Sarah terpaksa menerima Arsen menumpang di motornya dengan wajah sangat kesal. Tak mengerti dengan apa yang dia lakukan, Ia sedang berbaik hati membantu orang yang paling di bencinya. Walaupun dengan paksaan, Karena ancaman Arsen yang mengadukan pada ibunya.
Apa yang telah kulakukan, aku sedang menolong orang yang menyebalkan di dunia, ini gila tapi tenang Sarah kerjai saja dia, buat ia terlambat. batin Sarah
Sarah menyeringai, tak semudah itu tuan angkuh ini mendapatkan apa yang di inginkannya. Ia pun hendak membuat lelaki ini kesal dan tak menang dengan mudah.
Sarah mengendarai motor dengan sangat pelan, sengaja. Agar Arsen terlambat dan akhirnya tak mengikuti perlombaan.
"Hei, motor ini ngak bisa melaju kencang!" protes Arsen sambil melihat jam di pergelangan tangannya yang tersisa lima menit lagi. Kemudian memperhatikan. Semua kendaraan melewati mereka hanya motor ini yang sangat pelan.
Sarah hanya diam tak memperdulikan ucapan Arsen, ia tersenyum devil niatnya berhasil Arsen mulai tak tenang.
"Ini motor atau keong sih! Lambat banget! Aku bisa terlambat. Hei, anak tiri... kalau kaya gini lebih cepat jalan kaki, kapan kita sampai kalau kecepatannya cuma segini? Sampai besok juga ngak akan sampai!" keluh Arsen sudah tak tenang duduk di belakang Sarah.
"Kalau kamu ngak suka! Silahkan turun," hardik Sarah menyeringai ada kepuasan dalam dirinya mengerjai saudara tiri sombongnya.
"Dasar anak tiri," umpat Arsen berdecak kesal. Ia tahu Sarah sedang mempermainkannya sengaja memperlambat kendaraannya agar ia terlambat.
Arsen pun tersenyum miring ia juga akan membalas, tak akan kalah dari Sarah. Ia akan mencoba mengeluarkan hinaan, agar gadis ini tak betah memboncengnya dan ingin langsung sampai. Arsen pun memulai mendekatkan kepalanya di telinga Sarah.
"Anak tiri, aku dengar kata orang kau anak haram? Kau hanya hasil hubungan cinta satu malam, aku dengar juga ibu tak pernah menikah! Ck...ck..ck menyedihkan sekali ya hidupmu," ledek Arsen mengungkap fakta mengenai asal-usul Sarah membuat gadis ini mencengkeram stang motor penuh amarah.
"Aku juga dengar ibumu sangat mencintai papaku, hingga tak pernah menikah selain papaku. Aku jadi penasaran siapa ayahmu?" Arsen sengaja menghina agar kendaraan itu melaju.
"Diam," bentak Sarah emosinya mulai naik saat Arsen membahas ibunya dan pasti menghinanya.
"Papaku sangat membencimu, tapi Ibumu yang gila harta itu, rela tidak mengakuimu sebagai anaknya yang penting dia menikah dengan papaku, tega sekali dia, dia bahkan membiarkanmu tinggal di dapur," sindir Arsen membuat kuping Sarah mulai memanas. Ia memang tak dapat pengakuan dari Wisnu, bahkan papa tirinya itu tak pernah sekali pun bicara padanya.
"Jika kamu tidak bisa menutup mulutmu. Turun dari motorku!" bentak Sarah menepikan kendaraannya hendak menyuruh Arsen turun.
"Ih...marah lagi, kenapa kau kesal? Ingat ibumu," ancam Arsen lagi.
Sarah menarik nafas kasar, marahnya sudah berada di ubun-ubun ingin saja ia menendang pemuda ini, namun tak berdaya. Sarah kembali menjalankan motornya mendengar ancaman pemuda ini.
"Aku penasaran siapa ya sih bapak kamu? Kamu juga pasti ngak tahukan? Atau jangan-jangan kamu ini anak jin! Bapak kamu jadi menghilang," ledek Arsen. Terus mengungkap kehidupan Sarah agar gadis ini melaju.
"Aku tahu kau sengaja membuatku terlambat, jika kau tak mau aku membahas ibu dan kehidupanmu maka cepat melaju kencang," ucap Arsen.
Sarah hanya diam tak peduli masih melambatkan kendaraannya. Ia sudah bertekat akan membuat tuan angkuh ini terlambat. Ia akan menganggap angin lalu semua yang di ucapkan pemuda yang ada di belakangnya. Mencoba memperhatikan suasana jalan yang padat dan banyak kendaraan, membuatnya hanya santai menikmati perjalanan di temani ocehan Arsen.
Sarah terus mendengar ocehan Arsen yang semakin menyakitkan.
Prit...prit...
Suara peluit terdengar, Sarah mengarahkan pandangannya pada beberapa polisi yang sedang mengatur lalu lintas. Namun ada satu polisi yang melambaikan tangan padanya. Gadis ini terheran kenapa polisi seolah sedang memanggilnya dan hendak menyuruhnya berhenti. Ia bertanya-tanya apa kesalahannya, ia merasa menaati semua peraturan dan tak melanggar. Sarah melihat ke arah kaca spion motor mengintip akhirnya ia tahu alasannya.
"Mati aku, tuan sombong ini ngak menggunakan helm. Aduh aku bisa di tilang, malas banget berurusan dengan polisi, si angkuh ini pasti senang jika aku di tilang. Ia pasti tertawa puas. Ah sial... Lebih baik kabur" batin Sarah.
Tanpa aba-aba Sarah menambah kecepatan laju kendaraannya untuk menghindari polisi yang sedang bertugas. Tubuh Arsen tersentak ke belakang hampir saja ia terlempar saat sarah tiba-tiba melaju kencang.
"Kau gila ya! Aku hampir jatuh," keluh Arsen memegang ujung baju Sarah erat.
Sarah tak menghiraukan Arsen, ia terus melaju kencang menyalip semua kendaraan yang ada di hadapannya. Demi menghindari polisi sisi liar Sarah keluar membuat pemuda ini ketakutan.
"Hei anak tiri pelan-pelan! Jangan ugal-ugalan." Arsen mulai panik melihat Sarah melalui semua kendaraan yang ada di depannya. Ia yang dari tadi, ingin cepat sampai malah ketakutan melihat Sarah melaju kencang.
"Hei, awas hati-hati di depan ada truck. Kau mau mati!" Arsen memperingatkan Sarah namun tak di idahkan.
"Aaaa!" Teriak Arsen dengan keras menutup matanya, ketika melihat Sarah menyalip truck besar di depannya. Ia memeluk pinggang Sarah dengan erat karena takut terjatuh. Menyandarkan kepalanya di punggung Sarah.
"Anak tiri, aku ini anak kesayangan papa dan mamaku. Hidupku ini bagaikan intan, berlian, mutiara yang di jaga. aku ini pewaris tunggal mereka. jangan sampai aku mati muda di sini, Aku masih ingin hidup, mana masih perjaka lagi. Aaaaaa" rancau Arsen menutup mata memeluk Sarah dengan erat sangat ketakutan dengan cara Sarah mengendarai motornya.
Sarah menarik sudut bibirnya mendengarkan Arsen mengoceh dan mengumpat sambil memeluknya tubuhnya. Ia bisa merasakan tubuh lelaki ini bergetar hebat. Dan Sarah semakin menggila menikmati ketakutan saudara tirinya.
Setelah beberapa saat melaju kencang Sarah dan Arsen dengan cepat akhirnya mereka tiba di kampus. Arsen merasakan motor berhenti, Ia mulai membuka matanya perlahan melihat sekeliling ternyata telah sampai di kampus.
Arsen menarik nafas lega sangat bersyukur, karena masih di berikan hidup. Tuhan tak mencabut nyawanya tadi. Ia melihat tangannya yang terulur melingkar erat di pinggang Sarah lalu dengan cepat melepaskan kemudian turun. Berdiri di samping Sarah yang masih duduk di motor hendak melepas helm yang di kenakannya. Dengan tubuh lemas dan masih bergetar. Wajahnya putihnya terlihat pucat. memprotes kegilaan saudara tirinya.
"Gila ... Anak jin, bawa motor kencang banget! jangan-jangan bapak kamu pembalap? Aku tahu kamu itu anak pembalap, jangan-jangan kamu anak Valentino Rossi?" gerutu Arsen masih menghina siapa ayah Sarah dengan tenaga yang tersisa. Seluruh tubuhnya bergetar dan suaranya juga terdengar bak orang yang sedang menggigil. Ia sangat kesal merasa gadis ini mempermainkannya.
"Berhenti menebak siapa ayahku! Aku anak siapa itu bukan urusanmu, lagian cemen banget! Gitu aja takut," ucap Sarah turun dari motor berdiri di samping Arsen. tersenyum puas, raut penuh kemenangan tercetak jelas di wajahnya. Setelah itu ia pergi meninggalkan Arsen yang masih ketakutan dengan apa yang baru saja ia terima.
"Kau!" geram Arsen menatap punggung Sarah sambil memegang perutnya yang seketika mual. "uwek....uwek...." Arsen menutup mulutnya berlari ke toilet kampus sepertinya ia mabuk kendaraan akibat Sarah.
Setelah beberapa saat kemudian. Arsen duduk di bangku memasang wajah datar. Ia berada di barisan penonton pertandingan. tubuhnya mengigil kedinginan, kepalanya terasa berat, Ia merasa lemah tak bertulang, masih merasa bergetar dan sesekali berlari ke toilet untuk muntah. Apa yang telah Sarah lakukan padanya membuatnya menatap penuh amarah. Ia menyesal menumpang di motor saudara tirinya. Memang tidak terlambat tapi tak ada yang bisa dia lakukan, Sarah membuat tubuhnya lemah akibat terkejut dan akhirnya ia tak jadi mengikuti pertandingan.
"Awas kamu anak tiri, anak jin, anak pembalap atau anak siapa pun. aku akan membalasmu, gara-gara dia aku ngak ikut pertandingan," umpat Arsen dengan kesal. Lalu kembali merasa perutnya mual. "Uwek...uwek." Dan harus kembali ke toilet.
.
.
.
.Hore...hajar Sarah jangan mau kalah😘
.Like, coment vote ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Coco
aduh nanti lama lama suka nih
2023-07-25
0
Bzaa
rasain bung... sarah di lawan 😅😆
2021-09-02
0
Marlein Sulistyo Maukar
kereeen thor
2021-05-21
0