"Hebat! Keysa senang punya teman seoptimis kamu. Oh, ya, Ga. Kalau ini, kamu jual berapa?" Keysa mengambil miniatur andong yang lengkap dengan kudanya.
"Kalau itu, aku jual dua puluh ribu. Kalau pun ditawar, pasnya lima belas ribu." ujarnya.
"Sebagus ini murah banget?" tukas Keysa.
"Kalau dijual diatas tiga puluh ribu, rasanya akan sulit. Aku ingin mematok harga dibawah pasaran. Paling ngambil untung seribu atau dua ribuanlah. Paling gede lima ribu." jelas Yoga.
"Keysa beli ini." ujarnya.
Yoga tercengang, lalu garuk-garuk kepala. Namun, kemudian ia tersenyum. "Ambil saja, hitung-hitung untuk promosi." jawabnya.
Itu kenang-kenangan driku, Key... (dalam hati)
"Betulan, nih?" tanya Keysa.
"Iya. Pilihlah mana yang Keysa suka." kata Yoga.
"Duh, makasih. Ini saja, Ga. Waktu kecil, Keysa suka sekali naik andong. Sampai-sampai... ini, nih." Keysa menarik sedikit celana hitamnya sebelah kanan, memperlihatkan bekas luka di mata kakinya.
"Luka ini bekas jatuh dari andong di Lembang, waktu Keysa masih TK. Sampai sekarang, nggak bisa hilang. Tapi, entah kenapa sejak saat itu bukannya kapok, malah jadi ketagihan." sambungnya.
Yoga tertawa. "Kalau aku.., aku paling suka ini.." ujarnya seraya meraih sebuah kuda terbang yang sedang menaikkan kedua kakinya dengan sayap terkembang lebar.
"Sejak kecil, aku selalu memimpikan bisa menunggangi kuda terbang ini. Tapi, sampai tua juga rasanya tidak akan pernah. Karena tidak ada kuda terbang di dunia ini." celetuk Yoga, lantas tertawa sendiri.
"Aku masih ingat. Waktu aku kecil, Ayah pernah cerita tentang legenda kuda terbang. Dulu, aku senang bermain dengan mainan seperti ini. Kata Ayah, kuda terbang, selain tunggangan Hercules putra Zeus, juga tunggangan Bidadari. Kuda itu bisa bicara dan baik hati. Juga punya kesaktian. Sejak itu, aku jadi semakin menyukainya. Ketika besar, aku mulai berkhayal, seandainya kuda terbang itu benar-benar ada, maka aku ingin menangkapnya. Sekalian dengan Bidadari pengemudinya. Aku curi selendangnya, lalu kubakar biar tidak bisa terbang lagi. Tidak mau sebodoh Jaka Tarub yang hanya menyembunyikan selendang Bidadari yang jadi istrinya dibawah lesung." ceritanya pada Keysa.
Keysa tertawa geli, lantas unjuk wajah serius. "Ga, boleh kutanya sesuatu?" ujarnya.
"Ya, silahkan.." jawabnya.
"Ayahmu kemana? Tidak diajak ikut makan-makan bersama tadi?" tanyanya.
Yoga menyandarkan pinggulnya di badan meja sambil memainkan kuda terbangnya.
"Ayahku pergi. Sampai sekarang belum juga pulang..." jelasnya.
"Sejak kamu kecil?" tanyanya lagi.
"Baru beberapa minggu lalu." sahutnya.
"Oh, maaf..." ucapnya.
"Ayahku pengangguran berat. Kerjanya mabuk-mabukkan, sering bertengkar dengan ibuku. Ada untung dan ruginya juga kalau dia pergi. Tapi, sejatinya aku selalu merindukannya. Buruk baiknya, dia tetap ayahku." jelas Yoga.
"Namanya juga orangtua. Tapi, kulihat kamu selalu bahagia bersama ibumu?" balas Keysa.
"Maaf, kemarin aku bohong kalau ayahku sibuk kerja. Aku tidak mau orang lain tahu kesedihanku yang sebenarnya. Sebenarnya, aku kesepian. Untunglah ada Tito yang selalu setia mendengar keluh kesahku." ujarnya.
Keysa tersenyum. "Ada Keysa juga..." balasnya.
Yoga balas tersenyum. Untuk pertama kalinya, ia memberanikan diri menatap lekat-lekat mata bening milik Keysa. Keysa pun demikian, balas menatapnya. Namun, keduanya cepat tersentak saat Ibunya Yoga muncul.
"Maaf, maaf. Tahan dulu pacarannya. Yog, Ibu mau pergi. Mau nengok teman yang sakit. Pulangnya agak larut." ujar Daryani.
Yoga garuk-garuk kepala menyembunyikan malu dari Keysa.
"Malam-malam begini? Naik apa?" tanya Yoga pada Ibunya.
"Dijemput. Udah, ya. Daahhhh, Keysa..." kata Daryani.
Keysa hanya menganggukkan kepala dalam malunya. Daryani pun berlalu hingga menghilang di balik pintu. Sepeninggal Ibunya, malu-malu Yoga melirik kepada Keysa yang tertunduk dengan wajah merah merona.
"Maafkan tadi...," ucap Yoga, pelan.
Keysa tersenyum. "Allah masih menjaga kita. Keysa juga minta maaf. Keysa pulang, ya? Makasih untuk andongnya." balas Keysa.
Yoga balas tersenyum sembari menganggukan kepala. Keysa pun pulang. Yoga mengantarnya sampai pagar depan dimana mobilnya diparkir.
Sepeninggal Keysa, Yoga terhenyak dikasurnya. Sekilas, ia dapat melihat aura cinta dalam mata indah Keysa. Sosok Dina yang terkadang masih mengganggunya mendadak benar-benar pudar. Naskah baru seakan muncul begitu saja. Lebih indah, lebih wangi, dan lebih istimewa.
Tetapi, mungkinkah Keysa yang lebih kaya daripada Dina itu jatuh cinta kepada Yoga? Yoga hanyalah sosok sederhana, sedangkan Keysa bergelimang harta. Mungkinkah cerita romantis seperti dongeng akan menghampiri dan menjelma dalam lembaran kisah nyatanya? Yoga menggaruk-garuk kepala. Mendadak, ia merasa kecil dihadapan Keysa.
...****************...
Dengan mobil butut paman Tito, sejak pukul sepuluh pagi hingga menjelang sore. Yoga dan Tito keliling Bandung. Mereka belanja bahan dan peralatan yang dibutuhkan, sekaligus mencari lahan untuk kiosnya. Namun, menjelang adzan Isya. Lahan kios tak kunjung mereka dapatkan. Ada satu tempat strategis di kawasan Cilaki yang disesaki kafe, tapi harganya cukup mahal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments