Wish!

“Aku pun ragu apa kamu bisa mengabulkan keinginanku karena aku takut kalau permintaanku ini salah!”

“Katakanlah apa permintaanmu, hmm?”

Alea menarik nafas sejenak sebelum mengatakan permintaanya. “Bolehkan aku meminta padamu.”

“Ya, katakanlah, Lea.”

Alea merasa ragu untuk mengungkapkan keinginannya, tetapi bila Evans mengabulkannya di akan sangat senang sekali meski keinginannya ini sudah pastinya akan ditolak.

“Aku ingin keluargaku, teman-temanku, Ayahmu, Tuan Alberto dan juga semua keluargamu Martinez dan Colliettie diundang ke pernikahan kita!” ungkap Alea kedua tangan yang diremas erat.

Nafasnya mendadak memburu. Apalagi ekspresi yang ditunjukkan Evans begitu terlihat jelas di bola matanya.

Wajah Evans langsung memerah dengan rahang yang terlihat mengetat. Terlihat kalau Evans marah.

Alea menelan salivanya dalam-dalam. “Hanya itu permintaanku Ev dan tanpa terkecuali.”

Alea masih memandang ekspresi Evans. Pria itu menajamkan tatapannya seolah tak setuju.

“Aku tidak meminta yang lain, Ev. Hanya itu saja. Apa boleh?” tanya Alea.

Evans menarik nafas panjang lalu menghembuskan perlahan. permintaan Alea hanya sederhana namun begitu berat untuknya.

Puluhan tahun Evans membenci orang tua walau hanya tersisa satu.

Bahkan dia pun sangat membenci Jovita adik dari mendiang ibunya yang begitu mirip dengan ibunya. Wanita yang belum dan sama sekali dia panggil Bibi karena terlanjur membencinya.

Selama ini dia mati-matian tidak ingin bertemu dan menghindar dari wanita itu. Tetapi, Alea justru memintanya sebagai permintaaan syarat untuk mau menikah.

“Tidakkah kamu meminta yang lain, hmm?”

Alea menggeleng kepala pelan.

“Tidak sama sekali, Ev. Aku hanya inginkan itu saja.”

Evans menarik nafas berat. “Kalau aku menolak permintaanmu, apa kamu akan kecewa padaku? Kamu tidak mau menikah denganku, hmm?”

Alea bungkam. Entah dia harus menjawab apa.

Dia tahu kalau permintaanya ini jelas berat untuk Evans. Permintaan Alea ditolak oleh pria itu.

Keinginannya hanya satu. Alea ingin menyatukan keluarga Martinez dan Colliettie kembali hangat pada putra tunggal Alberto Colliettie yang tiga puluh tahun mengasingkan diri, hidup seorang diri tanpa ada kasih sayang.

Alea pun ingin pernikahannya disaksikan oleh keluarganya berikut juga teman dekatnya yang tidak begitu banyak.

Dia bisa meminta permintaan seperti ini pada Evans karena dia teringat dengan permintaan Nyonya Jovita sewaktu terakhir kali Alea bertemu di rumah sakit.

Nyonya Jovita memohon padanya, dia ingin bisa berada di samping Evans untuk menggantikan sang kakak yang telah berpulang lebih dulu ketika Evans menikah nanti.

Awalnya, Alea terkejut dengan permintaan Nyonya Jovita yang tidak masuk akal. Dia sudah tahu tabiat keponakan nya itu yang sangat besar membenci yang namanya cinta.

Tapi, sekarang…

Alea menarik nafas panjang dengan pandangan yang tak lepas menatap Evans yang sama diamnya.

‘Aku sendiri pun tidak tahu, apa adakah cinta di hati pria itu untukku? Dia hanya mengajakku menikah tanpa aku tahu apa pria itu mencintaiku?’ batin Alea.

Ya, cinta Evans padanya masih tanda tanya. Alea sama sekali tidak tahu jalan pikiran Evans dan juga hati pria itu.

Suara ketukan pintu membuat keduanya bersamaan mengalihkan pandangannya ke samping. Tak lama Mika muncul dengan seorang dokter cantik.

Namun, detik berikutnya Alea kembali mengamati pria di depannya.

Aura Evans masih sama, menakutkan sekalipun pria itu tidak mengatakan apapun.

Entahlah, pria itu akan setuju atau tidak karena yang Alea tahu kemungkinan besar, Evans tengah berperang dengan dirinya sendiri akan permintaanya tadi.

“Maaf, Tuan. Dokter Christine sudah datang dan akan memeriksa Alea.”

Evans berikan anggukan pelan dan mempersilahkan untuk dokter itu memeriksa keadaan Alea.

“Bisakah saya melakukannya hari ini?”

“Silahkan. Lakukanlah yang terbaik,” kata Evans.

Dokter cantik itu berjalan menghampiri kursi di mana Evans duduk dan lalu memberikan satu lembar map coklat dan dua lembar isi di dalam surat tersebut yang langsung Evans baca.

Melihat hal aneh di depan matanya, Alea menjadi curiga.

“Kamu sudah tahu bukan apa yang harus kamu lakukan,” tegas Evans.

“Ya, Tuan. Saya tahu.

“Baik. Periksalah dia dan juga yang sudah aku katakan padamu.”

Dokter tersebut mengangguk dan tak lama langsung mendekati ranjang di mana Alea duduk.

“Selamat siang, Nona Alea. Saya Dokter Christine salah satu dokter ke sepuluh yang Tuan Evans tunjuk sebagai dokter pribadi anda. Sayalah di sini yang akan menangani anda.”

Bola mata Alea mendelik menatap Evans yang hanya menghembuskan nafas pelan dengan kedua tangan yang bersedekap.

“Saya akan bertanggung jawab penuh atas kesehatan anda selama berada di rumah sakit ini dan juga tentunya di mansion.”

“Apa ini tidak berlebihan, Tuan?” tanya Alea memanggil Evans dengan panggilan Tuan.

Alea hanya ingin bersikap formal di mana orang lain di sekitarnya.

“Tidak. Aku hanya ingin kesehatanmu tetap terjaga.”

“Oh,” jawab Alea pendek.

Dokter Christine memulai memeriksa tekanan darah Alea. “Apa Nona ingin tahu kabar baiknya?”

“Ya, Dok.”

“Anda sudah pulih dan sehat walau hanya tinggal luka ringan saja yang masih berbekas. Tapi, tidak usah khawatir perlahan juga memudar. Anda boleh pulang hari ini.”

Alea tersenyum hangat. “Terima kasih, Dokter.”

“Tetapi, sebelum anda pulang saya akan memberikan suntikan antibodi agar kesehatan anda tetap maksimal.”

Kening Alea berkerut memandangi dokter cantik di depannya.

“Suntikan?”

“Ya, tentunya agar lebih sehat lagi.” Alea tak lepas pandangi dokter cantik tersebut yang mengambil jarum suntik yang sudah disiapkan oleh suster.

“Kenapa dokter harus meminta persetujuan pada Tuan Evans? Kenapa tidak pada saya sendiri?”

Alea menatap kesal, namun Evans berikan Alea senyuman tipis.

“Tentunya semua yang berikatan denganmu harus seizin aku, Lea.”

Bibir Alea memberengut. “Karena kini kamu adalah tanggung jawabku dan jangan panggil aku Tuan karena aku sudah bukan Tuanmu lagi!” sela Evans dengan tegas pada wanitanya.

Dokter Christine tersenyum manis.

“Kesehatanmu yang terpenting untukku. Jadi jangan lagi berdebat denganku bila itu menyangkut kesehatanmu, Mrs Colliettie.”

Evans bangun dan mendekat. “Kamu calon istriku dan kamu berhak atas semua yang fasilitas mewah yang aku punya.”

Mika dan Dokter Christine sontak mendelik, kedua wanita itu saling pandang sebelum memandangi Alea dan juga Evans dengan bergantian.

Ungkapan Evans membuat Mika dan Dokter Christine terkejut bahkan mereka tidak percaya akan apa yang baru dia dengar. Evans memanggil wanita itu dengan istriku dan juga Mrs Colliettie.

Benarkan seorang Evans Colliettie secepat ini mengajak menikah pada wanita biasa seperti Alea?

Wanita yang notabennya hanya seorang pelayan pribadinya?

“Kamu, ya. selalu saja menyebalkan, EV. Aku juga berhak atas diriku sendiri.”

Evans mendengus pelan. “Aku ingin salinan resume medis ku,” kata Alea pada Evans.

“Baiklah, Nona Alea. Nanti saya akan memberikan salinan resume medis anda. Sekarang, tolong anda miring menghadap aku.”

“Hah? Miring untuk apa?” seru Alea di mana Dokter Christine saling padang dengan Evans.

“Suntikan ini diberikan di pinggul anda, Nona. Jadi, nanti saya akan datang ke mansion dua bulan sekali untuk anda mendapatkan suntikan antibodi agar anda benar-benar sembuh total,” kata Dokter Christine menjelaskan.

“Astaga. Kenapa harus seperti itu? Kenapa juga aku harus mendapatkan suntikan dalam dua bulan sekali, Ev?” protres.

Kening Alea terkejut menatap Evans kesal. Sudahlah, Alea tidak tahu lagi akan apa yang dilakukan pria itu.

“Suntikan antibodi ini bertujuan untuk luka-luka yang anda dapatkan di luar maupun yang ada di dalam membutuhkan pemulihan bertahap.”

“Bukannya luka-luka ini akan sembuh dengan sendirinya?” tanya Alea.

Inilah yang tidak ingin Evans dengar, karena pastinya membujuk Alea itu sulit.

“Aku tidak butuh setiap bulan mendapatkan suntikan itu apalagi yang dokter katakana untuk antibody. Aku yakin aku akan sehat-sehat saja dan baik-baik saja.

Evans terlihat menghela napas, tentunya dia tahu kalau Alea bukanlah wanita bodoh. Rasa ingin tahu dan juga penasaran wanita itu sangatlah tinggi akan apa yang dilakukan.

“Bila semua ini bukan untuk kesehatanmu, aku pun tidak akan mengizinkannya, istriku. Maka, kita menurut saja pada Dokter Christine ya?”

Evans menatap Dokter Cristine untuk langsung saja melakukan tindakan.

“Tapi, Ev…”

“Semua ini demi kebaikanmu!” tegas Evans tak ingin dibantah lagi.

Alea hanya diam sekalipun kedua matanya mash menatap Evans yang mendadak aneh.

Dia belum puas dengan jawaban Evans, tetapi dia pun pasrah menurut dan memiringkan tubuhnya menghadap Dokter Christine.

Pria itu berada di belakang suster dan membuka sedikit celana pasien hingga area pinggulnya terlihat.

Kedua mata Alea masih menatap Evans dimana pria itu terlihat turut menyaksikan. Alea mendesah pelan, pria itu seperti anak Sd yang terlihat cemas akan menunggu giliran di suntuk.

Alea mengernyit sakit ketika jarum suntik itu menembus permukaan kulitnya.

“Sudah selesai nona. Jika ada keluhan, silahkan panggil saya dan saya akan lekas datang.  Semoga Nona Alea selalu sehat. Kami permisi.”

Mika mengantarkan Dokter Cristine dan juga susternya untuk keluar dan meninggalkan Tuan dan juga Alea di dalam ruangan inap.

“Apa ada hal yang serius sampai aku mendapatkan itu semua, Ev?”

Terpopuler

Comments

Oky Cerry

Oky Cerry

ko kaya KB ya itu

2023-02-12

0

Rusme Juthec

Rusme Juthec

suntik KB pasti secara Evans tdk mau punya ank dr alea

2023-02-03

0

S C O R P I O

S C O R P I O

apa mungkin itu suntikan penunda kehamilan,, ditunggu kelanjutannya kak makin penasaran

2023-02-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!