Dua kedua yang sedang duduk di meja yang sama, ada kecanggungan di antara mereka terutama Rembulan yang tertunduk karena malu di perhatikan oleh Tuan Haris Bagaskara tersebut.
"Terimakasih sudah datang dan membawa calon mantuku," ucap Tuan Haris Bagaskara yang tersenyum, ia hanya datang seorang diri tak bersama dengan putra semata wayangnya yang selalu sibuk di dunia bisnisnya.
"Nak Raditya tak datang?" tanya Papah Hermawan yang melihat temannya itu hanya seorang diri.
Tuan Haris tersenyum, ia sudah menebaknya jika putranya akan di tanyakan oleh calon mertuanya itu.
"Biasalah dia selalu sibuk saja tak sempat meluangkan waktunya untuk menemui calon istrinya yang cantik ini." puji Tuan Haris pada calon mantunya itu.
Rembulan begitu salah tingkah saat Tuan Haris mengatakan itu, ia pun memalingkan wajahnya agar terhindar saat Tuan Haris memandangnya.
"Gimana kabar mu, Ulan. Om senang sekali kamu datang ke sini, Nak." ucap Tuan Haris Bagaskara yang senang dengan kedatangan putri dari temannya itu, ia yang menagih janji pada temannya itu yang sudah memberikan permintaan apapun termasuk yang ia inginkan. Ia ingin putra semata wayangnya yang sibuk dengan perusahaannya ingin melihat Raditya menikah dengan gadis polos yang akan mengurus putranya dengan baik, ia yang seolah duda beranak satu hanya bisa berharap agar kehidupan putranya lebih baik setelah ia memiliki seorang istri.
"Ayo, makan." titah Tuan Haris yang mempersilahkan calon besan itu untuk makan, ia ingin mengobrol lebih banyak lagi mengenai pernikahan putra dan putri itu. Ingin segera cepat menghalalkan untuk putranya itu.
Setelah selesai makan, Tuan Haris mengobrol ke intinya ia pun meminta Rembulan menjadi istri dari putranya dan menjadi mantunya.
"Tidak usah khawatir, Hermawan. Semua biaya dan kehidupan putrimu akan baik-baik saja, dan kamu hanya perlu mendoakan mereka saja." pinta Tuan Haris pada temannya itu yang akan menyerahkan putri keduanya pada putranya itu.
"Saya percaya padamu, Har. Aku hanya ingin menitipkan putri ku saja, jaga dia baik-baik ya? Jangan pernah sakiti dia, dia begitu berarti bagi kami." balas Papah Hermawan yang percaya dengan temannya itu, ia sudah mengenal lebih lama sampai sekarang.
"Nak Rembulan ingin apa? Apa yang ingin Nak Rembulan katakan?" tanya Tuan Haris yang memandang Rembulan hanya terdiam menjadi pendengar yang baik atas perbincangan tentang perjodohan ini.
Rembulan yang tak tahu dengan sosok bernama Raditya itu, ia hanya fokus pada dirinya tak tahu dengan sosok pengusaha muda yang terkenal itu.
"Tidak, Om. Saya tak ingin sesuatu," sahut Rembulan, ia hanya ingin segera pulang dan merebahkan tubuhnya yang sejak semalam tak tidur karena memikirkan tentang ini.
.
.
.
Selesai memperbincangkan masalah pernikahan, Rembulan yang sudah ada di atas ranjangnya menatap langit-langit kamarnya. Ia tak percaya dengan takdirnya saat ini akan menemukan jodohnya dengan cepat. Baru memejamkan kedua matanya suara ponselnya berbunyi dan Rembulan pun mengalihkan pandangannya pada benda pipih tersebut.
"Kak Maya," gumam Rembulan.
"Halo, kak. Ada apa?" tanya Rembulan secara langsung, ia yang masih kecewa pada keluarga yang telah memilih dirinya sebagai calon istri untuk pria itu.
"Dengar-dengar Kamu mau menikah, Dek?" tanya kak Maya yang tahu dari Papahnya, ia yang tak ingin menikah di saat ia merintis karir di kota lain.
"Udah tahu nanya lagi, kenapa gak Kaka saja sih, kenapa harus aku," ucap Rembulan dengan nada protes, ia yang ingin merasakan indahnya masa di mana ia masih ingin merasakan indahnya sebagai seorang gadis di umurnya yang masih belasan tahun.
"Mungkin itu jodoh kamu, Dek. Terima saja ya, Kaka hanya akan mendoakan yang terbaik untuk mu," ucap Kak Maya yang punya alasan lain dan ia tak ingin sang adik tahu.
"Kalian menyebalkan, apa kalian tak sayang lagi dengan ku hingga mengusir ku dengan cara halus seperti ini." rengek Rembulan seolah ia adalah orang yang teraniaya.
"Bukan gitu, Dek. Tapi Kaka tak bisa menggantikan mu di saat karir Kaka mulai naik. Kamu ngerti ya," pinta Kak Maya setelah itu ia mengakhiri panggilan setelah banyak membicarakan sesuatu terutama rasa rindunya pada adiknya.
Selesai mengobrol lewat panggilan Rembulan merasakan jika Kakak beda dengan yang lain ada suara yang ia dengar begitu sedih.
"Kak Maya kenapa ya? Kok beda banget ya," gumam Rembulan yang berpikir bahwa sang kakak menyembunyikan sesuatu pada dirinya yang entah itu apa.
"Minggu depan status ku beda dong, aku gak bisa bayangkan satu atap dengan pria yang tak ku kenal itu, dan sampai sekarang pun aku tak pernah lihat sosok itu. Bagai pria misterius." ucapnya lagi sambil bergidik ngeri membayangkan itu semua.
Di dalam kamar Papah Hermawan, sang istri membawa secangkir kopi buatannya dan menaruh di atas meja di mana sang suami sedang duduk di sofa kamar.
"Gimana keadaan Maya, Pah. Apa dia baik-baik saja?" tanya seorang ibu pada putri pertamanya yang jauh di sana, ia ingin mendampingi putrinya yang sedang terkena masalah.
"Dia akan baik-baik saja, Mah. Cukup fokus pada Rembulan saja." pinta Papah Hermawan yang sudah mengirimkan seseorang untuk menemani putrinya di sana dalam keadaan membutuhkan seseorang.
"Tapi, Pah. Mamah merasa kasihan dengan kedua putri kita, Pah. Rembulan yang terimbas dari perjodohan yang tak kita rencanakan dan Maya--," belum melanjutkan perkataannya, Mamah Tika di tarik masuk ke dalam dekapannya dan menenangkan sang istri.
"Mamah tenang saja ya, semua akan baik-baik saja terutama Rembulan, dia adalah gadis kecil kita yang ceria dan tangguh." ucap Papah Hermawan yang menenangkan sang istri agar perasaan lebih tenang.
"Tuan Haris sudah menentukan harinya, Mah. Kita tinggal me sana sama-sama ya," ucap Papah Hermawan yang memberitahukan soal rencana hari pernikahan putri kedua dengan cepat sesuai keinginan temannya itu.
"Cepat sekali, Pah. Kita belum memberitahukan keluarga yang lain agar bisa menyaksikan Rembulan menikah." Mamah Tika tak percaya dengan hari yang begitu cepat yang di berikan oleh Tuan Haris.
"Tak usah, Mah. Di adakan hanya privat saja, Mah. Tak boleh banyak yang tahu," tolak Papah Hermawan sesuai keinginan temannya itu.
"Tapi kenapa, Pah?" tanya Mamah Tika yang heran, ia ingin melihat dan menyaksikan putrinya menikah banyak orang yang menyaksikan.
"Turuti saja, Mah. Papah tak bisa berbuat apapun kecuali Tuan Haris lah yang mengubah semuanya." ucap lirih seolah pria berstatuskan sebagai kepala rumah tangga yang akan bertanggung jawab atas keluarga itu.
Mamah Tika pun mengangguk dengan pasrah, ia tak bisa berbuat apapun termasuk mencegah semua yang telah terjadi pada kedua putrinya itu. Ingin sekali membelah dirinya dan menjadi sandaran untuk kedua putrinya yang berbeda tempat.
"Pah," ucap Mamah Tika yang takut dengan perasaan ini.
"Ada apa?" tanya Papah Hermawan.
"Apa Rembulan akan baik-baik bersama dengan anak temannya Papah itu?" tanya Mamah Tika yang menghawatirkan anaknya setelah pernikahan itu tiba.
"Percaya saja ya, Mah. Kita doakan saja kedua putri kita," balas Papah yang tak kalah khawatir, ia sebagai seorang ayah dan cinta pertamanya untuk kedua putrinya merasa sedih harus berpisah dengan putri keduanya setelah putri pertamanya di kota lain.
.
.
.
Hari yang selalu di hindari Rembulan pun tiba, ia di bangunkan di pagi buta tersebut untuk pergi ke sebuah gedung yang sudah di dekor secara elegan namun mewah. Hari di mana Rembulan akan menggantikan statusnya sebagai seorang gadis akan menjadi seorang istri.
"Sudah selesai kan?" tanya Mamah Tika memastikan jika keperluan putrinya sudah selesai dan tak ketinggalan lagi.
"Sudah, Mah." jawab Rembulan dengan lirih, siap tak siap ia harus menerima semua dengan keadaan seperti ini. Mungkin ini sudah takdirnya menikah di usia mudanya.
Rembulan menjadi anak yang penurut kali ini dan tidak banyak mengeluh maupun berkomentar. Dia hanya bisa menahan sesak di dadanya seorang diri.
Mamah Tika yang menyadari kegelisahan putrinya juga hanya bisa memberinya semangat moril saja.
Rembulan dan kedua orang tuanya berhenti di sebuah hotel mewah tempat yang mereka beri tahu, takut memang, namun ini adalah bagian masa depan yang harus Rembulan jalani. Saat ia melangkah maju maka tidak tersedia lagi jalan untuknya mundur.
.
.
.
.
Dalam sekejap Rembulan sudah di sulap menjadi pengantin yang cantik, berbalut kebaya putih sederhana namun cantik, Rembulan terlihat begitu mempesona. Bahkan Papah dan Mamahnya menitikkan air matanya terharu melihat putrinya yang begitu cantik, senyum yang di paksakan dan langkah kaki yang berseok, Rembulan sebenarnya begitu enggan untuk duduk di kursi pelaminan itu. Sebuah kursi yang akan mengubah segalanya
Rembulan meremas kebaya nya dengan erat, dia begitu gugup untuk melewati semua ini. Namun sudah tidak ada pilihan kedua untuknya saat ini, mau tidak mau itu yang harus ia jalani.
Tuan Haris beserta Pak penghulu dan kedua saksi sudah datang dan duduk dengan rapi, Rembulan semakin gugup, keringat dingin sudah membasahi keningnya.
Seorang pria berjas putih datang, dengan di iringi kedua asisten pribadinya dan beberapa bodyguard nya dengan langkah tegap berjalan ke meja di mana sudah duduk menunggunya. Namun yang menarik perhatian dari pria yang akan menjadi suaminya itu memakai topeng untuk menutupi wajahnya yang Rembulan tak tahu.
Kedua netra mereka bertemu, bola mata kecoklatan itu benar-benar misterius bagi Rembulan. Orang yang akan menjadi suaminya itu sama sekali tak tersentuh padanya. Hanya duduk dan meminta untuk segera memulai acaranya.
.
.
.
.
.
.
Saya terima nikah dan kawinnya Rembulan binti Hermawan dengan mas kawin kalung berlian dan uang tunai 100 juta rupiah di bayar tunai....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Bzaa
semoga pria baik
2023-06-27
0
Novi Putri
bismilah semoga ganteng sholeh heheee
2023-06-27
2
Supartini
gantengnya kabanyakan ya kok dirutup segala
2023-05-26
0