“Ya Tuhan. Ini seperti di alam mimpi. Mimpi yang indah di mana aku tidak pernah membayangkan kalau pada akhirnya aku berada di titik sekarang ini.”
Degupan jantung Alea tak kunjung berdetak normal. Sejak tadi jantungnya berdetak tak wajar, semakin cepat sehingga membuat tubuh Alea pun ikut bergemetar.
Setetes air mata pun jatuh dari wajahnya di mana Alea berdiri di depan cermin besar yang menampakan wajah dan juga penampilannya bak ratu.
Alea benar-benar seperti ratu sama persis yang pernah dikatakan oleh Evans. The Queen of The Black Rose.
“Jangan nangis nanti make up mu luntur. Aku masih ingin hidup, Al,” bisik Lucas di samping Alea.
Pria itu cengengesan dan lagi lagi harus dia yang mengawal Alea langsung hingga harus berada di dalam kamar pengantin melihat proses di mana make up artis merubah penampilan Alea seperti ratu sehari ini.
Alea mencebikkan bibirnya. “Tolong dirapikan lagi, penggantinya cengeng,” pinta Lucas pada salah satu make up artis.
Seminggu berlalu di mansion The Black Rose, mendadak Alea dibuat heran oleh pria itu.
Sang mafia yang terkenal kejam tidak menemuinya selama satu minggu ini dan hanya Lucas dan Bertahan yang menemaninya di pavilion khusus.
“Aku masih belum percaya, Luc!”
Lucas menghembuskan nafas pelan, mungkin satu-satunya teman kini adalah pria itu.
“Jangankan kamu. Aku juga masih belum percaya kalau kamu akan menjadi Nyonya Colliettie, Al.”
Tentunya tidak ada orang yang bisa membayangkan kalau Alea pada akhirnya sampai di titik ini.
Di hari pernikahanya dengan Evans yang sudah di depan mata.
Semua hal yang berat telah dirasakan ketika selama berada di sisi sang devil—tinggal bersama di dalam neraka yang penuh dengan kekejaman, ketakutan sampai kematian setiap waktunya.
Dan sepertinya takdir yang membawanya sampai dinikahi oleh mafia kejam yang terkenal seantero Italia—The Black Rose, pria yang bukan dari kalangan biasa.
“Aku pikir kamu akan komplain.”
Hh—iyah. Alea ingin sekali protes pada Evans karena biasanya pihak wanitalah yang direpotkan.
Dari pakaian pengantin mereka, undangan, catering, gedung dan juga pesta apa yang diinginkan oleh pelamin wanita.
Sayangnya, itu semua tidak ada. Wanita seperti Alea pun tentunya punya impian sebuah pernikahan yang dicita-cintanya.
Menikah dengan pria yang dicintainya, kedua keluarga berserat sanak saudara akan menyaksikan acara sakral. Pastinya, doa dari semua keluarganya yang Alea harapkan.
“Sudah terlambat pula untuk protes pada dia, Luc. Kamu tahu sendiri bukan?” jawab Alea dengan hembusan nafas panjang.
Gaun pengantin berwarna putih bak ala princes sudah dibayangkan akan membuat kesan cantik untuknya. Dekorasi dan konsep pesta apa yang akan menjadi pesta pernikahanmu nanti.
Tentunya Alea ingin semuanya sempurna dan menakjubkan sesuatu keinginannya dan tentunya yang paling utama adalah perasaan bahagia yang sudah dibayangkan tidak akan terkira.
Begitulah harapan Alea untuk pernikahan seumur hidupnya bersama seorang pria. Namun, harapan semua yang ada di kepala Alea seolah harus dikubur dalam-dalam.
“Seharusnya dia bertanya padamu bukan? Mau seperti apa dan bagaimana?”
“Ah—harusnya seperti itu, Luc.”
Alea mendesah pelan. “Sumpahnya. Agak kesal. Boro-boro menanyakan konsep pernikahan nya mau seperti apa yang kamu inginkan?
“Kamu mau gaun pengantin yang seperti apa? Mau warna apa mau dekor pesta bagaimana? Terus nanti tempat nikah kita mau dihiasi bagaimana bagusnya?”
Lucas tertawa, Alea kembali mendengus.
“Nothing. Tidak ada sama sekali perkataan itu keluar dari mulut tuanmu. Pria itu sama sekali tidak menanyakan akan semua hal yang menyangkut pernikahan!”
“Sumpahnya aku kesal, Luc! Karena dia sama sekali tidak mau melibatkan aku sedikit pun. Padahal ini momen yang langka dan hanya seumur hidup bukan?”
“Ya, tentu semua wanita punya mimpi dengan pernikahan impiannya.”
“Ya. Tapi, Evans sendirilah yang sudah mempersiapkannya semuanya hingga gaun ini dan juga ini…”
Lagi, Lucas tertawa. “Sudahlah. Kesal dan marahnya di tunda dulu. Kamu harus terlihat cantik hari ini.
"Ingat ini hari pernikahanmu, Al. sekalipun kamu tidak ikut diajak untuk berbicara dengan konsep pernikahan kalian. Aku yakin Evans mungkin memberikan kejutan yang tak pernah kamu kira.”
“Apa itu tandanya kamu tahu?”
Lucas mendengus. “Aku sama sekali tidak tahu pesta bagaimana yang pria dingin itu akan berikan padamu sebagai surprise pernikahan kalian. Aku tidak dilibatkan dan aku hanya bertugas untuk memenami kamu sampai hari H ini.”
Lucas memberikan buket bunga yang cantik pada Alea. Bunga yang di padukan dengan mawar hitam dan mawar putih. Tak lupa dihiasi dengan emas di setiap sisinya.
Alea berdiri seraya menggenggam tangan Lucas dan mulai keluar dari dalam kamar menuju tempat di mana dia akan menikah dengan sang mafia.
Menurut Lucas, acara pernikahannya akan diadakan di kapel yang kini sudah dialihkan fungsi sebagai gedung serba guna bukan lagi tempat ibadah.
Alea tersenyum lembut pada beberapa pelayan yang berdiri rapi di depan pintunya.
“Aku tidak menyangka pada pria itu.”
“Ah—ya. Tidak hanya kamu, tapi aku pun sama.”
“Aku tidak percaya kalau Evans akan menyiapkan gaun pengantin yang cantik ini sekalipun ya, pria itu tidak pernah berbicara padaku.”
“Kataku, semua ini surprise untukmu.
Gaun pengantin yang Alea kenaikan adalah keinginan Evans sendiri di mana gaun pengantin yang panjang itu di dominasi warna hitam dengan motif bunga mawar dengan bagian pundaknya yang sedikit terbuka.
Rambut Alea pun sudah di tata sebegitu cantik sama seperti gaun yang dikenakannya dengan dihiasi mahkota dan veil yang menjuntai indah sepanjang gaunnya.
“Alea….” Sapa Mika yang berdiri tidak jauh dimata Alea berjalan. Wanita itu pun nampak tersenyum dan menatap senang dengan penampilannya.
Orang kepercayaan Evans Colliettie pun tersenyum senang dan ikut berdiri bersama dengannya.
Mika meminta dua anak buahnya yang berdiri di gedung tua itu untuk membukakan pintunya lebar-lebar.
Kedua mata Alea berembun ketika melihat gedung tua ini yang sudah disulap begitu cantik yang dihiasi banyak mawar kesukaannya.
Terlihat begitu sempurna gedung tua ini tempat dimana Evans akan mengucapkan ijab kabul.
Kening Alea mengernyit, ketika pandangan di depannya sama sekali tidak ada satupun orang. Bahkan, Evans Colliettie pun tidak ada di mana-mana. Gedung itu sepi sangat sepi sekalipun sudah di dekor begitu cantik.
“Mik, Luc. Di mana, Evans? Bukannya seharusnya dia sudah berdiri di tempat depan itu untuk ijab kabul?” tanya Alea seraya menoleh ke kanan dan ke kiri.
Sialnya, Mika dan Lucas sudah pergi. Kini hanya Alea sendiri yang berdiri di tengah-tengah dengan kedua mata yang tak lepas mendatangi tempat tersebut.
“Apa Evans berubah pikiran? Dia tidak akan menikahiku? Batal begitu?” batin Alea, kesal.
Alea mencubit tangannya sendiri untuk menyadarkan dimana kini dia berdiri. Alea harap ini mimpi di mana hari pernikahannya yang kini tampak sepi tidak ada satu orang pun.
“Hah, sudahlah. Sepertinya aku memang di kerjai oleh pria itu,” batin Alea.
Dia memberanikan diri untuk berbalik ke belakang dengan gaun yang begitu berat dan juga panjang. Namun, ketika Alea berbalik badan.
Satu kaki yang baru saja melangkah dengan kedua tangan yang sudah menggenggam erat gaun tersebut.
Dentingan suara piano berbunyi. Alea pun terdiam di tempatnya dan berhenti melanjutkan langkahnya. Dia sempat tidak memperhatikan sekitarnya dimana sudut ruangan ini terdapat sebuah grand piano berwarna hitam mengkilap.
Bola mata Alea mendelik ketika menangkap seseorang yang dia cari di balik grand piano hitam. Sosok, Evans Colliettie yang begitu tampan nan rupawan dengan balutan tuxedo berwarna hitam.
Alea terdiam terpaku di mana tatapannya beradu dengan manik hijau keemasan. Alea tidak menyangka kalau Evans bisa memainkannya.
Evans melengkung senyuman tampan untuk Alea. Betapa terkejut Alea ketika mendengarkan pria itu bernyanyi.
Simple as can be, Sesederhana mungkin. I got your hands in mine, Aku menggenggam tanganmu.
And you don’t have to listen carefully, Dan kamu tak perlu mendengarkan dengan cermat,
I’II tell you a thousand time, Akan ku katakan seribu kali.
Terdengar suara beriton milik Evans Colliettie menyanyikan sebuah lagu All You Need To Know milik Gryffin ft. Calle Lehmann. Suara Evans terdengar cukup merdu hingga mampu menghipnotisnya sampai membuat Alea tidak sadar, menangis.
Apakah pria itu tidak menginginkan pernikahan ini?
Anything you feel, put it all on me Apapun yang kau rasakan, berikan padaku,
All of your thought, I want everything Semua yang ada di pikiranmu, aku menginginkan semuanya,
And when you get sad, like you do sometimes, Dan saat kau bersedih, seperti yang terkadang kau lakukan,
Put it all on me, berikan semuanya kepadaku.
I’II lift you when you’re feeling low, Aku akan mengangkatmu saat kau merasa rendah.
I’II hold you when the night gets cold, Aku akan memelukmu saat malam terasa dingin.
You’II never have to be alone, Kau tak akan pernah merasa sendirian,
And that’s all you need to know, Dan hanya itu yang perlu kamu ketahui,
No love lost, we’ve got you and I, Tak ada cinta yang hilang, kita adalah kamu dan aku,
No clouds, we shoot them out the sky, Tak ada awan, kita melepaskan mereka dari langit
You’II never have to be alone, Kau tak akan pernah merasa sendiri,
And that's all you need to know, Dan hanya itu yang perlu kamu ketahui,
You’II that's all you need to know, Dan hanya itu yang perlu kamu ketahui,
And That’s all you need to know, Dan hanya itu yang perlu kamu ketahui.
Tak terasa air mata begitu saja turun di pipinya ketika Alea menikmati Evans menyanyikan lagu itu dengan mengulangi bait lagu yang terdengar indah.
Alea baru melihat bagian sisi romantis dari Evans Colliettie yang mendominasi, menjadikan pria itu sosok yang kuat yang selalu memenuhi pikirannya dan membuatnya merasa seperti wanita yang beruntung.
Evans yang baru saja merasakan apa itu namanya cinta dan entah apa yang bisa pria itu lakukan kepadanya nanti. Mungkin akan banyak kejutan yang bisa menjerat Alea semakin kuat dalam pesonanya.
Alea tersenyum lembut saat Evans selesai memainkan pianonya. Pria itu berjalan mendekat dengan tatapan intens dan berhenti di depan pelaminan dan menghadap Alea.
“Kamu harus mengingat apa yang kau lakukan tadi. Apa yang aku katakan tadi di setiap bait lagu karena aku tidak akan mengulanginya lagi untuk kedua kalinya,” kata Evans diiringi senyuman.
Alea mengusap air matanya sambil tersenyum, menahan napas ketika Evans berjalan mendekat. “Anggaplah yang tadi itu menggantikan lamaranku yang tentunya tidak sesuai dengan keinginanmu.”
Alea tertawa pelan lalu berikan anggukan pelan, Evans pun ikut tersenyum dan berdiri di tepat di depannya.
Evans menatap Alea, lekat. “Mungkin aku akan tetap selamannya berdiri di sini. Di kegelapan karena begitulah takdirku, Lea.
Namun, sementara kamu yang akan selalu aku jaga agar tetap terus bersinar meski aku sudah mematahkan sayapmu—menahanmu di Kingdom dan bergantung padaku.”
“Gaun hitam di balik gaun putih kamu saat ini kamu kenaikan itu sebagai lambing kalau kamu bersedia hidup bersamaku, menjadi penyeimbang hidupku yang selalu gelap. Sekarang, ini kamulah hidupku, Alea Anjanie.”
Evans memundurkan tubuhnya lalu berjongkok tepat di depan Alea dengan satu kotak berwarna hitam yang dengan cincin berlian bermata satu yang ditujukan untuk sang malaikat hatinya.
“Maukah kamu menikah denganku, Alea Anjanie?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
D'
masih mencerna kata kata othor,baik sangka saja semoga kehamilan wanita itu hanya menyewa rahimnya saja,mengingat kesehatan Alea jika hamil dan melahirkan akan bisa kehilangan nyawa,sejauh pemikiran Evan sama denganku betul kan Thor.
2023-02-04
2