Wedding or Funeral?

“Kamu masih hidup?”

Bukan menjawab namun Alea justru berbalik bertanya pada seorang pria yang tak lain, Mike Shander.

Lagi, lagi Alea merasa berada di alam mimpi. Bila ini bukan mimpi, berarti waktu itu—

Mike tertawa pelan sembari menatap sang pujaan.

“Kamu kenapa sih, Bee?”

Lagi lagi Mike menatap Alea, sekalipun sang kekasih begitu menggemaskan namun juga membingungkan.

“Jelas aku ini masih hidup, Bee. Buktinya, aku duduk di sini bersamamu dan juga memelukmu?

“Apa kamu masih tidak percaya dengan semua ini, hmm?” tanya Mike seraya menyesap aroma wangi yang dulu jadi candunya.

Namun, Alea bungkam. Wanita itu masih menerawang akan kedatangan Mike, entah ini kenyataan entah mimpi Alea tengah mencari jawaban ini.

Mike mengeratkan pelukannya dengan kepala yang bersandar di punggung Alea.

 “Maafkan kesalahan yang telah aku perbuat. Aku sudah mengkhianati kepercayaanmu dan juga cintamu.

“Jujur dalam hati yang paling dalam kalau aku sangat menyesali perbuatanku. Sudikah kamu memaafkanku?” tanya Mike seraya menengadahkan kepalanya untuk menatap sang kekasih yang hanya diam.

“Selama ini aku dihantui oleh perbuatanku yang sudah menyakitimu, Bee. Aku bersumpah aku tidak akan melakukan hal itu lagi.”

Alea menghela nafas pelan. Mike kembali mengeratkan pelukannya. “Apa kamu tahu, Be. Kalau aku sangat merindukanmu?”

Pandangan Mike kembali ke atas menatap Alea yang bungkam.

“Tapi, sepertinya kedatanganku ini membuatmu tidak senang.”

Alea menurunkan pandangannya, manik sapphire itu pun bertemu dengan bola mata abu-abu keemasan.

“Dari ekspresimu menatapku, kamu tidak suka dengan kedatanganku. Kamu masih marahkah padaku, Bee?”

Wajah Mike berubah sedih, Aleanya kita tidak seperti dulu lagi. kedatangannya kali ini ternyata tidak seperti yang dia harapkan.

Tetapi, Mike akan berusaha merubah semuanya, dia akan meminta ampun dan tidak akan melakukan kesalahan yang sama asal Aleanya tidak meninggalkannya.

Sementara Alea hanya diam tak lepas menatap Mike. Entahlah dia harus bagaimana dengan kedatangan pria di masa lalunya ini.

Ya, saat ini Mike adalah pria di masa lalunya dan masa sekarang hanya ada Ev—

Mike mengecup punggung Alea, membuat wanita itu tersentak dan kembali menatap Mike. Tatapan memuja seorang Mike Shander masih sama seperti dulu.

Tapi, saat ini apa dia harus senang bertemu lagi dengan Mike Shander setelah apa yang sudah terjadi?

Bila bukan karena perbuatan Mike, mungkin Alea tidak akan menderita hidup di The Kingdom Black Rose.

“Bee. Apa kamu nggak suka ketemu aku lagi?

“Apa kamu nggak rindu padaku?” tanya Mike, lagi. Dari nada bicaranya terdengar sedih.

Entah kenapa, Alea tidak tahu bagaimana dengan hati kali ini. Perasaannya campur aduk.

Enam bulan silam dia tak berjumpa dan terakhir kalinya Alea meninggalkan Mike Shander di Gudang tua itu, Gudang di mana dia di sekap oleh William kekasih Gina.

‘Seandainya dulu kamu lekas mencariku dan menemuiku di mansion Evans, mungkin ceritanya akan lain, Mike. Sekarang, kamu datang di saat yang tidak tepat,’ batin Alea.

Alea merasa hatinya kosong akan nama pria itu. Cintanya yang besar pada Mike pun, kini sudah, HILANG.

“Kamu kemana saja selama ini, Mike? Kenapa kamu tidak datang untuk menyelamatku?”

Alea mengalihkan pertanyaan Mike, karena bagi Alea pertanyaan itulah yang mewakili saat ini. Dia berharap besar dulu Mike akan menyelamatkanya dari mafia seperti Evans. Tapi, bila sekarang ini…

Tidak ada cinta lagi untuk pria itu.

Mike tersenyum gemas lalu mengecup pipi Alea. “Selama ini aku mencarimu.”

“Benarkah?” tanya Alea, tidak percaya.

Mike berikan anggukan pelan.  “Apa kamu tidak bisa melihatnya kalau buktinya aku berada di sini dan berhasil menemukanmu, hmm?”

Mike menurunkan pandangannya ke bawah menunjukkan gaun yang di kenaikan oleh Alea.

“Apa gaun yang kamu kenaikan tidak cukup sebagai jawaban kalau aku benar-benar telah menemukanmu, Bee?”

Pandangan Alea langsung turun kebawah seraya menarik nafas pelan.

Ya, saat ini dia memang memakai gaun pengantin yang cantik.

 Namun, yang ada di dalam pikiran Alea kalau dia akan menikah dengan Evans Colliettie bukan menikah dengan Mike Shander.

“Seperti janjiku padamu, kalau aku akan menikahimu di depan ayah angkat mu sebagai wali pernikahan kita ini, Bee. Aku sudah menyiapkan dengan sempurna pernikahan kita.”

Mike membangunkan Alea dari lamunannya.

“Aku sudah atur semuanya, Bee… beberapa menit lagi kita akan menikah,” kata Mike.

Hatinya seolah tak rela menikah dengan pria yang jelas-jelas sudah menghancurkan dan juga cintanya yang besar.

“Menikah?”

“Ya. Kita akan menikah!” Mike tersenyum, lagi lagi Alea menggemaskan di mata Mike.

“Kamu kenapa sih, Bee. Ekspresimu itu lo, terkejut gitu. Apa kamu nggak senang menikah denganku, Bee? Apa kamu masih marah sama aku karena si Gina itu?”

Alea diam, lalu menghembuskan nafas perlahan. “Apa kamu diam-diam sudah punya penggantiku?

“Atau kamu sudah tidak cinta sama aku lagi?” cecar Mike dengan mata yang menatap menyipit, curiga.

“Apa semua kesalahanku ini tidak bisa dimaafkan, Bee?”

Mike menatap sedih pada Alea. “Bukannya sebelum kejadian itu aku sudah berjanji padamu akan menikahimu?”

Semua perkataan Mike membuat kepala Alea berdenyut nyeri.

“Apa kamu keberatan menikah denganku, Bee?” tanya Mike, lagi dan lagi.

Si lawan bicara hanya diam seraya menghembuskan nafas berat. Entah kenapa kejadiannya malah berbuah seperti ini.

Apa setelah kejadian penyekapan itu, Mike Shander lah yang menyelamatkanya?

Yang jadi pertanyaan Alea kini, dimana pria itu? Di mana Evans berada?

Kenapa setelah Evans mengucapkan janji manisnya akan menikahinya pria itu tidak muncul di hadapannya.

Harusnya Evans di sini dan bukan Mike. Alea hanya ingin bersama dengan Evans.

Ya, dia akui kalau dia jatuh cinta pada Evans. Kapan, hatinya ada pria kejam itu. Alea belum tahu pastinya.

Selama ini dia munafik tidak pernah sadar akan perasaannya itu hanya untuk pria menyedihkan itu.

Kedua mata Alea tak lepas mencari keberadaan Evans dan lagi lagi pria itu tidak ada di ruangan di mana dia berada.

Genggaman tangan Mike membawanya pergi. Dia hanya bisa mengikuti pria itu yang entah akan membawanya kemana.

“Sudah waktunya kita menikah,” kata Mike seraya membuat gestur melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.

Bola mata Alea membulat seraya mengikuti langkah Mike tanpa menolak.

 “Mereka sudah menunggu kita, Bee.” Mike menoleh ke samping yang diiringi senyuman.

Lesung pipi Mike membuat pria itu terlihat tampan. Namun, tampan saja bagi Alea tidak cukup kalau pria itu ternyata sudah menghianati cintanya.

“Orang tua angkat mu, kakak angkat mu dan juga temanmu yang lain sudah berkumpul di hall,” kata Mike berjalan bersisian.

Gaun putih yang panjang, membuat langkah Mike melambat.

Alea menoleh sejenak ke samping, dia mencari sosok wanita yang tadi berdiri yang menyerupai Mika.

Bila benar wanita itu Mika, bolehkan Alea berbicara pada Mika dan menanyakan keberadaan Evans?

Bila boleh jujur, Alea tidak ingin menikah dengan Mike. Alea tidak mencintai Mike, hatinya kini ada pria lain.

Bola mata Alea membulat sempurna ketika menangkap sebuah gedung yang di sulap begitu cantik.

Banyak para tamu yang hadir mendatangi ruangan tersebut turut menyambutnya sekalipun Alea tidak mengenal semua para tamu yang datang.

 “Alea…”

Seorang pria memanggilnya diiringi lambaian tangan. Kedua pria yang berdiri bersisian itu tersenyum lebar, dia Jeon dan Yhang yang ikut tersenyum bahagia.

Kedua mata Alea basah ketika melihat kakak angkatnya yang terus melambaikan tangan. Keluarga Alea pun ada di sana, ikut berdiri menyambut kedatangannya.

Bila semua keluarga Alea datang begitu juga teman-teman Alea, lalu kenapa hatinya merasa tidak senang?

Alea mengangkat wajahnya menatap Mike sejenak.

“Dulu ini adalah impianku bersanding denganmu di pelaminan mendengarkan kamu mengucapkan ijab kabul di depan waliku. Tetapi, sekarang—” batin Alea seraya menarik nafas berat.

Pandangan Alea kembali beralih dan menatap lurus. Bibirnya pun kembali tertarik membentuk senyuman ketika bertemu dengan ayah angkatnya yang menunggunya.

Pria senja itu mengulurkan tangan, Alea pun menjabat dan menggenggamnya dengan senyuman kerinduan pada sang ayah.

“Ayah, bahagia akhirnya kamu menikah, Nak,” ucap sang ayah seraya mengecup kening sang putri.

Alea manggut-manggut pelan sembari menyusut air matanya yang berjatuhan.

Pria senja itu membawanya untuk duduk di samping Mike Shander yang telah siap begitu juga dengan penghulu dan satu pria yang Alea merasa asing.

Mike menjawab tangan pria muda itu yang entah bagaimana rupanya. Bukan sang ayah yang menjadi wali di pernikahanya, tetapi sosok pria yang sama sekali Alea tidak kenal.

 “Saya terima nikah dan kawinya Jeyaline Gracia De Carter bin Damian Alfredo De Carter dengan seperangkat seperangkat perhiasan dibayar tunai!” ucap Mike Shander dengan satu tarikan nafas.

Kedua mata Alea yang berembun, namun seketika Mike menyebutkan nama yang bukan namanya, dia langsung menoleh ke samping.

“Jeyaline?” gumam Alea.

Mike mendengar, pria itu hanya berikan senyuman lebar sebagai jawaban.

“Bagaimana para saksi. Apa sah?”

 “TIDAK!”

Alea menoleh ke belakang. Betapa terkejutnya dan juga bercampur bahagia ketika sosok yang di pertanyakan tadi kini datang dengan balutan tuxedo hitam.

Evans Colliettie datang dengan membawa senjata laras panjangnya.

Yang jadi pertanyaan Alea, apa acara pernikahannya akan berubah menjadi acara pemakaman?

Satu peluru besar yang keluar dari senjata laras panjang yang Evans bawa mampu membunuh semua orang di dalam gedung ini. Hh—tidak hanya itu, bahkan bisa meruntuhkan bangunan ini.

Mike bangun dari duduknya, satu tangannya sudah lebih dulu menghunuskan senjata ke depan, lebih tepatnya lagi pada pria yang berjalan dengan santai menghampirinya.

“PERNIKAHAN INI TIDAK SAH!” Kata Evans dengan, santai.

Garis wajahnya begitu tenang namun juga berbahaya.

“TIDAK ADA YANG BERHAK ATAS WANITAKU!” kata Evans,lagi.

Evans menarik nafas sejenak. “DIA—CALON ISTRIKU, MRS. COLLIETTIE!”

“Ck! ALEA ADALAH KEKASIHKU!”

Evans menarik sudut bibirnya ke samping dengan tatapan nyalang.

“Ah—ternyata Marcus Devalino Shander orang yang selama ini aku cari!”

Mike atau Marcus tak lepas menatap bengis pada Mafia Italia. Ditariknya kuncian senjata yang dia pegang, satu telunjuknya terlepas saja, maka kepala Evans akan berlubang.

Namun, bagaimana bila moncong senjata laras yang Evans bawa bila di arahkan ke depan?

 Satu peluru besarnya terlepas meledak sudah tubuh pria brengsek yang selama ini Evans cari.

Namun, itu bukan gaya seorang mafia seperti Evans Colliettie yang menghajar musuhnya dengan satu peluru dan mati, rasanya bila tidak bersenang-senang sampai pria itu berdarah-darah sepertinya tidak asik.

Dilemparkannya senjata laras panjang itu dan langsung ditangkap oleh Mika.

“Kemarilah, Lea.” Evans memanggil kedua matanya menatap penuh rindu pada wanitanya.

Alea selangkah maju dan menghampiri Evans. Namun, tangan Mike mencengkeram lengan Alea agar wanita itu tidak pergi.

“No, Bee… don’t go!”

Alea menghela nafas pelan, lalu dia berikan gelengan pada Mike.

“Sorry, Mike.”

Alea melepaskan satu tangan Mike yang memegangnya dan berjalan seraya meraih tangan Evans untuk di genggam.

“Aku mencintainya, Mike.”

Mike menggeleng, tidak. “Bohong kamu, Bee?”

“Aku mencintai Evans. Maafkan, aku.”

Alea menatap Evans diiringi senyuman bahagia. Inilah yang dia tunggu dan nanti. Evans menjemputnya dan mengajaknya pergi.

“Ayo kita pulang, Ev,” ajak Alea. Evans mengangguk pelan seraya menggandeng tangan Alea untuk membawanya pergi.

“Tunggu Alea—”

Langkah Evans dan Alea ikut terhenti, keduanya pun menoleh.

“Bila kamu mencintai pria itu. Maka tidak ada orang yang akan mendapatkanmu, baik aku dan juga baik bajjingaaan itu!”

Kening Evans mengernyit. “Maksudmu, Mike?”

“Maafkan aku, Bee….”

Kedua mata Alea membola, begitu juga Evans ketika Mike melepaskan satu peluru yang tertuju padanya.

Alea mendelik, tubuhnya terhuyung ke belakang ketika timah panas itu menembus tubuhnya. Tepatnya, jantung.

Teriakan dan jeritan semua orang terdengar keras memanggil namanya dan yang lebih keras ketika Evans memanggil namanya….

“Lea….” teriak Evans keras.

Tubuhnya diangkat begitu saja, bola matanya masih memandangi ke depan di mana pria itu mengamuk dan membabi buta.

Alea merasakan sakit, sakit yang tidak terkira ketika pria yang dulu pernah dicintai dan dia puja ternyata kembali melukainya.

Mike Shander membunuhnya, entah dalam hitungan ke berapa dia akan memejamkan untuk selamanya.

Namun, yang Alea lihat banyak orang berjatuhan dan juga berlumuran darah.

Bahkan di detik-detik Alea menghembuskan nafas, dia melihat bagaimana bengisnya seorang Evans Colliettie menghabisi Mike Shander yang sudah tidak berdaya dengan kedua tangannya.

Detik berikutnya, Alea merasakan pelukan hangat dan juga tangisan sang pria yang meraung keras.

“Please… bertahanlah, Lea…”

“Ev…”

“No! Jangan tinggalkan aku, Lea…”

“Ma-aaf.”

“NO…. Lea…”

Terpopuler

Comments

Aini Uzumaky Giuventciny

Aini Uzumaky Giuventciny

aduh knpa baru mau bahagia lea, ada aj masalah,, ayolah kak jngn bikin hatiku naik turun bacanya, bikin hapy end

2023-02-01

1

Rizki Mawardah

Rizki Mawardah

semangat eonni ditunggu cerita selanjutnya 😭😭😭

2023-02-01

0

S C O R P I O

S C O R P I O

ditunggu kelanjutannya kak semangatttt

2023-02-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!