Bad Dream!

“Ahh—” seruan pelan dengan gerakan tangan membuat seseorang pria yang duduk pun langsung terbangun.

Pria itu berjalan cepat menghampiri ranjang rumah sakit.

“Ya, Tuhan. Terima kasih engkau mengabulkan doaku,” katanya seraya berseru lega.

Kedua matanya berembun ketika melihat tangan Alea yang mulai bergerak bebas bahkan menyentuh dada sebelah kanannya.

Meski wanita itu masih memejamkan mata, namun pria itu tak lepas mengucapkan syukurnya yang teramat dalam.

“Alea…” panggil si pria diiringi senyuman bahagia.

Dia duduk di tepi tempat tidur dan menatap Alea yang terlihat mengatur nafas.

“Kamu sudah siuman, Al?”

Alea menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan perlahan. kedua matanya mengerjap lambat dan ketika bola matanya terbuka perlahan yang ditangkap adalah langit putih dengan aroma yang sudah jadi ciri khas, Alea kenali.

“Aku selamat?” gumamnya, terdengar lemah.

Pria itu berikan angguk cepat, tentunya Alea harus selamat dan kembali sehat.

“Kamu selamat, Al.”

“Bagaimana keluarga? Bagaimana teman-temanku yang di gedung itu?” tanya Alea.

“Keluargamu?”

“Hm,” jawab Alea dengan gumaman.

“Alea… apa kamu bermimpi?” tanyanya.

Hh—suara itu Alea kenal sekali. Itu bukan suara Mike Shander atau Evans Colliettie, tetapi itu suara Lucas yang terdengar keras.

Alea pun melihat pria itu duduk di sampingnya dengan wajah yang terlihat begitu mencemaskannya.

Alea kembali menarik nafas pelan.

“Entah itu mimpi atau nyata, namun aku merasa kalau itu adalah nyata. Keluargaku dan teman-temanku datang di acara pernikahanku.”

Kening Lucas mengernyit, dia pandangi Alea dengan tatapan bingung.

“Mungkin itu hanya mimpi, karena selama ini aku menunggumu, Al,” kata Lucas meyakinkan apa yang dikatakan Alea itu tidaklah benar.

Alea berseru lega, kalau semua kejadian menyeramkan itu adalah mimpi.

Dia masih teringat bagaimana ayahnya tertembak dan terjatuh menatapnya, teman-temannya pun terjatuh dengan bersimbah darah di mana Evans dan Mike bersitegang yang menewaskan banyak orang di gedung tersebut.

“Kalau aku mimpi, aku sangat bersyukur,” jawab Alea seraya memegang dadanya yang terkenal peluru di dalam mimpi itu.

Nyatanya, jantungnya terasa baik-baik saja. Yang terasa sekarang ini adalah kepalanya yang terasa sakit begitu juga tubuhnya.

Alea diam seraya mengingat mimpinya itu. Lucas bangun dan lebih dekat lagi duduk di samping Alea.

“Kamu baik-baik saja kan, Al?” Lucas cemas dengan keadaan Alea. Apalagi ketika siuman wanita itu menanyakan hal yang aneh.

Alea diam tak menjawab, kedua matanya sibuk memandangi ruangan di sekitarnya.

“Kamu ada di rumah sakit, Al. Ya, sudah aku akan memanggilkan dokter kalau kamu merasa ada yang sakit,” kata Lucas, ketika melihat Alea terus memegangi kepalanya.

“Jangan, Luc,” jawab Alea terdengar lemah.

Lucas kembali duduk. “Aku baik-baik saja,” sambungnya.

Lucas tersenyum lebar seraya memandangi Alea. “Apa kamu mau minum?”

Dengan sigap, Lucas menawarkan minum karena biasanya bila orang yang tak sadarkan diri sering kehausan dan itulah yang sering Lucas lihat di film-film.

“Ya, Luc. Tolong, aku haus.”

Sebelum Lucas mengambil minum. Dia membantu membangunkan Alea untuk duduk bersandar di headboard dan tak lama segelas air minum pun diberikan pada wanita itu.

“Kamu serius baik-baik saja atau aku panggilan dokter untuk memeriksa mu?” tanya Lucas, lagi.

“Tidak, usah.”

Lucas menghembuskan nafas pelan. “Al, apa kamu tahu kalau tuan mengacamku, hm? Dia akan membunuhku bila kamu tidak kunjung bangun.”

Alea tersenyum lemah. Sepertinya hal yang mengerikan itu adalah mimpi buruknya di mana dia bertemu dengan pria di masa lalunya.

“Aku ketakutan setengah mati, Al. Aku tidak bisa tenang karena nyawaku terancam.

"Apalagi melihatmu tak kunjung bangun dan tidak perubahan seperti aku mendekati kematianku,” kata Lucas, lagi dengan ekspresi ketakutan.

“Evans mengancamku akan memotong kepalaku karena kamu tidak kunjung bangung tiga minggu ini,” sambung Lucas, mimik wajahnya berubah sedih.

Alea mendelik. “Tiga minggu?”

“Ya. Tingga minggu kurang sehari, di mana Evans memberikan aku waktu tiga minggu akan membunuhku bila kamu tak kunjung siuman. Hahh—” Ada nada yang terdengar lega, melihat ekspresi wajah Lucas Alea tersenyum tipis.

Evans memang selalu mengancam semua orang termasuk pada dirinya sendiri.

Lucas terlihat seperti anak kecil yang tengah mengadu pada ibunya yang tengah dimarahi oleh ayahnya. Padahal Alea baru saja sadar dan Lucas sudah mulai curhat padanya.

Lucas menarik nafas nan terasa berat sekalipun Alea kini sudah sadarkan diri. Tapi, ancaman Evans tidak pernah main-main.

“Evans menuduhku, Al. Semua kejadian ini adalah ulahku!” Bibir Lucas mengerucut. Alea mendesah pelan melihat sikap Lucas.

Namun, dibalik kejadian di pabrik itu, Alea sudah tahu dari Bryan. Pria itu sudah menceritakan dan mengakui perbuatannya.

“Gara-gara pesta yang aku buat, kamu berakhir tragis seperti ini, begitulah tuan menuduhku.”

Lucas mencebikkan bibirnya dengan deru nafas kasar.

“Sungguh menyebalkan bukan? Padahal semua ini adalah rencana saudaranya sendiri, tapi kenapa aku yang disalahkan disini,” sambung Lucas kesal dengan mulut yang tak henti bergerutu.

Alea hanya tertawa seraya memegang kepalanya yang berdenyut nyeri.

“Marahain saja kalau tuanmu menyebalkan,” kata Alea dengan tawa yang terdengar lemah.

Lucas membuang nafas. “Hah—Aku mana berani memarahi dia, Al,” kata Lucas.

“Oh ya. Apa kamu lapar?”

“Aku ingin tahu di mana tuanmu?” Balik Alea bertanya.

Lucas terdiam sejenak seraya memandangi Alea. “Kenapa, kamu diam?”

Kemudian, Lucas mendesah pelan sebelum menjawab.

“Aku juga tidak tahu dimana Evans, Al.”

Alea mengernyit bingung pada Lucas. Bila Lucas tidak tahu di mana Evans, lalu siapa yang sudah membawanya ke rumah sakit ini?

Tidak mungkin tiba-tiba dia dibawa oleh iblis itu langsung ke rumah sakit di mana kondisinya saat itu Evans pun sama tidak sadarkan diri dengan luka yang begitu banyaknya begitu juga Mika.

“Aku tidak bertemu dengannya, dia hanya menghubungiku untuk datang ke rumah sakit dan mempertanggung jawabkan perbuatanku untuk menjaga kamu sampai siuman.”

Dalam diam, Alea menatap Lucas dengan tatapan bingung. Bila boleh di simpulkan kalau Evans sendirilah yang mungkin membawanya ke sini setelah pria itu lebih dulu siuman.

Tak lama Lucas berpamitan untuk keluar dari ruangan inapnya. Pria itu izin membeli makanan yang banyak, katanya Alea pasti kelaparan berat tiga minggu tidak sadarkan diri.

Di dalam ruangan itu, Alea terdiam seraya mengingat kejadian naas itu dimana seorang Evans Colliettie, Mafia terkejam seantero Italia melamarnya.

Bahkan Alea sudah memimpikan dia memakai gaun pengantin yang cantik sekalipun semua itu adalah mimpi buruk yang terkesan nyata.

Entah kemana sosok iblis yang menyedihkan itu. Kata Lucas, selama tiga minggu kurang satu hari itu. Hanya Lucas yang menjaganya dan Evans sama sekali tidak pernah datang walau hanya mengunjunginya sejenak saja.

“Aku akan meminta Lucas untuk membantuku mencari keberadaan Evans. Aku yakin Evans berada di rumah sakit yang sama,” kata Alea dalam hati.

Alea kembali berpikir, dia masih bingung bagaimana ceritanya dia bisa sampai dari Libya ke rumah sakit besar di Roma.

‘Sepertinya Abraham yang menjemputnya dari Libya ke Roma, Al.’—kata Lucas ketika mereka membicarakan hal ini.

“Kita akan berjumpa lagi di mana nanti aku akan melihatmu memakai gaun pengantin nan indah seperti ratu.”

“Kamu ratu hidupku yang sesungguhnya, Alea Anjanie. You’re The Queen of Mafia The Black Rose.”

“Mrs Colliettie, aku akan menunggumu tepat di depan penghulu.”

Kata-kata itu lagi dan lagi yang selalu muncul di dalam ingatan Alea namun juga perkataan yang membuatnya bingung.

‘Apa Evans mengetahui agamaku? Pria itu mengajaknya ke penghulu?’

‘Apa Evans akan akan mengikuti keyakinan ku, seingatku pria itu tidak punya agama,’ gumam Alea bertanya dalam hati.

Entahlah, mendengarkan kata penghulu dari mulut sang iblis ada suatu hal yang lucu namun membingungkan.

Tidak tahu apa Evans akan mengikuti agamanya atau tidak, bagi Alea bila boleh nego pada sang iblis, dia ingin Evans menjadi mualaf.

‘Astaga… kenapa aku berpikiran sampai sampai sejauh itu?’ batin Alea seraya memukul pelan kepalanya.

Mendadak denyutan nyeri di kepalanya membuat kepalanya jadi eror dengan asumsinya.

“Apa kepalamu sakit, hm?”

Terpopuler

Comments

Cristin Aja

Cristin Aja

ahirnya aku menemukan sesen 2.makasih thor🥰

2023-02-03

0

Aini Uzumaky Giuventciny

Aini Uzumaky Giuventciny

ouh ternyta ini jawaban dr rasa penasaran ku,, alea bermimpi setelah di rs setelah kejadian mematikan itu,,lega rasanya,,ceritanya bgus, bisa bikin jntung pmbaca naik turun wkwk, semngat terosss

2023-02-01

0

S C O R P I O

S C O R P I O

ayo kakak semangat,,, ditunggu kelanjutannya

2023-02-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!