"Saya terima nikah dan kawinnya Rembulan binti Hermawan dengan mas kawin kalung berlian dan uang tunai 100 juta rupiah di bayar tunai,"
Dengan tarikan satu kali dan lantangnya pria yang ada di sampingnya ini sudah mengucapkan janji suci pada Tuhan, dan kini Rembulan yang berstatuskan hanya seorang gadis sekarang sudah menjadi seorang istri dari suami yang entah siapa? Rembulan hanya bisa menarik napasnya dengan perlahan lalu membuangnya juga dengan perlahan. Ia hanya bisa pasrah dengan keadaan seperti ini menjadi seorang istri yang belum pernah ia kenal.
"Sah...,"
"Sah...,"
Mamah Tika tak bisa membendung air matanya lagi, kini esok dan selamanya Putri keduanya ini mulai saat bukan lagi tanggung jawabnya, Rembulan yang berpindah pada suaminya saat ini. Tangis haru melihat raut wajah putrinya yang tak pernah ceria lagi saat ia di nyatakan akan di jodohkan.
"Maafkan Mamah, sayang." batin Mamah Tika sambil menitikkan air matanya.
Selesai mengikrarkan janji pada Tuhan di hadapan orang tuanya dan para saksi setelah itu di teruskan dengan berdoa. Selesai berdoa, Rembulan berdiri untuk menghampiri orang tuanya,ia ingin meminta restu dan mendoakan pernikahan yang beberapa detik ini yang sudah mengubahnya menjadi seorang istri.
"Jangan terlalu lama dan banyak drama, aku beri kamu kesempatan untuk pamit pada orang tua mu, setelah ini kamu akan di antarkan ke rumah hadiah dari Papah." bisik pria di sampingnya yang tak lain adalah suaminya sekarang. Rembulan terdiam sesaat dan mencerna apa yang tadi barusan suaminya itu ucapkan.
Setelah mengucapkan itu, Tuan Raditya pun berdiri seolah memberi kode pada asistennya untuk mengawasi gadis yang baru beberapa detik ini ia jadikan menjadi seorang istri, lalu ia pun meninggalkan acara sederhana ini permintaannya.
"Raditya..," panggil sang Ayah yang melihat kelakuan putranya meninggalkan acara tersebut, ia begitu malu pada besannya yang sedang memandang kearah arah putranya.
Tuan Haris pun membuang napasnya dengan kasar, ia tak mengerti dengan kelakuan putranya yang selalu membantah perkataan dan tindakan membuat ia pusing.
"Maafkan Putra saya, Her. Dia mungkin ada keperluan lain." ucap Tuan Haris pada temannya yang tak enak hati, ia seolah hanya mempermainkan putrinya saja.
Papah Hermawan tak menjawab, ia terdiam harus berkata apa. Apa yang ada di pikiran sekarang adalah pikiran buruk tentang kelakuan putra dari temannya yang berbeda dengan Papahnya.
Mamah Tika tak menghiraukan ia menghampiri putrinya dan memeluknya erat.
"Maafkan kami, Nak. Maaf kan Mamah, sayang." sesal Mamah Tika yang takut jika putrinya di perlakukan tak baik oleh mantunya. Ia tak ingin putrinya merasakan apa yang tak pernah dia rasakan.
Terasa sesak saat membayangkan putrinya harus hidup dengan pria tak berperasaan itu. Papah Hermawan pun tak bisa berkata apapun lagi, lidahnya kelu. Dia sangat menyesal dan meminta pada temannya itu untuk menjaga putrinya.
"Sudahlah, Mah. Rembulan tidak apa, mungkin memang sudah nasib Ulan begini adanya, kalian harus tetap hidup bahagia dengan atau tanpa Ulan ya, Ulan sangat mencintai kalian. Ucapkan salam pada kak Maya ya Mah! Ulan belum sempat berpamitan pada kak Maya. Anggap saja ini sebagai bakti Ulan yang terakhir, Entah kapan Ulan bisa bertemu kalian lagi. Tapi, semoga Tuhan segera mempertemukan kita lagi ya, Ulan pamit ya? Papah harus jaga Mamah, dan Ulan sayang Mamah dan Papah." pesan Rembulan dan pamitnya pada orang tuanya.Ia juga merasakan jika hari terakhir bersama kedua orang tuanya saat ini, entah kehidupan apa yang akan ia jalani sebagai seorang istri dari pria yang belum ia ketahui wajahnya.
Rembulan memeluk erat Mamahnya kemudian Papah Hermawan secara bergantian. Sebenarnya ia enggan untuk melepaskannya namun tiba-tiba saja salah satu seorang asisten Pak Raditya datang dan memanggil untuk segera pergi dari ruangan yang sudah di dekor secara mewah harus di tinggalkan begitu saja setelah ijab kabul.
"Kemana bocah itu?" tanya Tuan Haris pada asisten putranya itu, ia ingin tahu kemana keberadaannya sekarang tiba-tiba meninggalkan istrinya.
"Dia ada keperluan lain, Tuan besar. Dan tak bisa di tunda lagi." jelas asisten pribadinya putranya itu
"Jangan bawa menantuku, dia akan tinggal bersama ku," cegah asisten akan membawa Rembulan ke rumah yang kini ia hadiahkan untuk pernikahannya.
"Tuan Raditya memerintahkan saya seperti itu, Tuan besar." jawab asisten Angga itu dengan tertunduk, ia takut menatap Ayah dari bosnya tersebut.
"Gak usah takut aku yang akan bertanggung jawab," ucap Tuan Haris yang memerintah seorang wanita untuk membawa mantunya pulang ke kediamannya.
Rembulan yang berjalan dengan pelan sesekali menengok ke belakang dan melihat orang tuanya yang masih menatapnya.
"Jaga diri kalian baik-baik ya, Ulan sayang kalian," teriak Rembulan dengan menitikkan air matanya yang begitu menyedihkan, siapa pun yang mendengarnya akan iba pada gadis muda ini. Dan mamah Tika pun yang mendengarnya tak kuasa menahan tangisannya ia bersimpuh karena tak kuat melihat putrinya yang sudah di bawa oleh besannya itu. Ia hanya bisa memandang punggungnya saja tanpa bisa melawan ataupun mencegahnya.
"Rembulan...," panggil Mamah Tika begitu lirih.
.
.
.
Rembulan hanya duduk merenung ia melihat kearah luar jendela mobil mewah yang tengah berjalan, ia sudah berada di dalam kendaraan yang akan membawanya ke rumah mertua yang entah berada di mana. Satu jam lebih kendaraan ini melaju dengan kecepatan sedang membuat Rembulan bertanya-tanya, dan kendaraan itu sampai di bangunan bak istana tersebut.
Rembulan tercengang dan takjub dengan bangunan yang ia lihat sekarang, ia tak memimpikan dan membayangkan akan menjadi seorang putri dan mantu di istana ini.
"Ayo turun," titah Tuan Haris pada mantunya yang ia pilih menjadi istri dari putranya itu.
Rembulan pun menganggukkan kepalanya tanda paham, ia menurut saja dan mengikuti kemana mertuanya itu mengajaknya. Hatinya masih merasakan perasaan sangat sedih saat perpisahan antara dirinya dan kedua orang tuanya.
Rembulan memperhatikan dengan seksama, jarak dari gerbang utama ke rumah cukup jauh jika di tempuh dengan berjalan kaki, Rembulan mengakui jika kediaman rumah mertuanya kini begitu mewah.
"Silahkan, Nyonya." seseorang pengawal membukakan pintu mobil untuk Rembulan.
Dengan rasa yang masih ragu Rembulan pun memberanikan kakinya melangkah masuk kedalam rumah besar tersebut, interior dan desain rumah ini benar-benar seperti dalam dongengnya.
Rembulan di sambut oleh pelayan yang sudah berbaris rapi untuk menyambutnya.
Rasa malu dan canggung pun ia rasakan saat penyambutan bagai seorang putri yang turun dari kayangan. Rembulan berusaha untuk bersikap tenang saat ini.
Mata Rembulan terfokus pada satu wanita yang menunggu di ujung barisan sebagai seorang pelayan yang tertunduk karena hormat.
Rembulan membungkuk memberi hormat pada para pelayan yang kini menyambutnya.
"Selamat datang nyonya muda," sapa para pelayan tersebut.
Wanita itu memberi kode pada seseorang, dan salah seorang pelayan maju.
"Saya adalah asisten pribadi anda mulai sekarang, Nyonya. Izinkan saya mengenalkan diri saya sendiri," ucap pelayan itu dengan sopan dan Rembulan hanya mengangguk tanda paham.
"Saya akan membantu nyonya di rumah ini," ucapnya lagi sambil membungkukkan badannya.
"Mereka yang menyambut sekarang adalah para pelayan yang akan melayani mu mulai sekarang. Dan kamu tak perlu canggung anggap saja ini rumah mu ya," ucap Tuan Haris yang menatap mantunya.
"Iya, Om." jawab Rembulan yang gugup.
"Panggil Papah mulai sekarang, kamu adalah putri ku juga," pinta Tuan Haris pada mantunya.
Rembulan mengangguk dan tersenyum, ia bahagia karena memiliki seorang mertua baik dan pengertian. Entah dimana istri dari mertuanya itu yang belum Rembulan ketahui.
"Apa Nyonya mau langsung saya antar ke kamar?" tanya pelayan pribadi Rembulan.
"Iya, aku lelah," jawab Rembulan.
Tentu saja lelah, hampir berjam-jam ia merasa lelah dengan semua yang terjadi padanya.
Dengan di bantu oleh pelayan tersebut, Rembulan melangkahkan kakinya menuju kamar yang akan menjadi tempat istirahat saat ini.
kamar yang mewah yang di tunjukkan oleh pelayan itu, lagi lagi Rembulan tercengang dan takjub dengan desain kamarnya. Rembulan melangkah dan menghampiri ranjang yang berukuran besar itu yang melambai-lambai ingin ia sentuh.
"Saya keluar dulu, nyonya muda." pamit seorang pelayan yang mengantarkannya.
Rembulan duduk di pinggir ranjang tersebut dan melihat sekeliling sudut ruangan tersebut.
.
.
.
.
.
.
Aku bermimpi apa saat dulu, kini hidup ku bagaikan seorang putri di kerajaan dongeng....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Lala Kusumah
😭😭😭😭😭
2023-06-29
1
Bzaa
aihhhh ternyata punya istri
2023-06-27
0
Nurwana
waow.... ternyata tuan raditiya banyak istrinya. ksian rembulan.
2023-06-27
1