Tito berbisik, menghentikan tawa nyaring Bella.
"Di sudut itu..." Tito menunjuk ke arah Yoga.
Bella pun menghampiri Yoga. Dengan seenaknya, Bella duduk di samping Yoga dengan tangan menggelayut manja di leher sang pemuda idaman.
"Yoga, pesta baru dimulai. Kenapa mau pulang? Aku kan masih kangen sama kamu?" ucapnya manja sambil memainkan ujung rambut gondrong Yoga.
Perlahan tapi pasti, Yoga menjauhkan tangan Bella. "Aku tidak enak badan. Boleh kan aku pulang lebih dulu?" ujar Yoga.
"Aku liat ada yang lain dari sorot matamu. Kamu tidak suka, ya?" kata Bella.
Yoga bungkam tidak menjawab.
Bella kembali berkata, "Aku jadi tidak enak hati.." ujarnya.
Yoga tersenyum kecut. "Lain kali kalau mau mengundangku lebih baik naik gunung saja. Terima kasih. Selamat malam." ujar Yoga, bergegas tanpa menunggu apa pun atau siapa pun. Yoga meninggalkan Bella yang terpaku di sofa.
***
Jauh dari diskotek, di tangga sebuah gazebo, Yoga duduk menyendiri. Tatapannya suram ke tengah lapangan. Ia tengah memikirkan orangtuanya dan kenangan buruk tentang Dina. Dadanya sesak tak menentu, membuatnya ingin menangis saja.
Sementara di ketinggian, langit menampakkan kemintang indah, walau tanpa rembulan. Sesekali, kendaraan melintas di jalanan. Waktu sudah jatuh di angka satu dini hari. Entah sudah berapa lama Yoga terpaku dalam kesendirian. Segala masalah yang ada dalam benaknya ingin diledakkan. Tetapi, bagaiman caranya? Apa yang harus dilakulannya?
Selagi ia larut dalam lamunan-lamunannya, suara amarah seorang perempuan terdengar di belakangnya. Ketika diliriknya, perempuan itu ternyata tengah bertengkar dengan seseorang lewat handphone.
"Sudahlah, Keysa lelah. Saat Keysa sedang banyak masalah, kamu tidak pernah mau mengerti. Dari dulu, Keysa bersabar menunggumu berubah. Tapi, sampai sekarang kamu masih tetap seperti itu. Mulai detik ini, kumohon kamu jangan pernah hubungi Keysa lagi. Jalan terbaik untuk kita adalah berpisah. Lupakan semua rencana yang pernah kita bicarakan dulu! Kita tidak sepaham. Selamat tinggal..." ucap gadis itu dengan beruntun kalimat yang mengalir penuh emosi.
Pembicaraan berakhir. Perempuan bernama Keysa itu tertunduk, lalu mulai terisak. Mungkin, ia tidak sadar bahwa ada Yoga. Seraya duduk beberapa langkah di samping Keysa, Yoga menatap wajahnya dan dapat mencium harum parfumnya. Benar-benar cantik. Gadis bermata bulat indah dan berbibir tipis. Rambutnya panjang sebahu, bergelombang indah, serta berwarna pirang. Sungguh, lukisan Tuhan yang sangat sempurna terpahat di wajah itu. Sayang, wajah cantik itu tengah dirundung mendung, sehingga membuat Yoga geli sendiri.
"Itulah laki-laki. Setelah puas, seenaknya saja membuang gadisnya..." celetuk Yoga, setengah menggoda.
Keysa tersentak kaget, lantas menoleh dan berusaha menatap wajah Yoga. "Siapa kamu? Mengganggu saja!" ucapnya, setengah menyentak.
Yoga tertawa geli. "Sebelum kamu datang, aku sudah ada disini. Seharusnya aku yang mengatakan itu sama kamu." balas Yoga.
Keysa mendengus kecil, lalu membuang muka ke depan, menatap Gedung Sate yang berwarna putih di seberang gazebo. Yoga tersenyum. Sebentar ia menggaruk kepala, lalu menghampiri Keysa.
"Boleh aku duduk di dekatmu? Jangan takut." tanya Yoga.
Keysa tidak menjawab. Isak tangisnya mulai berhenti. Sesekali, gadis rupawan itu mengusap hidungnya yang memerah.
"Rupanya, bukan aku saja yang terbelit masalah. Orang kaya pun suka dapat masalah. Ya, itulah manusia. Kalau lagi ada masalah, lebih enak menyendiri, ya kan?" ujar Yoga.
"Ya! Dan, kamu mengganggu kesendirianku!" tukas Keysa.
"Maaf sebelumnya. Tidak terlintas dalam benakku mengganggumu. Justru aku ingin mencoba berteman denganmu. Siapa tahu, masalahmu dan masalahku bisa terpecahkan.." ucap Yoga.
"Tahu apa kamu tentang masalahku?" sakut Keysa, masih ketus.
Yoga tersenyum geli. "Bukan aku gombal. Kamu cantik. Tapi, kalau sedang judes gitu, cantikmu pudar. Sayang, Neng." ledek Yoga.
Keysa menoleh, hendak marah. Namun, amarahnya tertahan demi melihat tatapan polos Yoga.
"Kamu ceriwis juga, ya? Daripada cerita tentang masalahku kepadamu, lebih baik aku pergi. Selamat malam Tuan Ceriwis!" ujar Keysa.
"Selamat malam Nyonya Cantik yang baik hati.." balas Yoga sembari tersenyum polos.
Keysa mengutungkan niatnya untuk berdiri. Ucapan dan senyuman Yoga seakan menghalanginya untuk pergi. Entah kenapa.
"Katanya mau pergi?" goda Yoga.
Keysa salah tingkah. "Benar-benar ceriwis!" dengusnya.
Dengan tergesa, gadis itu meninggalkan Yoga dengan mobil mewahnya. Yoga hanya mampu menggaruk-garuk kepala, tersenyum sendiri.
Keysa. Hufft! Ternyata banyak sekali bidadari berkeliaran di dunia ini. Duh, Tuhan...!
KEYSA AMANDITA
Foto yang diterapkan hanya sebagai pendukung saja ya🙏🏻 Tidak bermaksud untuk menyinggung pihak tertentu🙏🏻 Mohon dimaafkan..🙏🏻
***
Yoga menyibakkan gorden hijau jendela kamarnya, hingga bias sinar matahari pagi menyorot ke sana. Tanpa banyak berpikir, ia menyambar handuk dan bergegas ke kamar mandi.
Di beranda belakang, ia melihat Daryani menyisir rambut panjangnya yang licin. Sebuah gaun yang membuat hati Yoga berdesir tampak melekat di tubuh wanita itu.
"Yoga, kamu mau nggak kerja di restoran? Restoran teman ibu lagi butuh karyawan baru. Lumayan loh, gajinya.." ujar Daryani sambil terus menyisir rambutnya.
Dengan tertunduk, Yoga menghampiri ibunya. Setelah dekat, ia menghadapkan wajah ke samping dimana terdapat taman kecil buatannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Berdo'a saja
mau aja lah dari pada nganggur
2021-03-02
2
ᵂᶠ°Rindu~
Semoga Keysa adalah jodoh sebenarnya😅
2021-01-07
2