"Ayo pulang, ini bukan rumah mu," ajak Tuan Raditya pada istrinya, ia tak ingin jauh dari istri keduanya ini.
"Kalau aku gak mau gimana,?" tantang Rembulan, ia sebenarnya tak ingin tinggal di rumah itu bersama dengan madunya. Siapa yang lera untuk membagi suami dalam satu atap yang sama dan ini yang Rembulan rasakan di tambah lagi ia seperti di bohongi karena sang suami sudah memiliki seorang istri.
"Aku akan memaksamu," jawab Tuan Raditya yang seolah menerima tantangan itu, ia tak perduli jika ada di rumah Papahnya. Rembulan adalah tanggung jawabnya dan ia berhak atas dirinya.
"Aku gak mau, kamu ngerti gak sih, lebih baik kau cerai kan saja aku dan kembalikan aku pada orang tua ku," pinta Rembulan yang menantang pernikahan yang baru beberapa hari, ia bahagia datang ke rumah ini. Ia pikir akan di perlakukan seperti putri di dalam dongeng tapi itu sebaiknya ia di perlakukan seperti tak di anggap hanya sebatas istri di atas kertas.
Perbedaan di antara mereka tak ada jalan keluarnya. Rembulan yang mengeratkan selimutnya untuk menutupi tubuh agar tak di jamah oleh suaminya.
Tuan Raditya menindih tubuh istrinya yang ketakutan, ia seolah sedang menahan birahinya menjadi seorang pria normal.
"Jangan ku mohon," pinta Rembulan dengan lirih, ia tak yang belum siap untuk menyerahkan mahkotanya itu pada suaminya itu.
Tuan seolah tuli dengan rengekan dan penolakan yang Rembulan berikan, ia begitu buta dan tuli saat bersama dengan Rembulan.
Aaarghhhh.. Sakit...
Jeritan dan teriakan Rembulan tak ada gunanya saat mahkota satu-satunya yang ia miliki harus di renggut paksa dengan cara seperti walaupun halal baginya. Rembulan yang tak berdaya dan tak ada tenaga lagi untuk melawan hanya bisa pasrah apa yang di lakukan oleh suaminya itu. Tak ada yang bisa menolongnya di kamar yang kedap suara itu. Papah mertuanya yang tak tahu jika putranya sudah menorehkan luka yang begitu besar pada mantunya yang sudah ia pilih.
"Hiks... Hiks...," hanya tangisan yang kini Rembulan lakukan, ia bagai wanita yang lemah tak seperti dulu yang pemberani tak takut siapapun.
"Maaf," hanya satu kata yang terucap dari bibir Tuan Raditya, ia merebahkan tubuh di samping istrinya dengan nafas tersengal karena perlakuan yang ia lakukan terhadap Rembulan dengan cara paksa walaupun halal untuk di sentuh.
"Pergi sana," usir Rembulan yang menepis tangan suaminya yang melingkar di perutnya yang rata ini. Ia tak punya tenaga lagi untuk memukul atau membalas perbuatan yang Tuan Raditya lakukan.
Tuan Raditya tak menghiraukan perkataan sang istri, ia yang sudah merasakan kenikmatan surga dunia hanya bisa tersenyum dengan tubuh yang masih lelah. Ia pun terpejam karena rasa kantuknya ia rasakan.
.
.
.
.
Di malam hari, kedua pasangan halal itu sama-sama terdiam dalam pikirannya masing-masing. Rembulan yang kecewa dengan apa yang terjadi dan Tuan Raditya yang pusing harus melakukan apa untuk membujuk sang istri untuk pulang ke rumahnya.
"Kamu gak mau pulang?" tanya Tuan Raditya lagi, ia ingin segera pulang dan melihat istri pertamanya itu.
"Kamu saja sana pulang," ketus Rembulan yang keluar dari kamar ini dengan tertatih masih merasakan sakit di bagian bawah perutnya itu.
Tuan Raditya membuang napasnya dengan kasar, menghadapi istri seperti Rembulan butuh ekstra sabar, ia yang mulai tertarik tak akan mau melepaskannya walaupun Papahnya meminta dirinya untuk menceraikannya.
Makan malam pun tiba, Papah Haris dan Rembulan duduk di kursi masing-masing, Rembulan mengambilkan nasi beserta lauk pauk yang mertuanya inginkan.
Tuan Raditya yang melihatnya segera duduk saat sang istri mengambilkan untuk Papahnya.
"Aku gak di ambilkan?" pinta Tuan Raditya yang ingin di layani juga oleh istri kedua ini, ia yang selalu di layani saat di rumah oleh Siska.
"Ambil saja sendiri, kalau ingin di layani sana sama istri mu," bukan Rembulan yang menjawab itu melainkan sang Papah yang masih geram dengan kelakuan putranya yang menduakan mantunya yang sempurna ini.
"Tapi, Pah." protes Tuan Raditya pada sang Papah yang menyindir dirinya terus menerus.
Rembulan yang masih marah dan kecewa dengan apa yang terjadi siang tadi membuat ia enggan untuk menjawab perkataan yang suaminya lontarkan. Tidak dengan Tuan Raditya yang merengut kesal dan ia pun mengambil sendiri dengan kasar.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Pokonya kita harus pulang, mau tak mau kamu harus mau , TITIK...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Rusme Juthec
kok komennya pada gak nyambung ya
apa ceritanya d ubah
2023-09-17
0
Niar Lampung
aneh GK liht cctv-nya
2023-07-01
0
Bzaa
Dika aturan ngeliat dr cctv ya
2023-06-27
0