HEART OF THE MAFIA
“Kita akan berjumpa lagi di mana nanti aku akan melihatmu memakai gaun pengantin nan indah seperti ratu.”
“Kamu ratu hidupku yang sesungguhnya, Alea Anjanie. You’re The Queen of Mafia The Black Rose.”
“Mrs Colliettie, aku akan menunggumu tepat di depan penghulu.”
Lamaran yang terdengar dan terkesan menyeramkan yang disertai ancaman frontal yang diutarakan oleh Evans Colliettie di hari pertarungan itu, bagi Alea terasa fatamorgana.
Kata yang diucapkan oleh seorang pria kejam baik barisan bait lagu yang terdengar indah diutarakan. Alea tidak berpikir sejauh itu kalau sosok mafia kejam seperti Evans Colliettie mengungkapkan keinginannya.
Degupan jantung Alea semakin menggila, kedua pandangannya menatap pantulan dirinya di depan cermin.
Gaun pengantin berwarna putih tulang itu membalut tubuhnya, betapa cantiknya seorang pelayan pribadi seperti Alea Anjanie di persunting oleh seorang Mafia kejam terkenal seantero Italia itu.
“Aku tidak menginginkan gelar yang diperebutkan oleh mereka dan semua ini pun bukan keinginanku, sekalipun aku akui kalau hatiku telah berganti nama,” kata Alea pada dirinya sendiri tak lepas menatap pantulan dirinya di depan cermin.
“Aku bukan pemenangnya, karena aku tidak berkompetisi mendapatkan hati pria itu,” kata Alea lagi.
Alea menghembuskan nafasnya sejenak seraya memejamkan kedua matanya, suara lembut itu masih terngiang di telinga.
“Aku. Evans Colliettie, The Black Rose dari Napoli—Italia. Ingin mengikat janji suci sekaligus menawarkan kesetiaan padamu sampai mati, Alea Anjanie.”
Alea menarik nafas panjang, perkataan Evans seolah terdengar suara rintihan hati seorang pria kesepian yang telah menemukan secuil kehangatan.
“Penyerahan total seluruh eksistensi hidupku padamu!"
“Semua ini terasa mimpi,” kata Alea dalam hati seraya membuka kedua matanya.
Dipandangi lagi penampilannya yang terlihat seperti ratu. Queen of The Black Rose.
Hari ini di beberapa jam kedepan, dia akan dipersunting oleh Evans.
“Aku akan menikah dengan iblis itu. Ya, sekalipun lamarannya begitu memaksa dan juga menyeramkan,” kata Alea tak henti berucap pada dirinya sendiri.
Siapa yang tidak menyangka bukan kalau dia akan menikah dengan iblis menyedihkan seperti Evans?
Semua orang pun tidak akan menyangka akan hal ini termasuk Alea sendiri yang masih tidak percaya.
Seseorang pun masuk ke dalam ruangan Alea, baru saja masuk. Orang itu menghentikan langkahnya dengan mata yang membola dan terbelalak.
Dia lekas kembali berjalan dan mendekati sosok wanita cantik yang tengah berdiri di depan cermin.
“Ya Tuhan. Kamu cantik sekali.”
Alea berikan senyuman lembut sekalipun dia tidak melihat seseorang yang telah memujinya.
Dari Alea berdiri, tak nampak seseorang tersebut.
“Aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat kalau itu adalah kamu,” katanya lagi.
Alea yang tersenyum bahagia pun mendadak layu, suara itu…
Alea mengenalnya. “Tapi, aku bahagia karena bisa melihatmu pada akhirnya menikah dan berbahagia dengan pasanganmu,” ucapnya lagi.
“Suara ini tidak asing lagi,” gumam Alea dalam hati.
Suara familiar itu membuat bola mata Alea basah. Degan dada yang naik turun seiring Alea bernafas cepat.
Akhirnya, Alea memberanikan diri untuk menoleh ke belakang untuk melihat siapa orang tersebut. Dari suaranya jelas kalau itu adalah suara wanita.
“Kamu—” Bibir Alea bergetar, kedua matanya basah sudah.
“Ya, ini aku, Alea.”
Alea setengah berlari untuk menghampiri wanita cantik di depannya. Dipeluknya erat penuh kerinduan.
“Aku merindukanmu, Jessie.”
Alea terisak. Air matanya tak berhenti berjatuhan seolah kerinduan enam bulan ini tumpah sudah. Alea bertemu kembali sahabatnya.
“Me too, Alea,” balas Jessie mengeratkan pelukan sahabat tercintanya.
Beberapa detik kemudian, Alea mengurai pelukannya.
Dia menyeka air matanya perlahan yang berjatuhan di pipinya.
“Kenapa kamu bisa berada di sini, Jess?”
Ada kebingungan akan kedatangan sahabatnya yang mendadak seperti ini, seolah kejutan tersendiri yang mungkin sudah dipersiapkan oleh pria itu.
Meski Alea sangat senang dengan kedatangan Jessie, tetapi ada pertanyaan tersendiri pada calon suaminya itu.
‘Apa Evans tengah bermurah hati padaku, mengizinkan sahabatku untuk menyaksikan hari bahagiaku ini?’
Banyak sekali pertanyaan yang ingin Alea sampaikan pada Evans, bila bertemu nanti Alea pun ingin mengucapkan terima kasih.
‘Apa dia pun mengundang semua teman-temanku di pesta pernikahan kita?’ batin Alea seraya menatap Jessie yang sama menatapnya dengan tatapan bingung.
‘Kalau benar begitu. Apa keluargaku juga ada di sini termasuk Jeon?’ tanya Alea lagi di dalam hati.
Alea menggenggam erat kedua tangan Jessie.
“Apa Evans mengundangmu, Jes?” tanya Alea, antusias.
Jessie menaikan satu alisnya. “Jeon juga ada di sini kan, Jess?”
Alea menatap lurus ke depan untuk mencari Jeon.
“Kenapa dia tidak datang ke ruangan ini dan bertemu denganku?
“Apa dia tidak merindukanku?” tanya Alea masih mencari sosok pria tinggi yang dirindukan.
“Aku merindukan Jeon, Jess.”
Tidak ada Jeon di belakang Jessie, yang nampak hanya ada dua penjaga bertubuh besar yang berdiri di ambang pintu begitu juga ada sosok wanita yang berdiri tidak jauh darinya.
“Evans?” ulang Jessie bertanya.
“Ya.”
Kening Jessie mengernyit dalam.
“Siapa Evans, Al?”
Alea kembali saling berhadapan dengan sahabatnya yang menatapnya penuh tanya begitu juga Jessie pun sama.
“Apa kamu nggak kenal dengan Evans?”
Jessie menggeleng, tidak. “Kalau aku kenal, tidak mungkin aku bertanya padamu, Al?”
Alea menghembuskan nafas pelan. Ini, aneh.
“Terus kamu tahu dari siapa aku ada disini?”
“Aku diundang oleh kekasihku. Dia memintaku untuk bertemu lebih dulu dengan adiknya yang akan menikah hari ini.
"Tapi, aku tidak menyangka kalau adiknya itu adalah kamu—”
Bibir Alea menganga. “Adik kekasihmu? Siapa?”
Jessie menarik nafas sejenak.
“Panggilannya, Al. Alfrendo.”
“Alfrendo?” ulang Alea, Jessie pun mengangguk pelan.
Alea mencoba mengingat nama asing itu. Apa Evans punya saudaranya bernama Alfredo?
Tak lama, ketika Alea dan Jessie sama-sama diam dengan pikirannya masing-masing.
Seseorang masuk ke dalam ruangan di mana Alea dan Jessie berada.
Betapa terkejutnya ketika Alea melihat seseorang yang mengayunkan langkahnya menuju kemana dia berdiri.
Seseorang itu tersenyum dengan balutan tuxedo. Wajahnya begitu tampan.
Namun, yang jadi pertanyaan Alea di sini. Kenapa pria itu berada di sini?
“Hai, Bee…”
“Ka-kamu?” gumam Alea, pelan.
hh—ini apa lagi. Alea benar-benar dibingungkan dengan situasi ini.
Datangnya Jessie dan juga pria itu dalam waktu yang bersama tentunya membuat Alea bertanya-tanya.
Bukan dia tidak senang bisa bertemu lagi dengan sahabatnya, tentunya Alea senang.
Tapi, ini. Di mana?
Alea merasa asing ketika tidak adanya orang yang selama enam bulan ini dia kenal.
Alea seolah berada di alam mimpi ketika bertemu dengan dua orang tersebut.
Pria itu meraih tangan Alea untuk di genggam dan membawa Alea ke dalam gendongan.
Dia berjalan menuju salah satu sofa panjang yang terdapat di dalam ruangan tersebut.
“Kenapa kamu melihatku begitu, hmm? Apa aku seperti hantu yang datang mengejutkanmu, Bee?” tanyanya seraya mendudukan Alea diatas pangkuannya di sofa panjang tersebut.
Alea menarik nafas pelan, lalu menatap pria itu dengan seksama.
“Kamu masih hidup?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Ci_Osyih Aenta
aku mampir kak, bab awal yg penu teka teki. Lalu kemana Evan?
2023-02-14
0
D'
hadir,
baru baca detailnya kok hatiku yang sakit yah.
menghamili wanita lain????
apa ini...serasa jadi istri pertama yang mendengar suami berselingkuh.
ini gak bener, othor menghalu nih.apa alasannya????
gak terima Alea dibikin hatinya bagai rollercoaster kapan bahagianya.othor tanggung jawab.
2023-02-04
0
Aini Uzumaky Giuventciny
ini gmna ya??aku nanya? bukan hnya alea yg bertnya2 aku pun yg baca bertnya2 ,
2023-02-01
0