Belum puas Rembulan mengamati pemandangan di sekeliling kamarnya ini, pelayan pribadinya yang di tunjuk untuknya datang menghampirinya.
"Nyonya muda, saya sudah siapkan air hangat untuk nyonya mandi setelah ini akan makan siang bersama Tuan besar," ucap pelayan itu yang menghampiri majikannya yang sedang melamun.
"Ah, iya, aku juga ingin segera mandi rasanya gerah sekali." ucap Rembulan yang masih memakai gaun pengantin yang begitu pas di tubuhnya yang tinggi sepadan.
"Namaku Rembulan, bukan Nyonya muda yang kau panggil itu.," ucap Rembulan lagi, ia tak ingin di panggil seperti itu.
"Saya tahu, nyonya muda. Tapi rasanya tak sopan jika memanggil nama saja, saya juga takut pada Tuan besar jika melanggar peraturan yang ada di rumah ini." jelas pelayan itu sambil tertunduk, ia yang baru mendapatkan seorang majikan yang terlihat baik ini.
"Terserah kau saja, aku sudah lelah dan tidak ingin berdebat," balas Rembulan yang malas menyahut perkataan pelayan itu.
Rembulan segera menuju ke kamar mandi yang di tunjukkan pelayan itu.
"Kenapa kau masuk?" tanya Rembulan yang kaget karena pelayan itu terus mengikutinya sampai kedalam kamar mandi.
"Tentu saja membantu Nyonya mandi," jawab pelayan dengan tenang.
"Kau mau apa?" ucap Rembulan lagi.
"Membantu, Nyonya muda. Mandi." sahut pelayan itu dengan santainya. Di kediaman ini semua majikan akan diperlakukan seperti putri atau pun ratu di rumah ini.
"Apa!! Aku bisa mandi sendiri tak perlu kau bantu. Aku malu." jawab Rembulan yang kaget, ia tak pernah di perlakukan seperti ini di rumahnya sendiri.
"Tidak bisa, Nyonya muda. Ini sudah menjadi kewajiban saya sebagai pelayan Nyonya," balas pelayan itu yang masih kekeh ingin melakukan tugasnya sebagai pelayan pribadinya Nyonya mudanya.
"Enggak!! Aku tidak akan membiarkan melakukan itu, aku malu. Kamu dengar tidak sih," bentak Rembulan yang merasa malu harus memperlihatkan bagian pribadi pada seorang yang asing bagi Rembulan.
"Tapi saya takut Nyonya muda. Jika Tuan besar tahu kalau saya tak melayani Nyonya muda dengan baik." jawab pelayan itu.
"Aku tak akan melaporkan itu pada Papah mertua ku, kamu tenang saja." ucap Rembulan yang enggan untuk di bantu soal mandinya.
"Baiklah, saya menunggu di luar saja, nyonya muda. Jika butuh bantuan bisa panggil saya." ucap pelayan itu sambil berlalu meninggalkan Rembulan seorang diri di dalam kamar mandi.
Setelah perginya pelayan itu Rembulan membuang napasnya dengan kasar, ia tak bisa membayangkan jika dirinya di mandikan seperti bayi yang baru lahir tanpa bisa apa-apa.
"Malu banget gue harus memperlihatkan bagian sensitif gue," gurutu Rembulan yang membayangkan hal itu terjadi. Ia pun bergegas membuka pakaiannya yang masih melekat di tubuhnya. Satu persatu pakaian itu ia buka dan menaruh di sembarang tempat, Rembulan yang masuk di bathtub dan merendamkan tubuhnya dengan meneteskan aroma terapi yang menenangkan. Ia butuh ini untuk menenangkan pikiran dan tubuh dengan kejadian yang tak terduga di hari ini.
Satu jam sudah, Rembulan merendamkan tubuhnya. Ia merasa lebih baik dari sebelumnya dan bangun setelah itu membersihkan tubuhnya di guyuran air shower yang berada di sebelahnya.
"Segar banget," ucap Rembulan begitu segar setelah mandi. Ia keluar dengan wajah segar.
"Nyonya muda sudah selesai, mari saya bantu." titah pelayan yang tak ada tolakan dari Rembulan dengan pasrah nya.
Dengan cekatan pelayan itu membantu nyonya muda itu memakai dan mendandani seperti yang di inginkan Rembulan.
"Siapa namamu?" tanya Rembulan untuk memecahkan keheningan.
"Tata, Nyonya," sahut pelayan yang bernama Tata.
"Usia?" tanya Rembulan lagi.
"25 tahun, Nyonya,"
"Benarkah? Berarti aku lebih muda dari kamu, jadi kau tidak perlu memanggil ku Nyonya lagi, oke,"
"Tidak bisa, Nyonya. Ini sudah peraturannya," ucap pelayan Tata yang masih merapihkan tataan rambut Rembulan.
"Kau ini," Rembulan cukup kesal saat ucapan pelayan itu terus membantahnya.
"Kamu tahu kan dengan suamiku itu," tanya Rembulan ingin tahu sosok suami di rumah ini.
"Maksudnya Tuan muda Raditya?" ucap pelayan itu yang bernama Tata.
"Iya, siapa lagi, hah. Emang di sini anak Papah mertua ku ada lagi." jawab Rembulan yang ketus, ia habis pikir dengan pertanyaan dari pelayan itu.
"Dia orangnya tegas, dingin dan jarang tinggal di sini, nyonya muda. Setelah kepergian nyonya besar." jelas Tata yang tahu jika Tuan muda jarang sekali untuk pulang hanya sesekali saja untuk mengecek kondisi Papahnya saja.
"Maksudnya?" tanya Rembulan tak mengerti.
"Setelah kepergian nyonya besar Tuan muda jarang pulang dan menghabiskan waktunya di luar sana." jelasnya lagi, ia memberikan kisah kehidupan Tuan besarnya.
"Kasihan juga ya, tapi orang kaya gimana ya? Soalnya pas dia menikahi ku dia pakai topeng untuk menutupi wajahnya." ucap Rembulan yang penasaran dengan wajah suaminya itu.
"Tuan muda orangnya baik kok, di hangat saat nyonya besar masih ada tapi setelah kepergian Nyonya besar kelakuannya berbeda dari sebelumnya. Dingin, dan tertutup.
"Kok aku jadi penasaran ya dengan sosok suami ku itu," gumam Rembulan yang penasaran.
"Kapan dia ke sini?" tanya Rembulan, ia ingin melihat secara langsung wajah dan karakter suaminya itu.
"Entah, nyonya muda. Saya rasa setelah menikah semoga saja Tuan muda kembali lagi seperti dulu. Dan nyonya muda bisa mengembalikan warna dalam hidupnya yang begitu gelap tanpa warna." ucap Tata yang berharap lebih di dalam pernikahan Tuan mudanya. Ia begitu kasihan pada Tuan besar yang tinggal sendiri di rumah sebesar ini.
"Sudah selesai, nyonya muda. Apa nyonya menyukai dandanan seperti ini?" tanya Tata yang takut jika majikannya tak suka dengan model dan gaya yang ia berikan.
"Aku tak suka yang berlebihan cukup natural saja, tolong bisa di ubah?" pinta Rembulan, rasanya ini terlalu berlebihan jika ia berdandan setiap hari seperti ini. Yang ia inginkan hanya biasa saja dengan makeup natural.
"Baik, nyonya muda." ucap Tata yang patuh dengan keinginan majikannya. Ia ingin melayani dengan baik tanpa ada protes dan mendapatkan hukuman dari Tuan besar jika ia tak bisa melayani majikannya dengan benar.
"Kamu mau kan menjadi teman ku?" pinta Rembulan lagi, ia yang tak tahu di kediaman ini di tambah ia tak ada seorang pun yang akan menemani hari-harinya di rumah asing ini.
Pelayan itu pun mengangguk tanda setuju dan setelah itu menggelengkan takut jika dirinya adalah seorang pelayan.
"Kamu kenapa sih? Tadi setuju kok sekarang malah menolak." tanya Rembulan yang aneh dengan sikap pelayan itu yang plin-plan.
.
.
.
.
Setelah selesai mendandani majikannya sedang makeup natural, Tata pun mempersilahkan majikannya untuk keluar dari kamarnya untuk menuju tempat dimana ruang makan berada.
"Kamu temenin aku ya," pinta Rembulan yang masih merasa asing di rumah mertuanya ini, ia takut salah arah di rumah yang luas ini.
"Baik, nyonya muda. Saya akan mengantarkan sampai ruang makan." sahut Tata yang mempersilahkan majikannya lebih dulu jalan ia di belakang sambil mengarahkan ke ruang makan.
Sampai di ruang makan, ada dua orang pria yang berbeda usia itu. Rembulan menduga jika itu adalah Raditya suaminya itu.
"Ayo duduk, Ulan. Kita akan makan siang bersama." titah Tuan Haris pada menantunya yang lagi bengong menatap kearah meja makan.
"Ah, iya, Pah." ucap Rembulan dengan gugup. Rasanya baru melihat dengan jelas seorang Raditya yang tadi mengikrarkan janji sucinya tadi pagi.
"Layani suami ya," suruh Tuan Haris pada menantunya agar Raditya bisa menerima dan tinggal di rumah ini lagi.
Raditya hanya terdiam dengan wajah dinginnya yang di ceritakan oleh pelayan itu, Rembulan merasa gugup dan takut jika melayani suaminya itu.
Rembulan menatap kearah mertuanya dan mertuanya pun mengangguk tanda ia harus melakukan tugas pertama seorang istri.
Dengan langkah pelan Rembulan mendekat ke arah pria yang dingin ini, ia pun menaruh nasi dah beberapa laut tanpa bertanya lagi.
"Mau apa lagi?" tanya Rembulan, ia yang tak tahu dengan selera pria ini hanya bisa menaruh yang ada di atas meja makan.
"Sudah cukup," cegah pria yang bernama Raditya itu.
Makan siang dengan keheningan hanya suara sendok dan garpu beradu membuat Rembulan melirik kearah suaminya itu yang masih fokus pada makanannya.
"Aku sudah selesai, Pah." sahut Raditya yang sudah selesai.
"Aku akan membawa istri ku, Pah. Aku akan mandiri," ucapnya lagi yang datang ke rumah ini untuk menjemput istrinya yang di bawa oleh Papahnya.
"Kenapa gak tinggal di sini, Dit. Biar Papah ada temannya." Timpal Tuan Haris yang ingin putra dan mantunya tetap tinggal di rumah ini.
"Aku hanya ingin kami saling mengenal saja, Pah. beri waktu Adit untuk mengenal lebih dekat lagi dengan istri ku," ucap Raditya beralasan seperti itu, ia tak ingin Papah mengawasi dirinya.
Papah Haris membuang nafasnya dengan kasar dan melirik kearah Rembulan yang masih terdiam dan tertunduk. "Apa kamu mau Ulan?" tanya Tuan Haris pada menantunya.
"Saya terserah Mas Adit saja, Pah." jawab Rembulan dengan pasrah. Kini hidupnya sudah tanggung jawab suaminya.
Tuan Haris pun setujui permintaan putranya, ia biarkan pengantin baru itu saling mengenal satu sama lain.
"Baiklah, tapi kalian sesekali main ke sini ya," pinta Papah Haris pada putra dan mantunya itu. Setelah itu ia bangun dan bergegas pergi ke kamarnya.
Raditya tahu dan melihat tingkah istrinya itu yang lagi mencuri pandang dengannya saat ini.
"Kenapa?" tanya Raditya.
"Apa?" tanya Rembulan yang tak tahu jika dirinya ketahuan oleh pemiliknya.
"Kenapa memandang ku seperti tadi." tanya Raditya lagi, ia ingin tahu apa yang di lakukan oleh istri kecilnya itu.
.
.
.
.
.
.
.
.
Hanya ingin memandang ciptaan Tuhan yang begitu sempurna ini, kamu ternyata ganteng ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Bzaa
serasa benar2 di istana ya LAN,,😉
2023-06-27
1
Harlina Mami
visualx dong thor
2023-06-27
0
Nasiati
keren ulan
2023-06-27
0