Surprise!

“Let’s play, my wife,” ucap Evans diiringi kerlingan mata.

Sontak perkataan itu membuat bola mata Alea kembali membulat lebar diiringi mulut yang menganga.

Sudah tegang-tegang dibawa paksa ke dalam kamar dan kini tatapan Evans yang menggoda membuat tubuh Alea semakin tegang.

“Ma-mak-sud-mu a-apa, Ev?” tanya Alea terbata.

Dia bangun dari duduknya dan berdiri di depan cermin dengan kedua tangan yang bergemetar.

Bohong kalau Alea tidak tahu maksud perkataan Evans. Jelas, dia pun paham karena dia bukan wanita polos-polos amat.

Sekali lagi bukan Alea tidak menginginkan hal itu. Namun, lebih tepatnya kenapa harus secepat ini bukan?

‘Ya Tuhan. Kenapa sang devil itu tidak bisa sabar? Belum satu jam aku dan dia sah menjadi suami istri. Evans sudah minta jatah!” batin Alea.

Evans pun ikut bangun dan menghampiri sang istri yang tengah berdiri di depan cermin.

Kedua tangannya dengan lembut mengusap punggung Alea sembari melepaskan satu persatu kancing yang terdapat di gaun pengantinnya.

“Maksudku, kamu pun sudah tahu bukan? Atau perlu aku perjelas sayang?” bisik Evans dengan sensual seraya mengecup kulit lembut punggung sang istri.

Dihirupnya wangi tubuh Alea, aroma yang kuat dan ciri khas yang dulu pernah sudah menjadi candunya.

“Apa tegang, hmm?” bisiknya lagi.

“Jelas aku tegang, Ev,” jawab Alea pelan.

Evans tersenyum gemas melihat tingkah sang istri dari yang terlihat gugup yang nampak dari pantulan cermin.

 “Haah—Ev…” seru Alea, terkejut.

Evans tiba-tiba menggendongnya. Meski penuh hati-hati dan juga kelembutan tetap saja tidak bisa meredakan degupan jantungnya yang terus berdetak cepat.

Dibaringkan tubuh kecil Alea di atas tempat tidurnya, sontak keberadaanya saat ini membuat Alea semakin tegang dan tak lepas menatap sang suami.

“Kamu kalau tegang gini semakin buat aku gemas, Lea.”

Evans menundukan wajahnya tepat di depan Alea lalu berbisik.

“Aku semakin ingin menerkammu detik ini juga.”

Evans tertawa pelan seraya senang menggoda sang istri yang terlihat jantungan dan tegang dibuatnya.

Alea menelan salivanya dalam-dalam, manik matanya tak lepas terus menatap sang suami.

“Rileks, sayang. Jangan tegang gitu. Aku tidak akan melukaimu,” bisik Evans.

“Ini masih siang. Malam pertama yang kamu inginkan masih beberapa jam lagi, Ev.”

Kening Evans berkerut. “Apa bedanya, hmm? Bukannya sekarang aku resmi menjadi suamimu?

“Aku halal bukan melakukannya dengan istriku sendiri, hmm?”

Ah, itu benar sekali. Evans berhak dan halal tentunya meminta padanya.

Tetapi, yang benar saja. Ini masih jam 11 siang dan semua orang pun masih berada di dalam mansionnya?

Hh—Evans memang keterlaluan. “Tapi, nggak enak panas-panas, Ev.

“Bagaimana kalau nanti malam saja?” Alea mencoba menego pada Evans.

“Kita kembali ke gedung itu dan menyambut para tamu undangan.

“Nggak enak meninggalkan tamu undangan, Ev. Apa boleh ditunda dulu urusan ini sejenak?” bujuk Alea, semoga saja Evans mau mendengarkannya.

“Ac ruangan ini sudah on dan sudah terasa dingin lagi juga sayang.”

Evans kembali mendekatkan wajahnya dan kembali berbisik. “Milikku pun sudah turn on. Masa iya mau di tunda lagi, hmm?”

Alea menelan salivanya, ternyata bujukannya tidak berhasil.

“Apa kamu mau berkenalan dulu dengan pussaka kebangganku?” goda Evans.

Sontak bola mata indah sapphire itu kembali membulat. Anehnya, sejak kapan Evans sebegitu frontal dan terdengar messum?

Dan untuk apa juga Evans harus mengenalikan puska kebangganya padanya?

Yang ada Alea jadi semakin takut. Oh—astaga. Pria itu sukses membuatnya serangan jantung.

“Tidak, usah,” jawab Alea cepat diiringi gelengan.

Apa Alea tidak akan syok ketika nanti berkelan dengan pusaka kebangganya Evans?

“Ev—bisakah ka—”

Evans langsung membungkam bibir seksi sang istri yang banyak membujuknya untuk tidak melakukan keinginannya ini.

Sontak dengan reflex kedua tangan Alea langsung menutupi bagian dadanya membuat Evans yang sadar langsung mengeryit akan sesuatu yang menghalangi tubuhnya.

“Kulitmu begitu mulus dan dadamu begitu indah istriku,” gumam Evans setelah melepaskan ciumannya dan membuka kedua tangan Alea yang tadi menghalanginya.

“A-apa ki-kita bi-bisa menundanya?” tanya Alea, terbata-bata.

Tentu jawabanya tidak!

Tapi, Evans tidak menjawab pertanyaan sang istri karena dia lebih suka membungkam bibir sang istri dari pada harus menjawab.

“Hnnng…”

lea melepaskan ciumannya untuk menarik nafas sejenak. Evans tidak mengizinkannya barang sedetik pun untuk menarik nafasnya. Pria itu benar-benar gila bukan?

“Epphmm…Ev…”

Lidah Evans kembali menyusup dengan mudah ke mulut Alea menjelajah dengan bebas di dalam mulut sang istri tanpa bisa Alea cegah lagi.

Tubuh Alea panas dingin seketika, saat kedua tangan Evans ramah—rajin menjamaah ke area-area sensitifnya, sementara bibirnya kembali melahap bibir Alea dengan gemas.

Evans melepaskan kedua tangannya yang bermain, satu tangannya menyusup ke belakang leher Alea dan satu tangannya yang lain menyusup ke balik gaun pengantin.

Nafas Alea lolos karena Evans berhasil melepaskan kaitan branya. Dia benar-benar tidak bisa berpikir lagi sekarang ini untuk membujuk Evans. Dia sudah kalah karena Evans menyerangnya terlalu tiba-tiba dan juga terlalu—mulus.

“Hngg…”

Alea melenguhhh entah karena ciuman Evans di lehernya atau karena tangan yang lain  bergerak bebas di dalam bajunya.

Evans kembali naik ke atas, mencium lagi bibir sang istri yang sempat ia tinggalkan. Ia pun berikan kecupan berkali-kali di atas bibir Alea sampai wanita itu merasa rileks.

Bagi Evans, bibir sang istri membuat Evans terus ketagihan. Inilah bibir manis yang selama ini dia rindukan dalam diam.

Alea adalah pemiliknya, ciuman pertamanya pun hanya untuk wanita yang tak henti meracau merdu di bawahnya.

Evans mengecupi Area tubuh yang lainya. Leher dan berlanjut ke puncak dadanya. Evans menyesap dan menggigit pelan. Lagi, lagi suara merdu itu membuat Evans puas karena istrinya menikmatinya dengan kedua mata yang meredup seraya menatapnya.

Kenyang berada di dua buah melon sang istri, Evans pun memanjakan kulit perut dan pusar sehingga Alea menggeliat-geliat menahan geli. Tangan Evans terulur ke bawah. Dua paha mulus Alea terlihat menantang untuk dikecup dan Evans tak ingin melewatkannya.

“Ev—Ahh….” Rengek Alea. Ketika lelaki itu menyelipkan jari ke balik kain penutup lembah Alea dan mulai mengusapnya perlahan. Gaun pengantin yang tadi menempel pun kini lenyap. Evans membuangnya ke sembarang tempat.

Evans melepaskan kain terakhir yang menutupi segitiganya lalu merenggangkan kedua kakinya.

Alea menggigit bibirnya dan menopang tubuhnya dengan siku. Dia ingin apa yang dilakukan pria itu di bawahnya menunggunya dengan perasaan berdebar apa yang akan terjadi selanjutnya.

Ternyata… rasanya sulit dibayangkan. Kenikmatan yang tak pernah Alea alami sebelumnya saat bibir seksi itu bermain di lembahnya.

Ketika tubuh Alea sudah mengejang dan dia mencapai awang-awang, Evans berdiri dan melepaskan seluruh pakaiannya. Bahkan tanpa sungkan pria itu melepaskan celana boxernya di hadapannya.

Mata Alea terbelalak melihat pusaka yang dibangga-banggan sang suami. Alea menelan ludahnya seolah membayangkan benda tumpul yang besar nan panjang itu berada di dalamnya.

“Ya Tuhan. Sesak dan sakit rasanya,” gumam Alea dalah hati.

Evans tersenyum sebelum menarik dua kaki Alea untuk mendekat dan memposisikan sang adik tepat di depan lembah merah muda sang istri.

Dibukanya perlahan kedua paha sang istri, setelah posisi sang adik sudah sedikit menekan. Evans mengernyit heran. Ini tidak seperti apa yang Evans kira selama ini. Ia tergelincir saat merasa ada sesuatu yang menghalanginya.

Evans mencoba sekali lagi dan mendorong sang adik lebih kuat dan penuh upaya. Sayangnya, sia-sia. Adiknya kesulitan masuk ke dalam rumahnya.

Rumah yang selama ini dia rindukan dan dia jaga selama ini tak menyentuh Lea nya.

“Ahh! Sayang? Kamu—”

Evans menatap sang istri yang sedang memandangnya bertanya. Kenapa Evans cuman mampir di depan pintu saja?

“Kenapa berhenti, Ev?” tanya Evans memandangi sang suami.

Jujur, Alea sudah tidak sabar ingin merasakan sensasi itu dengan pria yang sudah menghalalinya. Pria yang Alea kini sayangi.

Tubuhnya mulai mendingin terkena udara yang keluar dari Ac. Sengaja Evans menurunkan suhunya karena dia berniat membuat tubuhnya dan tubuhnya Alea berkeringat.

“Susah masuk, Lea.”

Evans menatap sang istri dengan penuh tanya. “Are you still Virgin, sayang?” tanya Evans tak lepas menatap lekat wajah sang istri.

Setelah mencoba masuk berkali-kali, namun sang adik tidak berhasil masuk dan ini sungguh membuatnya malu.

Alea terdiam sesaat seraya menatap wajah Evans. “Aku tidak pernah tahu apa aku masih Virgin atau tidak setelah penculikan yang dilakukan William Burg. Selama ini—”

Evans menatap penuh bangga. Ya, ada kebanggan sendiri karena wanita berusia dua puluh empat tahun itu selama ini menjaga kesuciannya. “Aku tidak pernah sekalipun melakukan dengan siapapun sekalipun Mike Shander pun. Tidak, sama seka—"

Evans melumaat bibir candunya dengan penuh rasa bahagia. Bagi, Evans ini adalah sebuah surprise di hari pernikahannya mendapati wanita yang sering dianggap bodoh yang sudah dinikahinya. Ternyata  wanita ini benar-benar menjaga mahkotanya dan menjadikan dirinya lah yang pertama kali menyentuhnya.

Satu tangan Evans menautkan jemarinya dan satu tangan yang lainya melanjutkan usahanya di mana Alea menahan perut Evans.

“Hngg…” lirih Alea seraya menggigit bibir bawahnya.

“Rileks, sayang.”

Alea memejamkan matanya dan mencoba rileks. Tapi, tidak berhasil. Justru dia malah semakin tegang dan juga takut karena benda besar nan panjang di bawahnya.

Alea meremas erat sprei putihnya dengan kuat, sementara Evans kembali mengeratkan jemarinya dengan jemari sang istri.

“Jangan di gigit bibirnya, sayang. Nanti berdarah. Rileks lah dan jangan tegang.”

“Nggak, bisa, Ev,” jawab Alea parau. Dadanya naik turun dengan cepat. Salahnya dia terlalu ketakutan.

Evans menunduk. “Tahan, sayang.”

“Arghhhh!” jerit Alea yang diiringi air mata.

Sakit bukan main sampai Alea tidak bisa bersuara lagi. Evans mendorong lebih keras dan penuh tenaga untuk masuk ke dalam. Evans berhasil menerobos kewanitaanya

Evans menatap wajah sang istri, lalu ia berikan kecupan di bibir sang istri dan perlahan gigitan Alea di bawah bibirnya terlepas.

Evans pun membawa tangan sang istri untuk mengalung di lehernya, kemudian memeluk sang istri tanpa melepaskan ciuman pada bibirnya.

Alea mengeryit, dia mencoba untuk beradaptasi dengan rasa sakit yang mendera. Perlahan, Alea mulai rileks dan terbiasa. Evans pun kembali menakutkan jari-jarinya dengan Alea.

Kecupan-kecupannya masih berlanjt di sepanjang tubuh Alea yang bisa Evans jangkau.

Tak lama, setelah di rasa Alea bisa beradapatasi. Evans perlahan menggerakan pinggulnya sembari menatap wajah Alea.

Dia tidak mau menyakiti istrinya dan dia ingin istrinya sampai menikmati penyatuannya.

“Apa masih sakit?” tanya Evans pelan.

Alea menggeleng pelan karena rasa sakit itu kini berganti dengan sesuatu yang tak bisa Alea jelaskan. Evans tersenyum lalu memberikan kecupan dibibir sang istri dan kembali menggerakan pinggulnya dengan tempo cepat. Dru nafas keduanya saling memacu bersamaan. Tubuh keduanya melebur menjadi satu dengan peluh tak berhenti bercucuran membasahi keduanya.

Alea merintih, menahan rasa sakit pun kini hanya bisa mengeryit akibat sensasi nikmat yang melingkupinya.

“Ev….”

Panggilan itu lah yang tak henti terdengar di sepanjang menit yang bergulir berganti menjadi jam. Senyuman Alea merekah sambil menekan kedua telapak kakinya di lembutnya tempat tidur yang dimana lututnya tertekuk di setiap sisi sudutnya.

“Berteriaklah memanggil namaku, sayang. Yang kencang agar aku bisa mendengarnya,” ujarnya di sela geraaamannya.

Evans memiringkan kepalanya dan kembali pria itu menyesap lapisan kulit leher sang istri dengan bisikan lembut, “Kamu begitu seksi, istriku.”

Perasaan berdebar yang diberikan Evans tidak bisa Alea utarakan secara frontal. Hanya dalam hitungan detik setelah melepas gaun pengantinnya.

Evans memberikan perasaan terbakar di seluruh tubuhnya membuatnya memekik kencang disertai jambakan rambut yang Alea jadikan pegangan akibat rasa sakit yang semakin lama semakin membuatnya tidak memiliki kendali dirinya. Terlonjak seirama dengan gerakan Evans yang merengkuh tubuh kecilnya di balik badan besarnya yang kokoh.

Di antara lantunan merdu yang begitu saja keluar dari bibirnya, erangaaan yang keluar dari bibir suaminya menciptakan lonjakan emosi yang mempengaruhinya.

Bagaimana bisa pria yang biasanya bersikap dingin tanpa belas kasihan seperti Evans, mengeraaang begitu seksi karena dirinya. Tidak peduli hawa semakin panas di antara gesekan kedua kulit mereka. Peluh keringat kembali membasahi seluruh tubuhnya dan racauaan nakal dari bibirnya menggema tanpa bisa ditahan.

Sungguh, Evans sangat ahli membuat dirinya menggila bahkan menginginkan lebih dan lebih atas apa yang sedang dia lakukan.

Tidak tahu sudah berapa lama Evans membiarkan dirinya terombang ambing di telan gairah dengan tiba-tiba.

Pria itu menelusupkan tangan kekarnya di punggungnya Alea hingga menekuk ke atas, mencium bibirnya yang terbuka, menariknya berdiri dengan mudah dan memberikan perasaan terbakar yang lebih kuat dari sebelumnya. Alea harus memeluk leher Evans dengan kuat agar tidak terjatuh.

“Aahh—shitt!”

Evans mengumpat di sela erangaaannya. Tubuhnya terdorong ke bawah, hingga kali ini dialah yang berada di atas meski gerakan yang tercipta didominasi oleh Evans sendiri.

“Ev—"

“Tunggu sayang…”

Entah apa maksud Evans. Alea tidak terlalu memikirkan nya lebih jauh karena desakan dalam tubuhnya semakin besar.

Dalam sekali gerak, Alea terhempas ke samping dan Evans menjadi semakin liar tidak terkendali hingga tubuhnya terasa seperti tercabik-cabik di tengah kenikmatan.

Erangaaaann Evans yang lebih panjang dari sebelumnya, goresan kukunya di punggung pria itu dengan dekapanya yang semakin erat dan teriakan hebat Alea setelah menandakan permainan berakhir dengan sempurna.

“Dammn, you’re so hhot my Queen,” ucap Evans dengan nafas naik turun

Nafas Alea terdengar naik turun, sambil memejamkan mata.

“Aku butuh tidur, Ev,” balas Alea, membuat suaminya terkekeh.

"Tentu sayang, tidurlah di pelukanku. Aku akan menjagamu.”

‘Ya Tuhan, Evans begitu sangat lembut sejak awal permainan,’ batin Alea.

Evans membalikan posisinya untuk memandangi wajah cantik istrinya. Alea nampak kelelahan dan wanita itu mulai terlelap berada di atas tubuhnya.

Evans memeluk dengan overprotective. Seketika itu, Alea menyadari bahwa kali ini ia merasa berada di tempat teraman di dunia dan juga di tempat yang paling berbahaya.

Perasaan takutnya kini berbuah menjadi nyaman dan kembali Alea memeluk balik Evans dan terlelap dengan wajah tersenyum.

Inilah pertama kalinya di langit yang biru dan berubah menjadi senja. Sore ini, di tanggal 11 Juli Alea telah sempurna menjadi istri dari seorang Evans Colliettie—Mafia kejam seantero Italia.

 Yuk, kasih coment, like, hadiah dan iklan sekebonya. Hehehe...

Terpopuler

Comments

Adisty Septyariski

Adisty Septyariski

The Next ....
buat Evans makin cinta SM Lea Thor, jangan buat Alea ketakutan lagi

2023-02-05

0

Rusme Juthec

Rusme Juthec

yg alea minum obat perangsang
apa Evan tdk jd perawani alea thor

2023-02-05

3

mikhayla

mikhayla

next

2023-02-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!