Setelah kejadian itu tak ada tegur sapa lagi dari keduanya, mereka seolah asing tak mengenal satu sama lain. Rembulan yang ketakutan ia hanya bisa terdiam dan memalingkan wajahnya saat Tuan Raditya memandanginya.
"Sayang mau yang mana?" sahut Siska yang menawarkan berbagai lauk pauk yang ada di atas meja makan. Malam ini makan malam begitu mencekam ada perasaan yang di rasakan masing-masing, Rembulan yang ingin segera selesai dan meninggalkan tempat ini.
"Saya lihat, nyonya muda. Beda saat kemarin ya? Apa perasaan ku saja ya," batin Tata yang melihat majikannya duduk sendirian di pinggir ranjang miliknya. Tak biasanya sesedih apapun majikannya itu mungkin menunjukkan seperti ini.
"Apa ada yang ingin kamu ceritakan?" tanya Tata yang menghampiri majikannya yang sedang melamun.
"Aku tak apa," jawab Rembulan yang enggan untuk bercerita pada Tata, masalah ini tak bisa ia katakan begitu saja karena menyangkut aib nya sendiri.
.
.
.
Satu hari saat ia menenangkan hatinya, ia berjalan melewati kamar istri pertamanya dari suaminya itu sedang berbicara entah dengan siapa, tapi yang membuat Rembulan penasaran.
"Siapa ya? Di telponan dengan siapa. Kok serius banget," gumam Rembulan yang melangkah lebih dekat lagi, ia ingin melihat saat pintu itu terbuka sedikit.
"Kok gelagatnya mencurigakan ya," intip Rembulan dari celah pintu sedikit terbuka. Rembulan menempelkan telinga ingin memastikan bahwa tebakan salah.
"Iya sabar, aku sedang berusaha untuk meyakinkan jika Raditya mentandatangani surat-surat itu, sayang. Aku sedang berusaha, emang gampang ngibulin seorang Raditya itu." ucap Siska dari dalam kamarnya sedang berbicara lewat sambungan teleponnya entah dengan siapa?
Tapi, ia dapat mengira jika itu kekasih, dan Siska sudah mengkhianati suaminya sendiri.
"Gue gak bisa biarkan, Mas Adit dalam bahaya," ucap Rembulan dengan pelan setelah itu ia pergi dari kamar itu takut ketahuan oleh pemiliknya.
Dan sekarang Rembulan akan menarik simpati dari Tuan Raditya supaya jatuh cinta padanya.
.
.
.
Keesokan malamnya, Rembulan ingin memberanikan diri untuk masuk kedalam kamar pribadi milik suaminya itu, ia dengar pakaian begitu seksi agar tergoda saat melihatnya. Saat masuk kedalam kamarnya tak ada pemiliknya, Rembulan hanya mengedarkan pandangannya dari sudut ruangan kamar ini dengan ciri khas pemiliknya.
Ehemm...
Rembulan menoleh saat mendengar suara deheman dari arah belakang.Belum sempat Rembulan lari menghindari sosok pria yang menyebalkan baginya, Tuan Raditya mencekal pergelangan tangannya membuat Rembulan refleks menoleh ke arah tangannya.
Keduanya matanya saling bertemu dengan pandangan . berbeda membuat Tuan Raditya terkekeh melihat raut wajah istri kecilnya yang begitu menggemaskan di matanya.
Tanpa meminta persetujuan dari Rembulan, Tuan Raditya menarik tangan Rembulan dan mendekapnya begitu erat, Rembulan hanya menurut tanpa penolakan dari Tuan Raditya, ia yang belum tersadar dari keadaan ini membuat dirinya terdiam hanya menuruti apa yang dilakukan oleh Tuan Raditya padanya.
Beberapa menit kemudian, ia baru menyadarinya dan tanpa aba-aba pun ia memukul dada bidang Tuan Raditya yang begitu mempesona dengan bulu-bulu halus yang tumbuh di dada bidangnya.
Rasa kaget yang di rasakan oleh Tuan Raditya seketika melepaskan pelukan dari istri kecilnya. Ia yang begitu nyaman saat memeluk istrinya yang berbeda saat ini yang ia rasakan.
"Jangan macam-macam ya, aku bisa bela diri, jago karate, jangan coba-coba sentuh aku," ancam Rembulan sambil mengomel memarahi tuan Raditya yang hanya memandang dirinya.
"Apa lihat-lihat, mau aku colok matanya?" sambungnya lagi, ia yang ingin pergi dari ruangan ini pun di cegah lagi oleh Tuan Raditya membuat Rembulan kesal.
"Lepasin gak?" ucap Rembulan yang begitu marah. Ia ingin segera pergi dari ruangan terkutuk ini membuat bulu kuduk merinding dengan kejadian tadi membuatnya menjadi salah tingkah dan kesal.
"Enggak! Kamu yang duluan masuk dan menghampiriku," sahut Tuan Raditya yang terkekeh dengan kelakuan istri keduanya. Memang Rembulan memberanikan diri untuk masuk ke dalam kamar pribadi Tuan Raditya dengan alasan yang sudah ia rencanakan.
Langkah Tuan Raditya semakin dekat dengan Rembulan, ia yang gemetar karena ini adalah pengalaman pertamanya dekat dengan lawan jenis seperti ini. bau parfum yang di pakai oleh Tuan Raditya membuat Rembulan seketika berhasil terdiam dengan tatapan matanya yang meneduhkan.
Rembulan seketika tersadar, ia menyilangkan kedua tangannya saat menyadari tatapan mata Tuan Raditya tertuju pada lekuk tubuhnya dengan pakaian yang begitu tipis dan pendek yang ia gunakan.
"Jangan mendekat, atau--," ucap Rembulan yang ingin mengancam Tuan Raditya agar tidak melakukan lebih lanjut lagi terhadapnya walaupun itu halal baginya. Ia yang belum siap untuk menyerahkan mahkota yang ia jaga selama ini. Tuan Raditya memang berhak atas dirinya yang sudah halal untuk di sentuh, tapi Rembulan ingin melakukan atas dasar saling cinta.
"Atau apa?" tanya Tuan Raditya yang melangkah lagi, ia begitu penasaran dengan sosok istri keduanya yang begitu berani padanya.
"Aku teriak, dan semua orang pasti menolong ku," sahut Rembulan dengan alasan itu, idenya yang ingin menghindari sosok pria yang aneh ini yang ada di hadapannya.
"Teriak saja, semua penghuni di kediaman ku tidak akan ada yang menolong mu, bahkan mereka akan mendukung ku karena kamu adalah istri ku, mereka akan berpikir kalau kita lagi---," ucap Tuan Raditya yang menghentikan ucapannya.
"Stop, jangan di teruskan lagi, aku akan pergi ke kamar ku, aku tidak akan menggangu kamu lagi," ucap Rembulan yang memelas agar permintaan dapat di kabulkan oleh Tuan Raditya yang sekarang menjadi suaminya.
"Aku hitung sampai tiga, cepat pergi dari sini, jangan sampai terjadi sesuatu yang tak di inginkan," ancam Tuan Raditya.
"Satu, du--," belum Tuan Raditya melanjutkan ucapannya, Rembulan sudah berlari sekencang dari ruangan yang begitu mencengkram baginya. Ia merutuki kesalahannya sampai masuk ke dalam ruangan beruang kutub tersebut.
Tuan Raditya yang memandang istrinya yang lagi berlari menghindari dirinya hanya tersenyum, baru pertama saja membuat dirinya semakin penasaran dengan sosok istri keduanya itu.
.
.
.
.
Sesampainya di kamar nya, Rembulan merebahkan tubuhnya di atas ranjang, menyelimuti tubuh dengan selimut yang tebal menutupi tubuh dan wajahnya.
Ketukan pintu yang Rembulan dengar pun ia hiraukan, ia ingin melupakan kejadian tersebut yang begitu horor ia tinggal di kediaman ini.
Pelayan pribadinya pun masuk yang tidak dapat sahutan dari dalam membuat dirinya khawatir dengan keadaan majikannya.
"Ulah kamu tidak apa-apa?" tanya Tata yang begitu khawatir dengan majikannya yang sedang berselim menutupi seluruh tubuhnya.
"Jangan berisik, Ta. Tinggalkan aku, Ok." sahut Rembulan dari dalam selimut. Ia yang enggan bertatap muka dengan pelayan pribadinya.
"Memangnya kamu sudah dari mana, Ulan? Aku cari-cari tidak ada," tanya Tata yang heran dengan majikannya.
"Ini semua gara-gara kamu juga, Tata. Kamu kemana hah?" ketus Rembulan.
Tata yang tidak tahu yang di maksud majikannya hanya bisa mendengar ocehannya saja sambil menyodorkan minuman agar majikannya lebih tenang lagi.
Rembulan menggelengkan kepalanya beberapa kali agar ingatan tentang kejadian itu hilang dari pikirannya. Ia yang belum merasakan dekat dengan pria manapun membuat dirinya semakin penasaran dan marah karena pria itu seenaknya melakukan tanpa bertanya terlebih dahulu.
Tatapan mata Tuan Raditya begitu teduh membuat Rembulan terlena saat tatapan itu bertemu, ada rasa yang berbeda yang dirasakan Rembulan entah itu apa.
Rembulan bangun dari tidurnya, ia ingin membasuh wajahnya yang penuh dengan bayangan tadi. Pelayan pribadinya pun mengikuti langkah majikannya yang hendak masuk kedalam kamar mandi.
"Ulan, butuh sesuatu?" tanya Tata.
"Ambilkan aku minuman yang segar agar otakku juga segar," perintah Rembulan.
Tata mengangguk paham, dan meninggalkan majikannya yang lagi melangkah masuk ke dalam kamar mandi.
Setelah selesai membasuh mukanya, Rembulan merasa lebih segar dari yang tadi ia rasakan. Merebahkan tubuhnya di atas ranjang sambil memainkan ponselnya untuk menghilangkan kejenuhannya seorang diri didalam kamarnya.
Tak berselang lama, Tata datang membawa pesanan Rembulan. Ia menaruhnya di atas nakas yang sudah di perintahkan oleh Rembulan.
"Tata..," panggil Rembulan pada pelayan pribadinya yang hendak pergi dari ruangan ini.
"Iya, ada apa?" jawab Tata yang berbalik badan dan menghampiri majikannya.
"Tolong pijitin kaki aku, rasanya pegel semua," keluh Rembulan.
"Baik, Ulan. Tolong tengkurap ya biar saya bisa pijitin," perintah Tata agar Rembulan lebih leluasa saat dipijat nya.
Rembulan menurut, ia yang ingin segera merasakan pijitan pelayan yang begitu enak yang pernah ia rasakan kemarin.
Beberapa menit pijitan itu semakin aneh yang di rasakan oleh Rembulan membuat Rembulan menoleh kearah pelayan pribadinya itu.
.
.
.
.
.
.
.
AAaaa.... Ngapain kamu ada di kamar ku...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Niar Lampung
haaaa
2023-07-01
1
Pipit Amorita
😁😁😁😁🤭🤭 lanjut
2023-06-28
0
Bzaa
😉😆😆😆
2023-06-27
0