Part 02

"Jam berapa nih baru pulang? Masih ingat pulang kamu, hah," pekik Papah Hermawan yang menunggu putrinya dari sore hingga tengah malam baru pulang, ia yang baru tahu jika Rembulan keluar dari rumah setelah ia mengatakan hal itu, ia yang sudah kesal ingin segera menghukum putrinya yang selalu membantah.

"Papah," gumam Rembulan yang menatap kearah Papahnya dengan tatapan yang mematikan. Ia yang tak akan lolos dari hukuman yang akan sang Papah berikan.

"Dari mana?" tanya Papah Hermawan dengan suara tingginya, ia tak tahu jika dirinya sudah tak tahan dengan tingkah laku putrinya yang membuat ia geleng-geleng kepala.

"Main, Pah," jawab Rembulan dengan jujur, ia tak tahu jika sang Papah sudah murka dengan kelakuannya.

"Ini jam berapa?" tanya Papah Hermawan, ia ingin memberitahukan jika seorang gadis tak baik keluyuran sampai tengah malam.

"Jam 11:45, Pah. Papah kenapa tanya jam? Mau sholat malam ya," tanya Rembulan yang membuat Papah Hermawan tak kuat lagi dan ia pun menarik tangan putrinya untuk masuk kedalam dan memberi hukuman.

"Masuk," titah Papah Hermawan pada Rembulan yang tak mengerti harus masuk ke dalam kamar mandi.

"Ngapain, Pah. Rembulan gak kebelet pipis, Pah." tolak Rembulan yang seolah mengingat di masa lalunya saat ia masih kecil selalu di temani saat ia kebelet ingin pipis.

"Kamu gak boleh keluar dari sini belum Papah memerintahkan untuk keluar, paham." jelas Papah Hermawan yang memberi hukuman pada Rembulan untuk masuk ke dalam kamar mandi yang ada di belakang tempat para pembantunya itu.

"Takut, Pah. Rembulan juga ngantuk," rengek Rembulan, ia yang takut pada kegelapan di tambah lagi di ruangan yang membuat dirinya semakin takut.

"Ini hukuman mu, Ulan. Agar kamu tak mengulangi perbuatan mu lagi," jelas Papah Hermawan yang meninggal putrinya di dalam kamar mandi setelah ia kunci dari luar. Ini adalah satu-satunya cara agar Rembulan kapok dan tak mengulangi perbuatannya lagi.

"Pah..., bukain, Ulan takut, Pah. Ulan janji tak akan mengulangi itu lagi," ucap Rembulan yang semakin takut di dalam kamar mandi yang tak luas itu.

Berkali-kali Rembulan berteriak meminta ampun dan tak akan mengulangi perbuatannya lagi, ia yang seolah hanya ingin menenangkan hatinya saat tadi pagi sang Papah memintanya untuk menikah dengan seorang pria yang tak pernah ia kenal.

Tangisan Rembulan yang terdengar begitu lirih, ia yang takut dengan kegelapan di tambah dengan ruangan yang tak terlalu luas.

"Pah, iya, Ulan mau nikah dengan pria itu asal keluarkan Ulan dari sini, Pah. Ulan takut, Pah," ucap Rembulan dengan Isak tangisnya, ia yang pasrah dengan apa yang orang tuanya lakukan.

"Yang benar?" tanya Papah Hermawan yang ingin memastikan jika perkataan dari putrinya benar jika dirinya mau menerima perjodohan itu.

Tidak ada jawaban dari pertanyaan Papah Hermawan membuat seorang pria baya tersebut mengetuk pintu agar putrinya menyahut dari dalam.

"Ulan, Ulan, Ulan." panggil Papah Hermawan sampai tiga kali.

Bukan jawaban yang Papah Hermawan dengar tapi tangis Rembulan sangat memilukan, ia seolah sudah tak kuat berada di dalam kamar mandi.

"Jawab dulu apa kamu mau menikah dengan anak teman Papah,?" tanya Papah Hermawan yang ingin memastikan untuk kedua kalinya.

"Iya, Pah. Ulan mau asal buka dulu pintunya," teriak Rembulan yang sudah melemah ia yang takut sendirian di dalam ruangan yang gelap dan sempit tersebut.

"Ok, Papah buka ya, tapi kamu harus menepati janji jika kamu sudah menerima perjodohan itu," ucap Papah Hermawan yang senang karena putrinya itu mau menerima perjodohan itu dengan cara seperti ini.

Cek lek.

"Ayo masuk dan ganti pakaian mu," titah Papah Hermawan yang tersenyum sambil memapah putrinya yang lagi ketakutan dengan getaran tubuh merasa takut.

"Masuk lah dan tidurlah," titah Papah Hermawan yang memapah putrinya itu sampai depan kamarnya setelah itu berlalu meninggalkan putrinya yang sudah masuk kedalam kamarnya.

Di dalam kamar Rembulan merebahkan tubuhnya yang masih merasakan getaran rasa takutnya, sang Papah seolah tahu kelemahan putrinya itu.

"Berasa anak tiri gue kalau gini caranya," gurutu Rembulan yang masih lemes. Sang Papah begitu tak main-main dengan hukuman yang satu ini.

Ceklek..

"Ulan minum dulu ya, jangan selalu membantah perkataan Papah mu, Ulan. Ini demi kebaikan mu, tak ada orang tua yang ingin menjerumuskan anak pada pria yang tak baik, Papah sudah berteman dengan pak Haris Bagaskara dan begitu dengan putranya. Jadi jangan pernah kecewakan kami ya, sayang." pinta Mamah Tika, ia tak bisa berbuat apa-apa kecuali mendoakan dan meyakinkan pada putrinya yang kami ambil saat ini pada Rembulan sudah tepat.

"Kamu akan tahu mengapa Papah selalu kekeh ingin menikahkan kamu dengan putra dari temannya Papah itu," ucap lembut sambil memeluk putrinya untuk ia beri pengertian agar Rembulan bisa menerima semuanya.

"Tapi Ulan masih muda, Mah. Tak tahu dengan pria itu," balas Rembulan yang begitu hangat dalam pelukan wanita yang tak bersayap itu selalu meneduhkan dirinya walaupun ia suka cari gara-gara.

"Sekarang kamu tidur ya, ingat pesan Mamah. Jadilah istri yang baik setelah kamu sudah sah menjadi istrinya dan Mamah pinta jangan pernah mengecewakan kamu ya," pesan Mamah seolah ada sesuatu dari perjodohan ini, Rembulan yang di buat bingung dan ingin tahu alasan yang masuk akal atas perjodohan ini.

Setelah berlalunya sang Mamah, Rembulan pun merebahkan tubuhnya selesai mengganti pakaian dengan baju tidurnya dan mengingat lagi pesan sang Mamah yang begitu mendukung jika dirinya harus menikah dengan pria yang tak tahu muka itu.

"Semoga saja bukan pria tua yang ingin menikah dengan bocah seperti ku, aku takut, takut seperti yang di ceritakan oleh Sifa," gumam Rembulan yang masih terbayang dan mengingatnya saat Sifa menceritakan tentang seorang tetangganya yang kini hamil muda dan suaminya tak pulang. Entah nasib seperti apa yang akan Rembulan dapatkan dari perjodohan ini. Ia bahagia kah, atau sebaiknya. Rembulan pun yang berpikir keras hanya menggelengkan kepalanya dan memukul kepalanya itu.

"Bisa-bisa pecah ini kepala mikir terlalu banyak, mending gue tidur lah," ucapnya lagi yang sudah tenang setelah datangnya sang Mamah. Ingin sekali tidur di temani oleh Mamahnya tapi itu semua tak mungkin di tambah Papahnya begitu galak.

Setelah menemui putrinya dan menenangkan ketakutan pada kegelapan, ia yang telah melahirkan dan membesarkan Rembulan sudah tahu karakter dan kepribadian putrinya itu terutama yang takut pada kegelapan.

Pah apa sebaiknya kita putuskan saja perjodohan ini, Mamah gak tega melihatnya, Pah. Rembulan terlalu muda," ucap Mamah Tika yang membujuk sang suami agar membatalkan perjanjian yang lama dengan temannya itu dalam perjodohan anak-anaknya.

"Gak bisa kayanya gitu, Mah. Janji harus janji dan kita harus menempati sebuah janji itu," tolak Papah Hermawan yang masih kekeh dengan yang di lakukannya. Ia pun merasa tak tega melihat raut jawab putrinya itu terlihat sedih tapi semua sudah terlanjur dalam perjanjian itu.

Perdebatan antara suami istri tersebut tak memiliki jalan keluar satu-satunya adalah hanya itu tetap dengan perjodohan.

.

.

.

"Ulan, bangun sayang. Ayo siap-siap kita akan pergi menemui calon mertua mu untuk melanjutkan perjodohan ini dan pak Haris Bagaskara ingin melihat mantunya yang cantik ini," titah Mamah Tika sambil menggoda putrinya, sang suami sudah berbicara dan kelanjutannya akan di bahas pagi ini setelah sarapan.

"Ulan masih ngantuk, Mah. Sebentar lagi ya," nego Rembulan pada Mamahnya, ia sedari malam tak bisa tidur di tambah bayangan jika dirinya seperti tetangga yang di ceritakan oleh Sifa.

"Tidak bisa, Ulan. Ayo siap-siap," tolak Mamah Tika yang menarik putrinya agar cepat bangun dan bergegas ke kamar mandi.

"Mah," panggil Rembulan dengan suara serak had bangun tidur. Ia akan menanyakan tentang alasan yang tepat yang kekeh Papahnya ingin menikahkan putrinya.

"Apa?" tanya Mamah Tika yang mengurungkan niatnya untuk keluar.

"Apa alasan kalian kekeh dengan perjodohan ini beri Rembulan keyakinan atas semuanya baru Ulan mau dengan perjodohan ini." desak Rembulan yang ingin tahu alasannya.

Belum sempat Mamah Tika menjelaskan untuk memberitahukan tentang masa lalunya saat ia dan suami terpuruk dalam keadaan ekonomi yang sulit.

"Papah sudah punya janji jika perusahaan Papah berhasil berkembang dari bantuan teman Papah itu, Papah menawarkan satu permintaan padanya untuk Papah kabul kan. Dan teman Papah hanya ingin meminta anaknya menikah dengan salah satu putri Papah." jelas Papah Hermawan yang menjelaskan semua tentang perjodohan yang begitu bodoh saat temannya itu meminta salah satu putri menjadi istri dari putranya. Dan lebih kagetnya jika anak dari Pak itu meminta hanya ingin Rembulan yang jadi istrinya.

Kaget.

Tentu, ia akan menyerahkan putri sulungnya pada putra dari Haris nyatanya di tolak hanya menginginkan putri kedua yang tak lain adalah Rembulan.

"Kenapa gak kak Maya saja, Pah." sahut Rembulan yang ingin tahu kenapa tak kak Maya saja yang menjadi

"Mereka hanya ingin kamu, sayang. Jadi mengerti lah dengan posisi Papah sekarang ya," pinta sang Papah dengan raut sedihnya. Pak Hermawan tak ada raut wajah galak, tegas, dan dingin. Ia memelas pada putrinya agar Rembulan mau menerima semuanya.

"Baik lah, Ulan mau," ucap Rembulan yang sudah mengambil keputusan untuk perjodohan ini, ia tak tega melihat sang Papah yang meminta dengan cara seperti ini.

"Terimakasih, sayang. Papah begitu sayang sama kamu," jawab Papah Hermawan begitu senang dengan keputusan yang putrinya ambil walaupun di hatinya ada rasa sedih luar biasa harus menyerahkan putri kedua yang masih muda harus membina rumah tangga yang belum saatnya.

Semua bersiap-siap untuk pergi menemui calon besannya yang sudah memberitahukan tempat dimana pertemuan antara kedua keluarga ingin membahas kelanjutan tentang perjodohan itu.

.

.

.

Setelah sampai di tempat tujuan, ketiganya di persilahkan masuk oleh pelayan resto tersebut yang sudah di boxing oleh keluarga kaya raya yang tak lain adalah Haris Bagaskara.

"Mari, Tuan, dan nyonya. Tuan Haris sudah menunggunya di dalam, mari saya antar," ucap seorang pelayan yang di tugaskan untuk menyambut kedatangan keluarga yang sudah sedari tadi di tunggu.

Papah Hermawan beserta istri dan anaknya mengikuti langkah pelayan itu menuju ruang privat yang sudah di sediakan oleh resto tersebut. Rembulan yang malas hanya mengikuti saja. Ia yang tak tahu dengan pria itu dan nama saja ia tak mengetahuinya.

.

.

.

.

.

.

Entah kesalahan apa yang aku lakukan hingga Tuhan dengan cepat memberikan yang ia tak di duga dengan cepatnya. Apa ini yang di namakan JODOH...

Terpopuler

Comments

NpScr EH

NpScr EH

gila sih ini, niat nenangin pikiran ortu bukannya ngomong baik² malah dihukum kyak gini meskipun pulang malam

2023-11-21

0

ayu nuraini maulina

ayu nuraini maulina

dah tau ank nya takut kegelapan masih aja d kunci, sama aja menyiksa ank ank sndr

2023-07-12

0

Niar Lampung

Niar Lampung

semgt

2023-07-01

1

lihat semua
Episodes
1 Part 01
2 Part 02
3 Prat 03
4 Part 04
5 Part 05
6 part 06
7 Part 07
8 part 08
9 Part 09
10 part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 Part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Part 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 Part 47
48 Part 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Part 51
52 Part 52
53 Part 53
54 Part 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Part 57
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 Part 61
62 Part 62
63 Part 63
64 Part 64
65 Part 65
66 Part 66
67 Part 67
68 Part 68
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92
93 Part 93
94 Part 94
95 Part 95
96 Part 96
97 Part 97
98 Part 98
99 Part 99
100 Part 100
101 Part 101
102 Part 102
103 Part 103
104 Part 104
105 Part 105
106 Part 106
107 Part 107
108 Part 108
109 Part 109
110 Part 110
111 Part 111
112 Part 112
113 Part 113
114 Part 114
115 Part 115
116 Part 116
117 Part 117
118 Part 118
119 Part 119
120 Part 120
121 Part 121
122 Part 122
Episodes

Updated 122 Episodes

1
Part 01
2
Part 02
3
Prat 03
4
Part 04
5
Part 05
6
part 06
7
Part 07
8
part 08
9
Part 09
10
part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
Part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Part 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
Part 47
48
Part 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Part 51
52
Part 52
53
Part 53
54
Part 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Part 57
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
Part 61
62
Part 62
63
Part 63
64
Part 64
65
Part 65
66
Part 66
67
Part 67
68
Part 68
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92
93
Part 93
94
Part 94
95
Part 95
96
Part 96
97
Part 97
98
Part 98
99
Part 99
100
Part 100
101
Part 101
102
Part 102
103
Part 103
104
Part 104
105
Part 105
106
Part 106
107
Part 107
108
Part 108
109
Part 109
110
Part 110
111
Part 111
112
Part 112
113
Part 113
114
Part 114
115
Part 115
116
Part 116
117
Part 117
118
Part 118
119
Part 119
120
Part 120
121
Part 121
122
Part 122

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!