“Nikita!” Eza berteriak. Untuk pertama kali ia memanggil wanita itu dengan sebutan nama. Dan ini artinya Eza sudah sangat kesal dan marah.
Eza langsung menghampiri Niky dan tidak bisa lagi menahan kekesalannya, lelaki itu langsung mencengkram tangan Niky yang sedang sibuk menyeret koper keluar kamar.
"Aaawwhhh..." Niky meringis saat pergelangannya dicengkram lumayan kuat oleh suaminya. "Lepasin kak, sakit!!".
"Hati aku lebih sakit dari ini!!" Eza menatap tajam pada wanita yang sangat dicintainya itu.
"Kalo emang sakit kenapa kamu mempertahankan aku yang jelas-jelas udah gak mau sama kamu!!" Niky langsung menepis tangan Eza dengan sekuat tenaga. Lalu lanjut memasukan pakaian dan menutup koper itu. "Meskipun kamu gak mau menceraikan aku, aku akan ajuin perceraian ke pengadilan! Apa masih kurang jelas?" tambahnya sambil terus menyeret koper itu keluar dari kamar.
"Tunggu!!!" Eza mengejar Niky dan berusaha menghentikan wanita itu. "Niky!!!" Bahkan Eza harus berteriak, namun wanita itu tidak bergeming dan lanjut berjalan menuju pintu utama.
"Tunggu sebentar!!!" Eza berlari dan mengimbangi langkah Niky. Lalu saat Eza berhasil menghentikan langkah Niky, Eza langsung menatapnya. Berdecak sebentar sambil memikirkan apa yang ada dikepalanya sekarang.
"Apa lagi?!" Niky masih berujar dengan sangat angkuh,, membuat kepala Eza rasanya mau pecah saat itu juga. Rasa marah dan kesal langsung menyeruak ditubuh Eza, ia sungguh tidak tahan lagi dengan sikap Niky yang makin seenaknya.
"Kalau kamu memang ingin hubungan ini berakhir, baiklah.. aku tidak akan memaksa orang yang memang tidak ingin bersamaku."
Gullpp!! keduanya saling menelan ludah, menjeda sebentar kata-kata itu.
"Dengan sadar dan tanpa paksaan siapapun, hari ini,,,,, kamu saya talak!"
Duaaaarrr 🔥
Bagai disambar petir kata keramat itu akhirnya terucap. Membuat keduanya sama-sama terdiam. Kata keramat yang selama ini Eza tahan-tahan akhirnya terucap juga. Membuat mereka saling menatap, tidak percaya apa yang baru saja terjadi.
Satu detik yang merubah segalanya.
Disaat bersamaan disaat mereka masih melongo dengan petir yang tiba-tiba menyambar itu, pintu utama terbuka dengan ucapan salam yang membarengi.
"Eza,, Niky.. lhooo... kok pada didepan pintu?" ternyata itu adalah Mama Dinda, ibunda Niky.
"Mau pada kemana ini kok bawa koper segala?" sahut Bram, papa Niky yang ternyata juga ikut.
Mereka semakin terdiam membisu dan melongo, tidak bisa berkata-kata apapun. Sama sekali.
Apa yang sedang terjadi ini? Eza bahkan belum bisa mencerna kejadian yang baru saja terjadi.
"Pada kenapa ini.. kok diam saja?" Mama Dinda berujar lagi sambil menatap Niky dan Eza bergantian.
“Mau traveling ya? Ajak-ajak dong. Kita juga pengen bulan madu lagi, iya gak ma?”
“Papa ih!!”
Entah takdir atau suatu kebetulan orang tua Niky tiba-tiba saja hadir ditengah-tengah suasana menegangkan itu, bahkan pasangan itu rasanya belum bisa mencerna kata keramat yang baru saja dilontarkan oleh Eza.
Namun nasi sudah menjadi bubur, akhirnya Niky dan Eza mengatakan apa yang telah terjadi beberapa menit yang lalu kepada orang tua Niky
"Saya telah menjatuhkan talak kepada anak papa dan mama.. Artinya mulai hari ini Niky kembali menjadi tanggung jawab kalian. Maaf untuk segala kekurangan Eza ketika menjadi suami Niky, maaf untuk janji sehidup semati yang Eza ingkari. Eza sebenarnya tidak ingin berpisah dengan Niky, namun bagaimana lagi.. Kata keramat itu sudah terucap."
Tidak ada kata kaget atau menangis haru disana, orang tua Niky terlihat menerima dengan lapang dada. Toh, mereka memang menginginkan Niky untuk berpisah dari Eza.
Lalu detik selanjutnya setelah mengobrol sebagai tanda perpisahan, akhirnya mereka pamit untuk pulang dan membawa Niky bersama mereka ke rumahnya.
"Maaf mah, Eza minta waktu sebentar untuk ngobrol dulu berdua, untuk yang terakhir." Eza berujar ketika tiga orang itu sudah bangun dari sofa dan siap pergi dari rumah Eza.
"Oh iya, silahkan.. Mama nunggu dimobil ya." ujar Mama Dinda yang kemudian benar-benar pergi darisana diikuti Papa Bram juga.
Setelah kepergian mereka, Eza segera mendekat ke arah Niky. Lelaki itu tampak mengusap wajah Niky dengan telapak tangan. Ditatapnya Niky, istri tercintanya. Mungkin lebih tepatnya adalah mantan istri, karena Eza sudah menjatuhkan talak pada Niky. bahkan sudah mengatakannya di hadapan orang tua Niky juga.
"Aku gak nyangka kita bakalan berakhir kaya gini." Eza menahan rasa sedih yang teramat ketika mengatakan kalimat itu.
"Mungkin memang udah seharusnya kita kayak gini.. Makasih buat segalanya, aku harap kita berdua bisa bahagia dengan pasangan kita dimasa depan." bahkan Niky tidak terlihat sedih sedikitpun, wanita itu bahkan masih bisa bicara dengan gamblang tanpa raut wajah menyesal.
"Aku menyesal mengucapkan kata keramat itu, aku gak yakin bisa hidup tanpa kamu." bola mata Eza rasanya mulai memanas, di dalam lubuk hatinya ia masih sangat mencintai Niky.
"Aku gak mau selamanya hidup berdua. Aku pengen kita punya anak! Aku gak bisa terus-terusan hidup bersama lelaki mandul seperti kamu!" ujar Niky tanpa beban sedikitpun. Wanita ini benar-benar layak mendapat piala manusia paling playing victim di dunia.
Anak, itulah akar dari permasalahan rumah tangga mereka. Niky selalu menekan bahwa Eza lah yang memiliki kelemahan. Begitu hebatnya wanita itu bersandiwara, andai Eza tahu bahwa selama ini Niky menggunakan alat kontrasepsi, mungkin malam ini dia akan dengan suka rela melepaskan istrinya yang sangat amat keterlaluan.
"Gimana caranya biar aku bisa buktiin itu kalo kamu ninggalin aku?" Tanya Eza dengan perasaan bingung.
"Buktiin apa lagi kak? kita bahkan udah nikah tujuh tahun!!" jawab Niky dengan santainya. Wanita itu mempertegas lagi bahwa Eza lah yang mandul. Padahal jelas-jelas permasalahan soal anak itu ia dalangnya. Andai saja Niky tidak memakai alat kontrasepsi,mungkin sekarang mereka sedang menanti anak kedua.
Wajah Eza masih menyiratkan rasa menyesal dan bingung. "Aku sungguh sangat menyesal sudah mengucapkan kata itu." lagi-lagi Eza mengulang kata penyesalannya. Eza menggenggam tangan Niky lembut, sorot matanya sangat jelas menyiratkan cinta yang mendalam pada wanita itu.
"Aku harus pergi, mama udah nungguin dimobil."
Dan kini Eza benar-benar ditinggal sendirian dengan ribuan kata menyesal dan bingung luar biasa.
Di acaknya rambut dan kemudian berteriak seperti orang gila.
Huwaaaggghhh!!!
Eza berteriak meluapkan emosi dalam dirinya, benarkah tentang semua yang terjadi ini? akankah ia bisa melanjutkan hidup tanpa Nikita yang hampir 10 tahun membersamainya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
bunday
ada yaa manusia begini 🤬
2022-11-28
0
Muniroh Mumun
masak minum pil sampe 7 th suaminya g tau .....pinter banget ya .....lagian tujuan rmh tangga pasti punya keturunan ....kok dg entengnya g mau hamil ....g mau lho ya ...bkn g bisa ...
2021-08-13
0
zahira aulia Putri
maksud si Niki apaan ya.dia yg KB sendiri dia yg Ngotot minta cerai. cewek aneh
2021-07-20
0