah, aku tak butuh apapun. Kecuali wanita semalam!”

“Maksud Anda, wanita itu?” respon Paman Lu. “Apakah anda akan mengucapkan terima kasih pada Nona muda itu?”

“Kau selalu saja berpikir bahwa aku akan melakukannya. Aku tidak akan melakukan apapun yang kau inginkan. Yang aku mau hanya wanita semalam. Aku ingin membuat perhitungan padanya.”

“Oh, apakah Tuan muda menginginkan ini?”

Karena tadi tidak sengaja menemukan gantungan id card perusahaan milik Dinda, dengan sengaja Paman Lu memberikan benda itu pada Steve.

Gantungan id card itu adalah identitas dirinya sebagai tanda—bahwa dia adalah pegawai di perusahaan keuangan. Dengan senyum bangga Steve menginginkan id card itu.

“Kenapa harus menolak?” pikir Steve.

Steve menerima id card Dinda. Dan memang mereka berjodoh. Sudah takdirnya, Steve membalas dendam semalam. Gadis itu ternyata bekerja di anak perusahaan keluarganya.

“Kalau begitu, saya permisi dulu Tuan. Dan pakaian kerja Anda sudah aku letakan di atas meja!”

Steve tidak menggubris ucapan pelayan Lu. Dia hanya fokus pada kartu identitas di tangannya sembari menatap id card itu penuh gairah. Wajah sendunya kini berangsur berubah menjadi senyum licik ala aktor antagonis.

“Kamu lihat saja, masih beranikah kamu menyombongkan dirimu padaku, Dinda!”

Berkata penuh kemenangan, inilah yang Steve harapkan. Menuju ke kamar mandi untuk membersihkan sisa-sisa bau alkohol di badannya, pikiran Steve hanya satu. Yakni Dinda. Nama cantik yang tertera di id card.

Tidak peduli apa pun, dia ingin segera bertemu dengan wanita jelek dihadapannya tadi pagi. Bagaimana pun juga.

••••

Di jalan, Steve mengendarai mobilnya. Menyetel musik, sepertinya hari pria itu sedang dalam suasana damai. Mengambil handphone-nya, Steve menghubungi Zico—manajer umum perusahaannya. Pria ini memulainya. Memulai sebuah perintah kejam untuk Manajer umumnya.

“Aku akan mengunjungi perusahaan pagi ini. Tolong kamu siapkan data-data keuangan bulan lalu. Semua kas keluar masuk harus ada di mejaku nanti. Dan satu lagi, aku ingin karyawan bernama Dinda yang mengantarkan berkas-berkas itu. Kerjakan sekarang dan aku tidak butuh saran maupun jawabanmu!”

Steve langsung mematikan ponselnya secara sepihak tanpa mendengarkan terlebih dahulu jawaban yang akan dilontarkan oleh Zico.

Dengan semangat yang luar biasa, pria ini mengemudi mobilnya dengan kecepatan utuh. Dia ingin cepat tiba di kantornya dan tak sabaran ingin melihat wajah gadis jelek itu. Untuk kesekian kalinya ia terus tertawa kecil penuh kelicikan.

“Aku ingin tahu, apakah dia masih bisa bersikap seperti itu padaku!”

Kini pedal gas mobilnya dia injak sepenuh hati, memacu kecepatan mobil bagai kecepatan kuda. Hingga mobil itu tiba di kantor kecil yang ia anggap akan bobrok.

••••

Di dalam ruangan bosnya, Dinda merasa bersalah atas ucapannya yang menyebut Steve sebagai pria mesum. Bosnya yang berdiri disudut meja, memberikan senyuman miring pada dinda.

“Kamu telah berani menyebutku sebagai pria mesum. Bahkan sebelumnya kamu telah menyentuh tubuhku yang mempesona ini tanpa izin dariku. Kukira kamu akan lari dari tanggung jawab. Ternyata kamu bekerja di perusahaan kecil ini. Jadi menurutmu apakah aku akan memaafkan kesalahan kecil ini?”

Wajah Steve mendekat ke wajah sendu Dinda. Pikirnya tubuh wanita itu amat harum, dan dia amat menyukai gaya wanita ini dalam memilih parfum. Ditambah dia juga agak cantik dengan balutan baju kerja yang kasual meskipun sederhana.

“Pak, aku benar-benar meminta maaf atas kejadian pagi ini. Dan juga atas ucapanku yang sembarangan mengatakan anda dengan ucapan tidak pantas. Jika anda ingin menghukumku, maka aku bersedia menanggung konsekuensinya Pak.”

Mungkin mengalah adalah jalan akhir. Paling tidak ini adalah cara yang ampuh untuk melelehkan hati pria sombong itu.

“Oho ..., menanggung konsekuensinya. Kedengarannya menarik!” jawab Steve responsif penuh gelora. “Bagaimana jika aku memotong gajimu selama sepuluh bulan untuk mengganti kerugian yang aku alami akibat perbuatanmu. Setidaknya itu cukup untuk menyicil kerugian semalam.”

“Sepuluh bulan tidak di gaji hanya untuk membayar sebuah kerugian. Memangnya kesalahan apa yang telah aku lakukan sehingga harus mencicil dengan uang sebanyak itu?”

Bolehkah Dinda terkekeh sekarang?

Kenapa dia harus mengganti rugi, atas apa yang tidak dia lakukan. Bagi Dinda, dia merasa tidak melakukan kesalahan apapun. Tetapi kenapa, justru dia yang harus bertanggungjawab. Bukankah ini ironi yang lucu?

“Mudah saja,” jelas Steve. “Pertama kamu membuatku mabuk. Kedua kamu menyentuh dan menggantikan pakaianku tanpa seizinku. Ketiga pagi ini kamu telah mengacau dengan menyebut diriku sebagai pria mesum. Apakah itu belum cukup membuat kamu sadar atas kesalahan ini!”

“Tapi pak, apakah semua itu aku yang harus menanggung. Lagi pula Anda mabuk, bukan ulahku. Tetapi aku yang membantu Anda. Aku yang membawa Anda ke hotel.

Apakah tidak ada ucapan terima kasih atas pertolongan yang aku berikan?”

Jika bosnya bisa menuntut, kenapa Dinda tidak bisa. Inilah realitanya.

“Kamu pikir aku akan percaya saja pada ucapanmu? Lagi pula jika kamu tidak ingin bertanggung jawab baiklah. Aku tidak akan memaksa. Tapi maafkan aku, perusahaan yang nyaris aku robohkan ini, sepertinya tidak membutuhkan akuntan sepertimu lagi. Dalam arti lain mungkin kamu bisa mengambil gaji terakhirmu di bagian administrasi.”

Apakah ini sebuah ancaman? Kekanakan sekali dia. Hanya karena masalah sepele, dia harus memecat Dinda. Karena dia berkuasa saja, itulah yang membuatnya bisa melakukan sepenuh hatinya.

Pernyataan Steve membuat Dinda terkejut bukan kepalang. Bagaimana bisa kejadian semalam harus sepanjang ini endingnya. Tanggung jawab yang akan Dinda lakukan, sangatlah besar. Sedangkan dirinya tidak melakukan apapun terhadap pria itu. Dinda beranggapan bahwa pria itu sedang mempermainkannya.

Tidak ada pilihan kedua dalam hal ini. Pria itu jelas-jelas sudah menekan Dinda. Jawaban Dinda, yang pastinya akan sesuai keinginan pria sakit jiwa ini.

“Baiklah Pak, aku akan bertanggung jawab atas apa yang telah aku lakukan. Tapi, bisakah Anda tidak memecatku. Aku sangat membutuhkan pekerjaan ini Pak. Aku akan membayar semua kerugian Anda dari gaji bulananku.”

Dengan perkataan serius, Dinda memohon. Wajah memelas iba penuh harapan. Apalagi yang diharapkan oleh si orang gila satu ini.

Steve tersenyum miring. “Bahkan uangku sangat banyak. Gajimu tak akan mampu melunasi semua kerugian yang aku alami. Dan untuk sepuluh bulan kedepan, apakah kamu sanggup hidup tanpa uang? Coba kamu pikir ulang. Kecuali kamu melayaniku?!”

Pria itu dengan tipu dayanya mencoba menggoda gadis yang sedang kebingungan itu. Tapi bodohnya Dinda, dia justru menyetujui apapun yang dikatakan si pemaksa ini.

“Baiklah. Aku akan menerima permintaan Anda Pak,” balasnya menantang. “Aku akan melayani kemauan Anda. Apa yang harus aku lakukan untuk Anda!”

Sekali lagi wajah sombong itu tersenyum kecut dan merasa sedikit geli atas kesanggupan Dinda. Pikirnya dia adalah wanita pertama yang berani menentang seorang Steve. Apapun itu dia menyukai tindakan tegas wanita itu.

“Hal itu sangat mudah. Aku hanya butuh pembantu khusus yang akan memasak di rumahku. Dan mungkin aku rasa, kamu tak akan sanggup pada tugas itu, karena aku adalah tipe pria yang sedikit cerewet pada masakan yang kurasa tidak enak!”

Jauh dari dalam lubuk hati Dinda, dia sangat marah, emosional, dan ingin mencabik-cabik tubuh pria sombong itu. Namun Dinda masih berpikiran jernih untuk mengumpat pria itu. Akibat ucapan Steve, Dinda tanpa sadar termakan emosi sehingga ia mengikuti kemauan bos sombongnya.

“Baiklah Pak jika itu kemauan Anda, aku akan menerima permintaan itu dengan senang hati.”

Sungguh, saat ini Dinda tidak ingin lagi bertemu pria bernama Steve. Dalam hidupnya, Steve sudah di blacklist, meskipun ia sangat tampan.

Baginya dari awal bertemu pria itu sudah sangat menjengkelkan, apalagi jika terus-menerus ada di dekatnya. Sungguh Dinda akan merasa muak pada perilaku pria itu.

“Bagus jika kamu setuju. Kupikir gadis jelek sepertimu tidak akan mau menerima penawaran ini. Dan kamu harus menandatangani kontrak ini!”

Steve memberikan sebuah berkas pada Dinda. Di dalamnya ada perjanjian tertulis, yang langsung diucapkan oleh Steve.

“Pertama kamu akan mengakui bahwa kamu yang telah membuatku mabuk. Kedua kontrak ini berlaku hingga empat tahun mendatang sehingga kamu akan selalu melayaniku untuk waktu itu. Dan terakhir, tidak mengucapkan ucapan kasar kepada bosmu. Kamu pastinya paham bukan isi surat itu.”

Isi surat kontrak sudah ada dalam ketikan di dalamnya. Tapi kenapa, dia masih saja menjelaskan isinya, seakan Dinda adalah karyawan yang buta huruf.

Terpopuler

Comments

Berdo'a saja

Berdo'a saja

aneh sekali

2023-05-16

0

Nelly Mulyanti

Nelly Mulyanti

coba mampir dan nyimak dulu ceritanya ya bang/adek(baru ini nemu author cowo)salut laahhh...semoga saya suka😊
sukses dan semangat terus untuk karyanya.

2020-11-30

0

v

v

lah dia yg mabok sendiri tp nyalahin org..emang waktu minum2 sebelumnya ga inget...aneh menurutku

2020-08-07

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 — Prolog
2 Bab 2 — Memulai sebuah pembalasan
3 Bab 3 — Inikah pilihanku
4 Bab 4 — Emosional
5 Bab 5 — A Special Feel
6 Bab 6 — Harapan
7 Bab 7 — Debar
8 Bab 8 — Penampilan
9 Bab 9 — Pertemuan di Kafe
10 Bab 10 — Si pria Masa lalu
11 Bab 11 — Dua wanita
12 Bab 12 — Hutang Budi
13 Bab 13 — Boneka kesayangan
14 Bab 14 —
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Episode 94
95 Episode 95
96 Episode 96
97 Episode 97
98 Episode 98
99 Episode 99
100 Episode 100
101 Episode 101
102 Episode 102
103 Episode 103
104 Episode 104
105 Episode 105
106 Episode 106
107 Episode 107
108 Episode 108
109 Episode 109
110 Episode 110
111 Episode 111
112 Episode 112
113 Episode 113
114 Episode 114
115 Episode 115
116 Episode 116
117 Episode 117
118 Episode 118
119 Episode 119
120 Episode 120
121 Episode 121
122 Episode 122
123 Episode 123
124 Episode 124
125 Episode 125
126 Episode 126
127 Episode 127
128 Episode 128
129 Episode 129
130 Episode 130
131 Episode 131
132 Episode 132
133 Episode 133
134 Episode 134
135 Episode 135
136 Episode 136
137 Episode 137
138 Episode 138
139 Episode 139
140 Episode 140
141 Episode 141
142 Episode 142
143 Episode 143
144 Episode 144
145 Episode 145
146 Episode 146
147 Episode 147
148 Episode 148
149 Episode 149
150 Episode 150
151 Episode 151
152 Episode 152
153 Episode 153
154 Episode 154
155 Episode 155
156 Episode 156
157 Episode 157
158 Episode 158
159 Episode 159
160 Episode 160
161 Episode 161
162 Episode 162
163 Episode 163
164 Episode 164
165 Episode 165
166 Episode 166
167 Episode 167
168 Episode 168
169 Episode 169
170 Episode 170
171 Episode 171
172 Episode 172
Episodes

Updated 172 Episodes

1
Bab 1 — Prolog
2
Bab 2 — Memulai sebuah pembalasan
3
Bab 3 — Inikah pilihanku
4
Bab 4 — Emosional
5
Bab 5 — A Special Feel
6
Bab 6 — Harapan
7
Bab 7 — Debar
8
Bab 8 — Penampilan
9
Bab 9 — Pertemuan di Kafe
10
Bab 10 — Si pria Masa lalu
11
Bab 11 — Dua wanita
12
Bab 12 — Hutang Budi
13
Bab 13 — Boneka kesayangan
14
Bab 14 —
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Episode 94
95
Episode 95
96
Episode 96
97
Episode 97
98
Episode 98
99
Episode 99
100
Episode 100
101
Episode 101
102
Episode 102
103
Episode 103
104
Episode 104
105
Episode 105
106
Episode 106
107
Episode 107
108
Episode 108
109
Episode 109
110
Episode 110
111
Episode 111
112
Episode 112
113
Episode 113
114
Episode 114
115
Episode 115
116
Episode 116
117
Episode 117
118
Episode 118
119
Episode 119
120
Episode 120
121
Episode 121
122
Episode 122
123
Episode 123
124
Episode 124
125
Episode 125
126
Episode 126
127
Episode 127
128
Episode 128
129
Episode 129
130
Episode 130
131
Episode 131
132
Episode 132
133
Episode 133
134
Episode 134
135
Episode 135
136
Episode 136
137
Episode 137
138
Episode 138
139
Episode 139
140
Episode 140
141
Episode 141
142
Episode 142
143
Episode 143
144
Episode 144
145
Episode 145
146
Episode 146
147
Episode 147
148
Episode 148
149
Episode 149
150
Episode 150
151
Episode 151
152
Episode 152
153
Episode 153
154
Episode 154
155
Episode 155
156
Episode 156
157
Episode 157
158
Episode 158
159
Episode 159
160
Episode 160
161
Episode 161
162
Episode 162
163
Episode 163
164
Episode 164
165
Episode 165
166
Episode 166
167
Episode 167
168
Episode 168
169
Episode 169
170
Episode 170
171
Episode 171
172
Episode 172

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!