Teriakan Rembulan membuat Tuan Raditya reflek membungkam mulut mungil istrinya yang akan menggangu di tengah malam ini.
Rembulan seketika terdiam, ia menatap wajah Tuan Raditya yang sedang menatapnya juga.
"Suuuttt, diam. Jangan berisik nanti ada yang bangun," bisik Tuan Raditya pada Rembulan.
Seketika Rembulan menganggukkan kepalanya tanda paham, ia juga tidak ingin memulai kegaduhan dimalam ini. Tapi yang jadi pertanyaan Rembulan adalah di mana keberadaan pelayan itu yang akan memijitnya.
Dan, Tuan Raditya pun melepaskan tangannya dari mulut Rembulan dan duduk di samping ranjang Rembulan.
"Mengapa Tuan ada di sini? Kemana Tata?" tanya Rembulan, bukannya ia lagi di pijit sama Tata pelayan pribadinya itu dan sekarang hanya ada ia dan Tuan Raditya saja.
"Memang tidak boleh kalau ada di kamar istriku sendiri?" pertanyaan itu di layangkan oleh Tuan Raditya, ia sebenarnya hanya ingin mengecek keadaan Rembulan saja. Tanpa ingin masuk hanya melihatnya.
Rembulan terdiam, ia bingung dengan keadaan ini dan menjadi posisi harus bagaimana untuk menjadi peran sebagai apa untuk menghadapi Tuan Raditya ini.
"Apa kamu tidak enak badan?" tanya Tuan Raditya lagi.
Dengan refleks Rembulan menggelengkan kepalanya, ia hanya lelah dan mengantuk. Dengan kejadian barusan juga ia merasa malu saat Tuan Raditya memandang dirinya dengan tatapan ingin melahapnya.
Dengan baju tipis dan pendek siapa saja akan tergoda, ia yang merutuki kebodohannya saat itu tidak menyadari bahwa ia sedang membangunkan seorang singa yang sedang kelaparan.
Rembulan menarik selimutnya sampai batas dadanya, ia tidak ingin lagi memperlihatkan lekuk tubuhnya pada pria yang ada di hadapannya. Walaupun dirinya halal untuk di sentuh.
Tuan Raditya yang mengerti dengan keadaan Rembulan yang begitu gugup dan malu atas kejadian beberapa jam lalu, ia meninggalkan Rembulan tanpa sepatah kata pun.
Rembulan membuang napasnya dengan kasar, dan memanggil pelayan pribadinya itu.
"Iya, Ulan. Ada apa?" tanya Tata yang sudah ada di hadapan majikannya.
"Kenapa kamu menghilang, hah. Terus sejak kapan Tuan Raditya datang?" tanya Rembulan.
"Saat aku ingin memijat mu, Ulan. Tapi aku tak enak makanya aku meninggalkan kalian ," jawab Tata dengan entengnya.
Seketika kedua mata Rembulan membulat, alasan pelayan pribadinya hanya ingin menarik simpati Tuan Raditya saja. Rembulan menelan ludahnya, ia kembali teringat dengan kejadian barusan yang sudah ia lewati bersamanya tadi.
"Kenapa kau tak memberitahukan ku?" ketus Rembulan.
"Mungkin sekarang Tuan muda sudah mulai tertarik pada mu, Ulan." ucap Tata yang menebak dari tingkah laku Tuan mudanya itu.
"Ngarang kamu, tak mungkin lah. Aku kan tak cantik." balas Rembulan.
"Kata siapa? Kamu tuh cantik, Ulan. Di bandingkan dengan nyonya Siska lebih cantikan kamu," jawab jujur Tata yang menilai perbedaan antara istri pertama dan Rembulan.
"Hahaha... Belum ada seseorang yang memuji ku cantik, Tata. Termasuk keluarga ku saja hanya mementingkan Kakak saja," jawab Rembulan yang merasa senang dan sedih mengingat keluarga yang entah apa kabarnya.
"Itu karena mereka tak memperhatikanmu, kamu cantik dan baik, percayalah,"
Rembulan hanya tersenyum saat mendengar Tata yang selalu memujinya itu.
.
.
.
.
Hari telah berganti, Rembulan bangun lebih awal dari biasanya membuat Tata pelayan pribadinya begitu senang dengan majikannya itu. Ia tidak akan ada ritual teriak saat membangun Rembulan yang begitu susah untuk bangun pagi.
Rembulan duduk di kursi meja makan bersama dengan istri pertama dari Tuan Raditya, menikmati sarapannya yang begitu hambar yang Rembulan rasakan. Ia ingin segera menyelesaikan sarapan dan kembali ke kamarnya untuk melanjutkan tidurnya. Semalam ia tidak bisa tidur entah sampai jam berapa ia tertidur dan sekarang ia merasakan kantuk luar biasa.
Tanpa memberitahukan kepada istri pertamanya, Tuan Raditya bergabung dengan kedua istrinya untuk sarapan bersama. Ini adalah sarapan pertamanya Tuan Raditya bersama istrinya, ia akan melewatkan sarapan bersama dengan istri maupun dengan keluarganya.
Tuan Raditya hanya mementingkan pekerjaan dan perusahaan yang sedang ia kelola saat ini, ia akan sarapan di kantor bersama asisten pribadinya itu.
Siska yang begitu kaget dengan kedatangan suaminya yang tiba-tiba sudah duduk di kursi meja makan, ini adalah momen paling bahagia yang di rasakan Siska sebagai istri pertamanya.
"Aku senang, Mas. Mau sarapan bareng bersama kita, ini adalah hari yang bahagia bagiku," ucap Siska yang hendak menyiapkan sarapan untuk suaminya.
Namun, Tuan Raditya mencegah apa yang dilakukan oleh istri pertamanya itu. Ia hanya ingin sarapan bersama tanpa ada gangguan sedikit pun.
"Apa aku tidak boleh sarapan bersama istri-istri ku?" tanya Tuan Raditya pada istri pertamanya.
"Bukan begitu, Mas. Ini adalah hari pertama kamu sarapan di meja ini,"
"Bener kah?" tanya Tuan Raditya, ia yang sebenarnya malas untuk membalas percakapan istri pertama ini. Siska adalah istri yang di jodohkan oleh Mamah nya.
"Lanjutkan sarapan mu, jangan ganggu mood ku di pagi ini," perintah Tuan Raditya pada istri pertamanya.
Siska pun mengangguk tanpa bertanya lagi, ia lanjutkan lagi sarapan yang tadi ia tunda.
Sebenarnya Tuan Raditya sarapan bersama istri-istri hanya ingin melihat istri keduanya yaitu Rembulan. Ia melirik kearah Rembulan yang lagi sarapan tanpa menghiraukan percakapan antara suami dan madunya.
Namun tampaknya Rembulan sama sekali tidak perduli, ia teramat merindukan bantal dan guling nya sekarang. Sehingga tidak terlalu memperhatikan Tuan Raditya yang terus mencuri pandang terhadapnya.
Tata yang selalu ada di belakang majikannya sekarang melihat gelagat Tuan Raditya yang lagi mencuri pandang pada majikannya.
Tuan Raditya menjadi salah tingkah saat ia ketahuan oleh pelayan pribadinya Rembulan saat ia mencuri pandang pada Rembulan saat ini.
"Aku sudah selesai,," pamit Rembulan dengan sopan. Ia yang ingin segera pergi dari tempat ini dan melanjutkan tidurnya yang dari semalam tidak tidur.
Saat Siska ingin menegurnya karena sudah melanggar aturan yang ada di kediaman ini, meninggalkan meja makan sebelum suaminya selesai. Tapi apa yang ingin ia lakukan pun di cegah oleh Tuan Raditya sendiri.
"Biarkan saja, mungkin dia lagi tidak enak badan," ucap Tuan Raditya yang tahu dengan sikap istri pertama yang ingin menegur Rembulan.
"Tapi, dia sudah melakukan kesalahan dan harus di hukum," balas Siska.
Tuan Raditya tidak membalasnya lagi, ia hanya memberi kode agar istri pertamanya menuruti perintahnya yang ia berikan.
Mau tak mau pun Siska duduk kembali dan melanjutkan sarapannya yang ia tunda.
Berjalan dengan gontai menuju kamarnya, Rembulan di temani Tata dari belakang. Ia ingin segera sampai di ranjang yang sedang melambaikan untuk ia baringkan tubuhnya.
"Kamu kenapa, Ulan. Kok muka kamu pucat sekali, apa kamu sakit?" tanya Tata yang begitu khawatir dengan majikannya sekarang.
"Aku tidak apa-apa, Tata. Hanya ingin tidur tanpa ada gangguan sedikit pun, mengerti?" sahut Rembulan yang sudah ada didalam kamarnya.
"Tapi ini terlalu awal untuk tidur siang, Ulan. Dan sebentar lagi Papah mertua mu katanya akan datang siang ini," ucap Tata yang memberitahukan kabar tersebut
"Benarkah?": jawab Rembulan antusias mendengar jika Papah mertuanya akan berkunjung ke rumah ini.
Tata mengangguk dan tersenyum, ia bahagia melihat majikannya tersenyum lepas seperti ini
.
.
.
.
.
.
Asyik, Papah Haris mungkin akan mewujudkan permintaan ku kali ini..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Diny Julianti
lucu ceritany,
2023-07-03
0
Niar Lampung
semoga baik
2023-07-01
0
Bzaa
waduhhh semoga mertua ny baik ya
2023-06-27
2