Kening Daryani berkerut jelas, tanda terkejut. "Kenapa kamu tanyakan itu?" tanyanya kembali.
"Tadi, aku mimpi melihat diriku sendiri yang masih kecil. Lalu, seorang perempuan cantik muncul, mengatakan bahwa aku ini anaknya. Dia bukan Ibu. Aku dan dia naik ke atas kuda terbang berwarna putih, seperti mainanku waktu kecil dulu..." jelasnya.
Daryani tersenyum simpul, kemudian memeluk lembut Yoga. "Mimpi hanyalah bunga tidur. Percayalah, kamu anak kandung Ibu. Mungkin, kamu terlalu capek dan banyak berkhayal ingin naik kuda terbang kesukaanmu itu." ujar Daryani.
"Tapi, mimpi itu seperti nyata, Bu. Sumpah! Aku melihat diriku sendiri saat berumur sekitar dua tahun." ucap Yoga.
"Yoga, kamu tidak percaya lagi sama Ibu? Ibu punya fotomu saat kamu masih kecil. Sebentar..." ujar Daryani seraya keluar dari kamar Yoga.
Beberapa waktu kemudian, Daryani kembali lagi dengan membawa album kecil. "Ini...," katanya, menunjukkan foto Yoga yang masih bayi.
"Ibu punya foto kecilku yang kira-kira usiaku sudah dua tahun?" tanyanya.
"Dulu ada. Tapi, nggak tahu hilang kemana. Paling yang ini.." jawab Daryani, saat memperlihatkan foto Yoga yang berumur lima tahun sedang menggendong kucing berbulu putih hitam di bawah pohon jambu air di dekat bengkel seninya sekarang.
Yoga terhenyak. Benarkah sosok balita mungil itu dirinya di masa lalu? Lantas, siapakah perempuan jelita itu? Benarkah Nyonya Aisya? Mimpi bisa jadi sebuah isyarat atau hanya permainan pikiran saja.
"Sudahlah, kamu lanjutkan istirahatmu..." kata Daryani, lalu beranjak keluar dari kamar Yoga.
...****************...
Pagi tepat pukul delapan, Yoga dan Keysa pergi ke Lembang, tepatnya ke Desa Sukamaju. Mereka akan mengunjungi Arif, teman semasa STM Yoga. Sekarang, Arif sudah menikah dan memiliki dua anak. Selain bekerja menjadi PNS, dia mengurusi peternakan kuda warisan Almarhum ayahnya. Ada lima belas kuda yang dipeliharanya. Kebanyakan kuda betina, sedangkan kuda jantan terkadang disewakan dengan harga murah kepada penduduk setempat sebagai tunggangan.
Lama, Yoga tidak bertemu Arif. Satu nostalgia pun kini mereka jalani bersama, meski rentang waktu telah memisahkan dua sahabat lama itu. Puas membahas masa lalu ketika masih bersekolah di STM, Yoga kemudian menyampaikan maksud kedatangannya.
"Kalau perlu, kamu bawa saja satu kuda jantan. Jadi, saat bikin patung kuda terbang itu kamu bisa langsung lihat objeknya.." kata Arif, polos.
"Ngawur! Ya nggak mungkinlah. Kalau disini bisa. Tapi, aku membuat patung itu di rumah pemesannya. Mana mungkin orang kaya itu mau masukkan kuda betulan ke istananya?!" ujar Yoga.
"Jadi, kamu mau ambil gambarnya saja?" tanya Arif.
"Ya, dengan ukurannya. Siapa tahu kamu juga tahu berapa tinggi, lebar dan panjang kuda ini?" kata Yoga.
Bersama Arif, Yoga lantas masuk ke kandang kuda di belakang rumah.
"Wow! Sejak kapan punya lahan seluas ini? Bukankah dulu ini kebun?" seru Yoga, terkagum-kagum begitu melihat padang rumput kecil dibelakang rumah Arif.
"Sudah lama. Sekitar dua tahunlah.." jawab Arif seraya membimbing seekor kuda jantan berwarna hitam pekat ke depan kandang.
"Ini kuda kebanggaanku. Jenis Tornado. Asli dari Spanyol. Setahun lalu, dikasih teman Almarhum ayahku." sambungnya.
Yoga mengangguk-angguk kagum. Dihadapannya kini berdiri sesosok kuda jantan yang besar berotot.
"Wow! Kuda yang bagus!" Yoga ikut membelai kening kuda hitam itu.
"Wah! Kuda yang indah!" seru Keysa saat muncul bersama Ani, istri Arif yang tengah menggendong anaknya.
"Boleh Keysa menungganginya?" tanya Keysa.
"Tentu. Tapi, jangan kuda ini. Sedikit berbahaya.." kata Arif, kemudian memanggil seorang pegawainya untuk membawakan kuda putih lengkap dengan pelana.
Pegawai itu kembali menghadap tuannya dengan membimbing seekor kuda jantan berbulu putih mulus.
"Namanya Angin Salju. Silahkan Keysa coba. Hati-hati, larinya sangat kencang, seperti angin." ujar Arif.
Keysa tersenyum senang. "Ga, fotoin aku, ya?" pintanya seraya memberikan kamera digital kepada Yoga yang masih bengong.
Dengan lincah, Keysa naik ke punggung Angin Salju, lalu menghentaknya hingga kuda indah itu meringkik keras sambil mengangkat dua kaki ke depan. Sebentar kemudian, kuda itu melesat ke tengah padang rumput kecil. Keysa pun berseru senang.
"Hebat! Dia benar-benar bisa naik kuda!" komentar Yoga.
"Kamu bisa?" tanya Arif seraya tersenyum kecil.
Yoga menggelengkan kepala, setengah bergidik. "Dulu pernah. Tapi, bukan duduk di punggungnya, malah menggantung di perutnya. Sejak saat itu, kapok deh..." ujarnya.
Arif dan istrinya tertawa. "Silahkan kamu ambil gambarnya." kata Arif sambil mengikat kuda hitam pada sebatang pohon jambu batu.
"Aku ambil meteran, sebentar.." sambung Arif dan bergegas masuk ke rumah.
Yoga mulai mengabadikan sosok kuda hitam di hadapannya dari berbagai sudut. Bahkan, ia sampai naik ke atas palang kayu besar untuk mengambil gambar dari atas. Lebih konyol lagi, ia rela tiduran ala fotografer profesional demi mengambil posisi samping kuda. Ani yang melihatnya dibuat tertawa sendiri. Ketika Arif kembali dengan membawa meteran, Yoga langsung memintanya menaikkan dua kaki kuda ke atas palang kayu di dekatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Ummu Qalshoen Mam's Iyazatiyas
suka sama ceritanya 💪🏻💪🏻💪🏻
2021-02-23
2
ᵂᶠ°Rindu~
Ditunggu kelanjutannya..😊
2021-01-07
3