Episode 18

KISAH DI WAKTU HUJAN TIBA

Di restoran yang berdiri tak jauh kantor Steve, keduanya memasuki restoran yang mewah dengan interior desain luar biasa kekinian.

Steve mengambil meja restoran setengah kafe yang berdiri tepat dengan jendela kaca tebal. Hujan yang mengguyur sejak pagi memang tak berhenti namun rintik-rintiknya masih saja turun membasahi bumi.

Seakan air hujan itu menemani makan keduanya dengan manis.

Makanan yang di pesan pun sudah tersedia di atas meja, namun Dinda memperhatikan wajah Steve yang ada di seberang meja.

Ada begitu banyak pertanyaan di dalam benaknya saat melihat Steve yang lagi makan.

"Bahkan dia sangat tampan ketika makan, tetapi tingkahnya yang sok berkuasa dan arogan membuatnya terlihat jelek. Aku penasaran seperti apa dia dalam keluarganya. Apakah dia emosional seperti ini atau malah sebaliknya?" dinda mencoba menerka kehidupan Steve melalui prilakunya.

Namun setiap kali pria itu mendekati dirinya, ia merasa sesak nafas dan detak jantung semakin kuat. Dinda tak tahu perasaan apa yang sedang ia hadapi.

Namun Dinda asal tebak saja jika ia mengidap asma dan gangguan pernafasan setiap kali Steve mendekati dirinya.

Steve termasuk alergi terhebat disisinya saat itu.

"Mengapa pak Steve selalu melakukan hal-hal yang ia inginkan dengan sembarang. Termasuk mencium ku seenaknya, menarik ku dengan paksa dan suka memerintah sesuai kehendaknya. Apakah di matanya aku hanya mesin pesuruh?" Gerutu Dinda. Ia ingin mengetahui apa alasannya dia melakukan itu.

Steve melihat wajah gadisnya yang sedang sendu. Wajah yang menatap dirinya penuh keraguan.

Matanya memicing melihat bola mata Dinda.

Baginya gadis itu seperti sedang menutupi sesuatu darinya sehingga membuat Steve merasa ingin tahu apa yang sedang ia pikirkan.

"Apakah makanan di sini kurang enak dan tidak sesuai dengan selera mu?" tanya Steve menyela Dinda yang asik memperhatikan wajahnya dalam lamunan.

"Ah tidak... Maksud ku... Ya aku suka makanan ini," jawab Dinda terburu-buru tersadar dari lamunan sejenak.

"Jika kamu menyukainya, mengapa kamu tidak memakannya?" tanya Steve kembali sedikit penasaran.

"Akh.. Aku sedang menikmati suasana tempat ini. Dan aku rasa aku menyukainya," balas Dinda berbohong mengalihkan pembicaraan. Seraya tangannya memakan makanan di meja dengan paksa.

Steve berpikir bukan hal itu yang sedang ia pikirkan. Tetapi hal lain yang tak bisa ia pahami karena dirinya bukanlah manusia yang bisa membaca isi pikiran seseorang.

"Aku sudah kenyang. Sebaiknya kita kembali ke kantor sekarang." Ujar Steve mengakhiri makan siang mereka. Ia merasa sangat kesal karena Dinda seperti tak suka pada dirinya dilihat dari raut wajahnya.

Dinda menyambut ucapan itu dengan antusias, bahkan inilah yang ia tunggu sejak tadi.

"Aku juga merasa sudah kenyang pak," Dinda merespon ucapan Steve senada.

Lalu mereka beranjak dari restoran setengah kafe itu. Mereka berjalan menyusuri jalan khusus pejalan kaki / pedestarian, yang terhubung langsung dengan kantor Steve.

Dinda mengekori pria di hadapannya yang sejak keluar dari rumah makan langsung mengubah ekspresi wajahnya.

Semula wajah itu nampak hangat, dan kini berubah jadi dingin, bahkan jauh lebih dingin dari cuaca yang mendung berkepanjangan.

"Tadi dia baik-baik saja, tetapi kenapa sekarang dia terlihat agak dingin. Apa ada yang salah pada dirinya? ataukah aku melakukan sebuah kesalahan yang menyakiti egonya?" Dinda berpikir sejenak.

"Aku rasa bukan karena ku, tetapi memang dia sedang mengidap anxiety disorder sehingga dia sering mengubah moodnya di saat-saat tertentu." tambah Dinda. Ia berpikir yang lain walau ia sempat berpikir itu akibat dirinya.

Mereka nekat menerobos hujan yang tadinya gerimis sedang dan kini berubah menjadi sedikit lebat ditambah angin bertiup kencang.

Steve sesekali melirik wajah gadis yang membuntuti dirinya dari belakang. Kala itu baju Dinda yang tipis ketika kena hujan sudah sedikit kuyup.bSehingga menampakan pakaian dalam yang ia kenakan.

Steve saat itu sedang tak ingin memperhatikan Dinda karena ia merasa wanita itu sedang tak ingin berdekatan dengan dirinya.

Sembari berjalan Dinda tak menghiraukan langkahnya. Bahkan Steve yang berhenti sejenak di depannya hanya untuk menyamai langkah kaki mereka pun tak ia lihat, sehingga dirinya tak sengaja terjatuh saat tubuh itu menabrak punggung lebar Steve.

"AW!" Pekik Dinda.

Ia terjatuh dalam posisi tangan menahan beban tubuh sehingga kedua tangan itu sedikit berdarah.

Steve yang melihatnya merasa kesal karena wanita itu ceroboh. Hal ini memaksa dirinya menjongkokkan badannya yang jangkung demi meraih wanitanya.

"Apa yang sedang kamu pikirkan. Kenapa kamu begitu ceroboh," ucap Steve sedikit marah namun perhatian.

"Maafkan aku pak. Aku sedang tidak fokus." Jawab Dinda enteng. Wajahnya terlihat sedikit takut saat melihat Steve yang jongkok di hadapannya. Tak kuasa bagi Dinda melihat sepasang bola mata yang pemarah dan emosional itu.

"Wanita ini! Apa yang sedang dia pikirkan?" tanya Steve dalam hati.

Terlihat pakaian putih Dinda sedikit kotor karena terkena kubangan. Hujan semakin lebat saja dan membuat pakaian Dinda yang semula putih suci kini mulai menampakan pakaian dalamnya. Baju dalam Dinda mengecap apalagi Steve melihatnya. Melihat pakaian dalam yang Dinda kenakan berwarna merah muda.

Steve tak ingin membuat wanitanya menjadi pusat perhatian karena pakaian itu. Meskipun hujan mengguyur semakin deras, Steve dengan rela melepaskan jas hitamnya demi menutupi diri sang wanita yang ada di hadapannya.

"Pakai ini," Steve memasangkan jas besarnya di bahu Dinda penuh perhatian.

"Kamu! Apa yang sedang kamu takutkan. Apakah dekat dengan ku sebegitunya membuat kamu takut. Apakah aku terlihat sangat jahat di mata mu?" tanya Steve menuntut jawaban jujur Dinda.

"Ataukah kamu takut jika aku menyakiti mu setiap saat? begitu-kah yang kamu pikirkan tentang ku?" tambah Steve bertanya penasaran akan kejujuran Dinda.

Dinda diam terpaku mendengar ucapan itu. Iya tak tahu harus menjawab apa dan bagaimana menyampaikan jawaban yang tepat atas pertanyaan yang terbilang sederhana.

"Awalnya Aku membenci dia. Tapi mengapa sekarang aku justru tak tahu ada apa dengan ku. Mengapa aku bimbang setiap kali dirinya menatap ku dengan tajam," gumam Dinda dalam hatinya.

Ada sebuah keraguan dalam diri Dinda yang tak bisa ia jelaskan secara logis untuk menggambarkan sesosok Steve.

Hingga tanpa ia sadari air matanya menetes di tengah derasnya hujan.

Steve menyaksikan air mata itu mengalir meskipun derasnya hujan menutupi peluh gadis di hadapannya.

"Aku... Aku ... Tidak membenci pak Steve. Tetapi... Aku."

Steve tak bisa menahan diri saat wanita itu mengakui kebenaran. Hingga badai petir tak ia hiraukan menggelegar dengan keras. Ia melayangkan ciuman di tengah derasnya hujan yang sedang turun menggema.

"Uhm," Dinda tak bisa melanjutkan ucapannya karena Steve langsung ******* habis bibirnya meskipun ditengah hujan dan disaksikan oleh orang-orang yang berlalu lalang.

Bibir-bibir manis itu saling bertemu. Dinda merasakan kehangatan dari manisnya bibir Steve dan lembutnya sensasi yang ia berikan. Meskipun air matanya mengalir deras namun hatinya tak bisa menolak ciuman itu tidak seperti di malam, dimana Steve menciumnya dengan paksa ia memberontak.

Dinda tak menolak sedikit pun, dan ia justru hanyut dalam ciuman di bawah hujan.

"Meskipun hujan menutupi tangisannya, tapi aku bisa merasakan bahwa dia sedang menginginkan perhatian. Perhatian seseorang yang sangat ia rindukan.

Selama aku bisa menghapus air matanya, tak peduli pada amukan badai petir aku pasti akan melindunginya dengan segenap jiwa raga ku. Sekalipun raga ku tak bersamanya suatu saat nanti, aku jamin aku akan melihatnya walau tak bisa menyentuh dirinya." Tukas Steve dalam hati sambil menikmati ciuman dibawah hujan yang melanda.

Setelah selesai menciumi bibir Dinda yang ranum, Steve mengakhiri ciuman itu dengan sebuah pelukan erat. Pelukan yang tak ingin ada kesedihan dalam diri wanitanya.

"Kau tak perlu mengatakan itu. Aku mengerti selama ini kamu takut pada ku. Takut pada sikap ku dan juga takut bahwa aku adalah pria yang tidak baik.

Selama kamu berada di sisi ku, maka aku akan bersikap baik pada mu. Bahkan aku akan memperlakukan secara spesial jika kamu terus setia berdiri di sisi ku," ucap Steve sambil kedua tangannya memegang wajah kecil Dinda. Wajah itu bisa hilang begitu saja tertutupi oleh tangan Steve yang kekar dan lebar.

"Jadi berjanjilah pada ku, kamu akan selalu ada di sisi ku terlepas dari semua sikap arogan ku, tak peduli apapun yang akan terjadi aku hanya ingin kamu berada di sisi ku." Tambah Steve sambil kepalanya menunduk di hadapan Dinda penuh kehormatan.

Dinda terharu atas ucapan yang menyentuh itu. Hingga membuat air matanya terus mengalir karena ia berpikir bahwa bosnya itu marah sebab ia selalu bertindak berlawanan dengan ucapan bosnya.

"Mengapa pak Steve selalu melakukan hal ini pada ku pak?" tanya Dinda.

"Karena aku menyukai mu." Jawab Steve cepat.

Mendengar ucapan itu Dinda semakin tersentuh karena baru kali ini dirinya dicintai oleh seseorang yang bahkan dari kelas sosial pun jauh berbeda.

Steve lalu memegang kedua bahu Dinda yang tertutup oleh jas hitamnya sambil menatap dalam-dalam wajah gadis itu.

"Berjanjilah pada ku jika kamu akan selalu ada di sisi ku. Maka kedepannya aku akan membuat kamu menjadi wanita paling bahagia selamanya," Steve mengucapkan semua yang telah ia pendam selama ini.

"Tapi aku bukanlah wanita yang baik. Bapak akan menyesal karena telah memilih aku sebagai wanita yang spesial. Aku adalah wanita miskin yang jauh dari kata sempurna. Aku yakin bapak pasti akan menemukan wanita yang lebih sempurna dari ku. Jangan buang-buang waktu bapak hanya untuk gadis seperti ku," ucap Dinda merendah.

"Aku tak peduli pada status sosial mu seperti apa? Aku tak akan salah dan tak akan menyesal atas apa yang aku putuskan. Berjanjilah selalu ada di dekat ku maka semua itu bisa kita lewati bahkan badai salju sekali pun." Ujar Steve penuh keyakinan.

Lalu kembali dirinya memeluk erat Dinda tanpa mempedulikan yang lain.

Dinda tak bisa berkata apapun lagi selain memikirkan dan mempertimbangkan ucapan serius Steve.

Steve tahu jika ini tiba-tiba pasti akan membuat Dinda bingung, sehingga Steve mengambil keputusan agar tak membahas hal ini apalagi di tengah hujan yang deras.

"Lupakan saja. Kamu tidak perlu menjawab sekarang. Lebih baik kamu pikirkan hal-hal yang positif mulai hari ini," alih Steve berbicara. Steve memahami Dinda yang sedang berpikir keras. Karena tingkahnya yang aneh dan tiba-tiba mengungkapkan isi hatinya.

Dinda terpaku pada sikap Steve yang secara jantan mengakui bahwa ia menyukai dirinya.

Ia sedang dalam bimbang antara membalasnya atau menjauhinya.

Dibawah hujan yang mengguyur, Steve mengatakan semuanya dengan jelas dan tegas bahkan petir menjadi saksi bisu pengakuan ini.

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

Ilma raina

Ilma raina

kebetulan dirumah juga lagi ujan, makin menghayati deh bacanya😂

2020-10-05

0

Noona_Jamal127

Noona_Jamal127

jangan lama-lama ujan-ujanannya entar masuk angin 🤣

2020-05-15

1

Sanny

Sanny

pemilihan busanax ndk banget she,, thu2 pke baju putih mlah pke dlaman merah muda..

2020-05-13

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 — Prolog
2 Bab 2 — Memulai sebuah pembalasan
3 Bab 3 — Inikah pilihanku
4 Bab 4 — Emosional
5 Bab 5 — A Special Feel
6 Bab 6 — Harapan
7 Bab 7 — Debar
8 Bab 8 — Penampilan
9 Bab 9 — Pertemuan di Kafe
10 Bab 10 — Si pria Masa lalu
11 Bab 11 — Dua wanita
12 Bab 12 — Hutang Budi
13 Bab 13 — Boneka kesayangan
14 Bab 14 —
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Episode 94
95 Episode 95
96 Episode 96
97 Episode 97
98 Episode 98
99 Episode 99
100 Episode 100
101 Episode 101
102 Episode 102
103 Episode 103
104 Episode 104
105 Episode 105
106 Episode 106
107 Episode 107
108 Episode 108
109 Episode 109
110 Episode 110
111 Episode 111
112 Episode 112
113 Episode 113
114 Episode 114
115 Episode 115
116 Episode 116
117 Episode 117
118 Episode 118
119 Episode 119
120 Episode 120
121 Episode 121
122 Episode 122
123 Episode 123
124 Episode 124
125 Episode 125
126 Episode 126
127 Episode 127
128 Episode 128
129 Episode 129
130 Episode 130
131 Episode 131
132 Episode 132
133 Episode 133
134 Episode 134
135 Episode 135
136 Episode 136
137 Episode 137
138 Episode 138
139 Episode 139
140 Episode 140
141 Episode 141
142 Episode 142
143 Episode 143
144 Episode 144
145 Episode 145
146 Episode 146
147 Episode 147
148 Episode 148
149 Episode 149
150 Episode 150
151 Episode 151
152 Episode 152
153 Episode 153
154 Episode 154
155 Episode 155
156 Episode 156
157 Episode 157
158 Episode 158
159 Episode 159
160 Episode 160
161 Episode 161
162 Episode 162
163 Episode 163
164 Episode 164
165 Episode 165
166 Episode 166
167 Episode 167
168 Episode 168
169 Episode 169
170 Episode 170
171 Episode 171
172 Episode 172
Episodes

Updated 172 Episodes

1
Bab 1 — Prolog
2
Bab 2 — Memulai sebuah pembalasan
3
Bab 3 — Inikah pilihanku
4
Bab 4 — Emosional
5
Bab 5 — A Special Feel
6
Bab 6 — Harapan
7
Bab 7 — Debar
8
Bab 8 — Penampilan
9
Bab 9 — Pertemuan di Kafe
10
Bab 10 — Si pria Masa lalu
11
Bab 11 — Dua wanita
12
Bab 12 — Hutang Budi
13
Bab 13 — Boneka kesayangan
14
Bab 14 —
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Episode 94
95
Episode 95
96
Episode 96
97
Episode 97
98
Episode 98
99
Episode 99
100
Episode 100
101
Episode 101
102
Episode 102
103
Episode 103
104
Episode 104
105
Episode 105
106
Episode 106
107
Episode 107
108
Episode 108
109
Episode 109
110
Episode 110
111
Episode 111
112
Episode 112
113
Episode 113
114
Episode 114
115
Episode 115
116
Episode 116
117
Episode 117
118
Episode 118
119
Episode 119
120
Episode 120
121
Episode 121
122
Episode 122
123
Episode 123
124
Episode 124
125
Episode 125
126
Episode 126
127
Episode 127
128
Episode 128
129
Episode 129
130
Episode 130
131
Episode 131
132
Episode 132
133
Episode 133
134
Episode 134
135
Episode 135
136
Episode 136
137
Episode 137
138
Episode 138
139
Episode 139
140
Episode 140
141
Episode 141
142
Episode 142
143
Episode 143
144
Episode 144
145
Episode 145
146
Episode 146
147
Episode 147
148
Episode 148
149
Episode 149
150
Episode 150
151
Episode 151
152
Episode 152
153
Episode 153
154
Episode 154
155
Episode 155
156
Episode 156
157
Episode 157
158
Episode 158
159
Episode 159
160
Episode 160
161
Episode 161
162
Episode 162
163
Episode 163
164
Episode 164
165
Episode 165
166
Episode 166
167
Episode 167
168
Episode 168
169
Episode 169
170
Episode 170
171
Episode 171
172
Episode 172

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!