Arsen melajukan kendaraan mewahnya menuju kampus. Ia terus terbayang dengan ibu yang telah melahirkannya. Sebenarnya ia telah jenuh mendengar pesan kebencian dari perempuan yang paling berharga dalam hidupnya. Pesan yang selalu merusak semangatnya untuk menjalani hari. Arsen mencengkram stir mobil dengan penuh amarah. Andai saja perempuan masa lalu papanya itu tidak pernah masuk dalam hidunya, semua pasti akan masih baik-baik saja, ia tak harus menjadi rebutan dan hidup berpindah-pindah, ke sana-kemari hanya untuk meredakan pertengkaran itu pikirnya.
Beberapa saat kemudian. Ia telah sampai ditempat menimbah ilmu. Saat ini hanya kampus tempat yang bisa membuatnya melupakan sejenak masalah keluarganya. Ini adalah kampus terbaik milik keluarga Hutama hanya anak yang istimewa yang bisa belajar di tempat ini.
Arsen turun dari mobil. "Parkir mobilku," ucapnya ketus melempar kunci mobil pada seseorang lelaki yang berdiri di samping mobil mewahnya, kemudian berlalu berjalan penuh dengan keangkuhan.
Seluruh pandangan tertuju pada Tuan Arsen yang terhormat terutama mata gadis-gadis yang menggilainya. Siapa yang tak menginginkan Arsen pemuda tampan dengan kekayaan melimpah dan kemewahan yang ia miliki. Membuat siapa pun ingin mendekati mencari perhatiannya. Hanya yang gadis sangat beruntung yang bisa menjadi kekasihnya. Namun jangankan untuk menjadi pendamping Arsen bahkan di lihat saja oleh pemuda tampan ini pun sangat sulit. Arsen sangat cuek dan tak peduli dengan begitu banyak orang yang memujanya. Ia bahkan risih dan bersikap dingin pada gadis yang mendekatinya, tak jarang pula ia berkata kasar pada gadis yang telah berani mengejar dan mencari perhatiannya.
Arsen melangkahkan kakinya ke kantin kampus mendekati lelaki yang duduk sendiri sambil bermain ponsel.
"Ar. Lama banget," ucap Gerald sahabat Asren, yang menyadari kedatangan pemuda tampan ini. Kemudian menghentikan kegiatannya meletakkan ponsel di meja.
Arsen hanya diam lalu duduk di sebelah sahabatnya.
"Ar. Ngapain sih kita ke kampus?" keluh Gerald memasang wajah tak bersemangat.
"Besok kan kita ada pertandingan basket dan hari ini kita akan latihan," jelas Arsen. sangat menyukai basket.
"Kan, bisa latihan di rumahmu atau di rumahku, ngak mesti dilapangan kampus,"cecar Gerald masih mengeluh. Lalu matanya seketika berbinar. "Atau jangan-jangan kamu mau latihan di kampus supaya gadis-gadis kampus terpesona padamu terutama mahasiswi baru," goda pemuda ini tersenyum tipis. Ia tahu sahabatnya pasti tak suka mendengarnya membahas masalah wanita, karena Arsen tak pernah tertarik dengan urusan kaum hawa.
"Dasar kau ini." Arsen memukul kepala sahabatnya. "Memangnya aku seperti dirimu ke kampus hanya untuk menggoda para gadis," sembur Arsen kesal dengan tuduhan sahabatnya.
"Aduh!" keluh pemuda ini sambil menggusap kepalanya. "kenapa kau memukul kepalaku! siapa tahu saja! benar, juga ngak apa-apa. Liat Ar cewek-cewek itu pada liatin kamu." Gerald memutar pandangannya memperhatikan sekeliling.
"Aku ngak peduli," ucapnya dingin melipat tangan di dada, tak tertarik dengan obrolan ini.
"Ini tuh tahun terakhir kita di kampus ini, masa sampai sekarang belum ada juga cewek yang bikin kamu jatuh cinta," ungkap Gerald prihatin.
"Aku bukan sepertimu hampir seluruh gadis di kampus ini kamu pacarin!" Bagi Arsen menjalani hubungan hanya membuat hidup menjadi rumit. Hidupnya saja sudah sangat memusingkan ditambah lagi jika harus memiliki hubungan dengan makhluk bernama perempuan.
"Ar, kamu itu menyia-nyiakan ciptaan tuhan tau ngak sih? Wajah tampan. Masa ngak suka sama perempuan sih," ledek Gerald.
"Sialan kamu!" Pemuda ini berdecak. Hati Arsen seakan membeku. Ia tak tertarik dengan namanya cinta, baginya cinta hanya menyakitkan dan hingga usianya akan menginjak 23 tahun. Ia masih belum juga bisa jatuh cinta dan membuka hati. Tak ada wanita yang bisa membuka hati yang penuh dengan kekecewaan.
Telah hampir satu jam Arsen dan Gerald duduk di kantin kampus rintik hujan yang tiba-tiba turun mengguyur dengan deras membuat niat mereka bermain basket menjadi tertunda dan memilih untuk meneruskan obrolan mereka sambil menunggu hujan reda. Sesekali Gerald memutar pandangannya pada seluruh penjuru kantin melihat suasana yang sedikit ramai. Sudut bibirnya tertarik ketika melihat pada satu orang gadis.
"Liat gadis itu Ar! Dia mahasiswa baru dan yang paling cantik tahun ini di kampus kita." Gerald menunjuk sebelah kanan dengan ekor matanya. Memperlihatkan seorang gadis yang duduk membaca buku. Arsen memasang wajah tak bersemangat, dari tadi obrolan sahabatnya ini hanya masalah wanita dan percintaan, kemudian melihat ke arah yang di tunjuk. tercengang lalu seketika raut wajah kesal tercetak jelas di wajahnya.
"Cantik kan?" tanya Gerald dengan penuh semangat.
"Ngak jelek banget," cibir Arsen. Ia sangat mengenal gadis itu. Anak dari perempuan yang telah mengganggu dan merusak hidupnya. Saudara tiri yang selalu membuat ibu kandungnya cemas dan mendengar pesan kebenciannya.
"Matamu buta! Gila... dia itu cantik banget! Dia cocok sama kamu, namanya Sarah." Gerald mencoba menjodohkan. Pemuda ini tahu jika Arsen memiliki ibu tiri, tapi tidak tahu jika sahabatnya ini juga punya Saudara tiri, sebab memang identitas gadis ini dirahasiakan.
"Ih, aku ngak bakalan suka sama dia," geram Arsen mengepalkan tangannya.
"Cantik banget loh! Coba aja dulu." Gerald masih kekeh. Tak menghiraukan kekesalan sahabatnya.
"Dengar baik-baik ini! Walau pun dibumi ini hanya tinggal dia wanita satu-satunya. Aku bersumpah ngak bakalan suka sama dia," ucap Arsen dengan lantang.
Duar......
Kilat menyambar diikuti suara guntur bergemuruh di langit yang begitu besar membuat mereka berdua tersentak kaget.
"Astaga Ar, ucapan kamu ngeri banget sampai ada gledeknya! Sumpah kamu kaya film-film di Tv. Bagaimana jika itu pertanda alam jika kamu akan jatuh cinta padanya." Gerald bergidik. sambil memegangi dadanya yang masih berdetak kencang akibat terkejut dengan suara gemuruh langit.
"Ngak mungkin aku jatuh cinta padanya dan itu peringatan untukmu jangan lagi membahas perempuan itu di depanku," ucapnya kesal.
Melihatnya saja membuatku kesal, bagaimana mungkin aku mencintai orang yang telah membuat keluargaku hancur. Batin Arsen.
"Hati-hati, ntar ke makan omongan kamu, trus kamu jatuh cinta pada gadis itu! Bucin baru tahu rasa," ledek Gerald menyeringai. Namun merasa aneh, kenapa Arsen begitu marah melihat gadis itu. Ia sudah biasa memperlihatkan bahkan memperkenalkan sahabatnya ini pada gadis cantik namun entah kenapa sikap pemuda ini begitu berlebihan melihat Sarah seakan-akan ia melihat luapan amarah dimatanya.
"Ngak bakalan," ucap Arsen dengan lantang. Sikapnya berubah dingin dan wajahnya tak bisa menyembunyikan kemarahannya.
"Baiklah, jika kau tidak mau. Aku yang akan mengejarnya," ujar Gerald tiba-tiba ia penasaran dengan gadis itu. Gadis yang sudah membuat Arsen bersumpah dan menjadi kesal.
"Terserah padamu. Mau kamu apakan cewek itu" Arsen mendengus senyum menyeringai terbit dari wajahnya.
Ucapan Arsen telah mendahalui takdir, seakan dialah yang menulis takdir cintanya. Ia seakan lupa jika dirinya hanyalah manusia biasa yang tak tahu kemana takdir akan membawa dan akan mempermainkanya.
.
.
.
.
Like, Coment, Vote ya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Liana Syahroni
Kyk'a bagus nih ceritanya.... Mdh"n sama bagus nya dgn cerita jodoh pilihan kakak😍
2023-09-15
0
Fi Fin
aku penasaran sama Arsen di novel ceo jutek ini thor , soalnya aku sdh baca novelmu yg jodoh pilihan kakak itu oouke banget ceritanya n kmaren aku nemu novel suami keduaku artis idola pas ku baca wooow sama keren jg ..eeeh di situ tokoh artis si Dilan yg sdh sukses dpt peran utama dr novel mu yg jpk Aska si tiang listrik ..trs aku penasran knp Dilan ga mau lg meranin film ceo jutek ..padahal istri nya mau banget Dilan meranin itu ..nah ternyata aku kelewat sama novel keduamu ..god job thor novel mu selalu the best
2022-01-05
0
Bzaa
sumpah nya diiringin gledek... ntar ketulah sendiri lho bang... 😁
2021-09-02
0