Eza sudah selesai meeting dan akan segera pulang, Entah kenapa lelaki itu ingin segera sampai dirumah. Padahal kemarin-kemarin ia selalu enggan pulang, mungkin karna Niky tidak ada disana, mungkin karena sekarang ada Alita dirumah. Entahlah..
Eza sudah sampai di halaman rumah. Lelaki itu terlihat langsung segera masuk ke dalam rumah.
Klekk!!
Eza membuka pintu dan kembali menutupnya.
Dan saat memasuki rumah, Eza melihat Alita tertidur di meja makan dengan tangan yang menjadi alas tidurnya.
"Lit, bangun!" ucap Eza saat menggoyangkan tangan gadis yang tertidur itu. "Kenapa tidur disini?" tanya Eza saat Alita sudah membuka mata.
"Duh, maaf A', tadi lagi nungguin Aa' pulang, tapi kok malah ketiduran.." Alita mengusap wajahnya kemudiam meminta tangan Eza untuk dikecupnya.
"Hmm.." Eza hanya bergumam sebentar.
"Yaudah ke atas yuk.." ajak Eza.
"Gak makan duku A'? Aa' kan belum makan malam, Alit udah masakin tadi." ujar Alita sambil menatap Eza. "Apa mau mandi dulu? Alit siapin air panas ya?"
Eh.. Eza terdiam sesaat, mengapa wanita ini sangat perhatian sih? dia memang istrinya sekarang, tapi kan hanya sebatas kontrak?
Eza jadi mengingat bagaimana kebiasaanya saat Niky masih tinggal dirumah itu, Niky bahkan tidak pernah menyambut atau menawari ia untuk disiapkan air panas untuk mandi. Memakan masakan Niky juga sudah sangat jarang.
Dan ini Alita...
Gadis yang Eza nikahi secara kontrak hanya untuk membuktikan bahwa ia tidak mandul. Tapi kenapa gadis itu seolah menjadi istri yang memang seharusnya melakukan kewajiban dan tanpa sadar Eza memang menginginkan diperlakukan seperti itu.
Eza sepertinya tertarik dengan moment itu, lalu tanpa mengucap apapun lagi, lelaki itu langsung duduk disalah satu kursi meja makan.
Alita mulai menyiapkan masakan yang sudah dia masak tadi, hari ini ia memasak beberapa masakan yang memang sering ia masak dikampung. Ikan asin, sambal, sayur asem dan tempe mendoan. Alita sangat senang memasak dan bahan-bahan yang dijual tukang sayur disana kebetulan sangat komplit.
"Makanan apa ini?" tanya Eza sesaat setelah dihidangkan beberapa makanan oleh Alita.
"Ini makanan paling enak, A'. Aku jamin Aa' bakal ngabisin nasi satu bakul kalo memakan makanan ini." ujar Alita sambil tersenyum. "Eh tapi disini tidak ada bakul, tempat masak nasi tadi namanya apa ya kata bik mumun?" Alita terlihat mengingat-ingat sesuatu.
"Rice cooker!" sahut Eza.
"Ha-iya itu.." seru Alita saat kembali mengingat nama tempat memasak nasi yang menurutnya canggih.
"Di kota keren banget yaa, A'. Ada kompor tinggal pencet, ada bakul yang masak nasi tinggal pencet, ada alat menyapu yang bisa jalan sendiri. Wahh pokoknya keren banget!!" Alita berujar antusias sambil mengambilkan sepiring nasi untuk Eza.
Sementara Eza hanya menatap datar pada gadis dihadapannya itu, masa iya dia baru pertama kali tahu kompor gas dan rice cooker? Eza jadi menggeleng dibuatnya.
Apa Alita ini seorang gadis purba?
"Memang dikampung kalo kamu masak gimana?" tanya Eza sambil mulai memakan makanan yang sudah ada dipiringnya.
"Eh A', jangan pake sendok. Makan pake tangan lebih nikmat lho.." ujar Alita saat Eza akan memasukan satu sendok makanan kedalam mulutnya.
“Sendoknya cuma buat sayur asemnya aja.”
Tapi anehnya Eza menuruti perkataan gadis itu, tanpa protes Eza menaruh sendok dan mencuci tangan di air kobokan yang Alita sediakan. Detik selanjutnya Eza mulai makan dengan tangan, kegiatan yang baru pertama kali ia lakukan.
"Naaahhh.. enak kan?" tanya Alita sambil tersenyum penasaran.
"Lumayan." jawab Eza. Meskipun tidak tahu apa nama makanan itu, setidaknya Eza bisa menikmatinya. Daripada makanan diluar dan masakan Niky yang selalu menyajikan touge, masakan Alita lebih baik dari itu semua. Meskipun sederhana tapi sangat pas di lidah nya.
"Kalo dikampung kamu masak gimana? aku tanya dan kamu belom dijawab.." ujar Eza sambil menyuapkan satu suapan kedalam mulutnya. Lelaki itu tampak lahap memakan masakan Alita.
"Yagitu A, pake hawu.. Kompornya semenan yang atas sama depannya bolong, terus masukin kayu bakar, terus bakar kertas yang diminyakin sedikit, tunggu apinya nyala baru deh bisa masak." Alita mulai bercerita.
"Oh gitu.. Minta nasi lagi.." ujar Eza. Makanan itu terasa lezat apalagi ada teman ngobrol. Kegiatan yang sudah sejak lama tidak Eza lakukan.
"Nyari kayu bakarnya kemana?" tanya Eza lagi.
"Ka leuweung." ujar Alita sambil menambah nasi kedalam piring Eza.
"Apa?"
"Maksutnya gunung gitu A', hehe."
"Apa? kamu pergi ke gunung cuma buat nyari kayu bakar? buat masak?" tanya Eza tidak percaya.
"Iya A'. Deket kok tinggal lewatin kebun teh aja."
"Pasti kamu disuruh sama ibu dan kakak tiri mu itu ya?" ujar Eza so tahu. "Katanya mereka kejam, emang iya?"
"Hehe,," Alita hanya tersenyum canggung.
"Hidup kamu seperti cerita si bawang merah dan si bawang putih. Apa kamu gak pernah ketemu ibu peri waktu pergi ke gunung?" dan Haha. Eza tergelak dengan penuturannya sendiri. Sepertinya Eza mulai menerima kehadiran Alita dirumahnya.
Sementara Alita hanya memperhatikan Eza yang tertawa disela acara makan malamnya. Alita lagi-lagi merasa terpesona oleh ketampanan suami kontraknya.
"Kenapa ngeliatin aja?" tanya Eza yang sadar sedang diperhatikan. "Owh iya, Kenapa kamu gak makan?"
"Eh,, tadi aku udah makan sama bik mumun."
"Astaga!! itu makan siang Alita!! Cepat makan. Ada urusan yang harus kita selesaikan lagi malam ini!!" ujar Eza sambil lanjut makan. Meskipun aneh, tapi kombinasi makanan yang Alita masak itu nikmat juga.
Cih, Eza pasti akan meminta jatahnya lagi. Tapi Alita tidak bisa menolaknya, sebagai gadis desa ia sadar bahwa seorang wanita yang sudah menikah, hidupnya akan meliputi sumur, dapur dan kasur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Silfi Rinawati
waduh namanya sih keren kenapa ndeso banget sih arlita..
2021-11-16
0
Ucie Indria
sama cerita hanum dan pram,akhir kisahnya hanum jadi pengacara
2021-07-15
0
🌛Dee🌜
jmpa deh
2021-07-11
0