Tito tertawa. "Eh, Yog. Ambil uang seratus ribu. Sekali-sekali, kita makan enak. Gimana?" tawarnya kemudian.
Yoga mengangguk-angguk. "Bisa, bisa.." balasnya.
"Ibu ikut!" Daryani tiba-tiba muncul lagi dipintu kamarnya.
"Soal makan saja dengar!" cetus Yoga. "Yasudah, selesai maghrib kita beli roti bakar." sambungnya.
"Roti bakar? Restoran, dong!" protes Tito.
"Seratus ribu ke Restoran? Bertiga pula? Abis modal, To. Nanti kalau usaha kita sukses, baru kita ke Restoran. Kalau perlu ngadain Grand Opening." balasnya.
"Iya, Yog. Sekali-sekali, kita makan enak. Ibu tahu satu tempat yang oke. Rumah makan Sunda Lengkong! Setuju nggak, To?" kata ibunya.
"Setuju banget, Bu." sahut Tito.
Yoga garuk-garuk kepala lagi. Daryani yang memperhatikan tingkah anaknya tertawa senang.
Selepas maghrib, dengan mobil butut milik paman Tito. Mereka pergi ke Rumah Makan Sunda di Lengkong. Yoga ingat akan Keysa, sebelum masuk rumah makan. Ia pun menghubunginya. Semula, ia tidak yakin Keysa mau menerima undangannya. Ternyata diluar dugaan. Keysa bersedia datang cepat.
"Kamu bakal takjub melihat calon istriku, To." kata Yoga.
"Bu, betulan Si Yoga sudah punya calon istri?" tanya Tito.
"Namanya juga Yoga. Setiap perempuan yang sudah atau belum jadi pacarnya selalu dibilang calon istri. Tapi, nggak jadi-jadi." jawab ibunya.
"Yeh, Ibu. Bukannya mendukung anaknya!" tukas Yoga.
Tito tertawa cekikikan. Seorang pelayan dengan ramah menyambut tamunya. Mereka dipersilahkan mencari tempat yang disukai. Sedikit ramai memang. Namun, banyak juga meja yang kosong. Sengaja, Yoga memilih tempat paling sudut. Alasannya, agar bisa melihat pemandangan taman belakang yang dihiasi beberapa lampu taman dan kolam ikan yang diterangi water lamp biru.
Setengah jam kemudian, ketika hidangan sudah tersaji. Keysa muncul. Ia begitu anggun dan elegan. Walau menggunakan pakaian sederhana serupasweater putih kerah kimono dan celana sutra hitam lebar. Tito benar-benar dibuat terpana sampai menelan ludah sendiri. Yoga dan Daryani pun dibuat kagum. Ah, orang kaya memang selalu tampil menawan.
Keysa duduk disamping Yoga. Yoga pun mengenalkan Tito pada Keysa, lalu mempersilahkan gadis itu memesan makanan yang disukainya. Keysa memesan sayur asem, ikan asin kering, paha ayam setengah gosong, sambal terasi, tahu dan tempe panas, selada dan kerupuk emping.
"Aku kira orang kaya nggak suka makan ikan asin.." goda Yoga.
Keysa tertawa. "Apa harus makan burger terus?Ngomong-ngomong, ada acara apa, nih? Kamu ulang tahun ya, Ga? Atau Tante, mungkin?" balasnya.
"Tidak ada yang ulang tahun. Sesekali, kami ingin oba makanan enak. Mumpung lagi ada rezeki." jawab Yoga.
"Kebetulan, Yoga mau buka kios kerajinan tangan. Malam ini, kita syukuran. Semoga semuanya lancar.." jelas Tito.
"Oh, ya? Kok, kamu nggak bilang sama Keysa, Ga?" seru Keysa.
Yoga tersenyum malu. "Usaha kecil-kecilan, Key.." balasnya.
"Dimana nanti kiosnya?" tanya Keysa.
"Belum pasti. Besok baru mau mencarinya.." ujar Yoga.
Keysa tersenyum senang. "Keysa doakan semoga sukses." sambungnya.
"Amin. Terima kasih." kata Yoga.
Pesanan Keysa datang dengan cepat karena memang mudah membuatnya. Yoga dan yang lainnya mulai menyantap makanan. Keysa banyak bertanya tentang kerajinan apa saja yang dijual Yoga dan Tito.
"To, jelaskan!" pinta Yoga, sok jadi bos.
"Miniatur alat-alat transportasi. Perahu pinisi juga ada. Tahukan oleh-oleh Jogja?" jelas Tito.
"Oh, ya? Boleh dong Keysa lihat-lihat.." ujarnya.
"Dengan senang hati. Kapan?" kata Tito.
"Pulang dari sini.." tukasnya.
Yoga dan Tito saling pandang.
"Kenapa? Enggak bisa, ya?" tanya Keysa.
"Bisa...., bisa....," jawab Yoga.
***
Di bengkel seni, Keysa dibuat terkagum-kagum. Di meja panjang, Keysa mengamati karya-karya Yoga. Dari mobil klasik hingga becak terpajang rapi disana. Dari binatang biasa sampai binatang unik pun ada. Lalu di rak panjang ada sebuah helikopter berdampingan dengan pesawat tempur andalan Amerika, lengkap dengan dua pesawat siluman. Semua berjumlah lebih dari seratus buah.
"Sejak lulus kuliah dua tahun lalu, aku membuat semua ini.." ujar Yoga sambil mengiringi Keysa melihat-lihat pajangannya.
"Kamu tidak mencoba cari kerja? Di kantoran, misalnya." kata Keysa.
"Bosan. Selalu tidak ada lowongan. Dulu, pernah aku kerja. Jadi operator disebuah Mall. Tapi, berhubung supervisornya cerewet dan banyak lagak, aku protes. Eeh, besoknya aku dipecat.." jelasnya.
Keysa tertawa geli. "Jiwa senimu rupanya tidak mengizinkan kamu diperintah orang ya, Ga?" ujar Keysa.
"Betul sekali. Aku sangat menyukai pekerjaan yang muncul dari dalam hatiku. Bagiku, uang bukan segalanya. Kepuasan batin yang kucari." sambung jelasnya.
"Tapi..., maaf, lho. Apa kamu tidak pernah memikirkan masa depanmu? Apa akan selamanya kamu seperti ini, menjalani usaha bersama Tito?" kata Keysa.
"Ya. Aku percaya rezeki itu dari Tuhan, Key. Aku juga yakin, apa yang akan kujalani bisa membuatku tidak terlalu memikirkan materi. Tapi tetap akan menghasilkan materi." jelasnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments