Sarah dan Arsen bediri berhadapan tatapan kilat penuh amarah terlihat dari raut dua wajah saudara tiri ini. Mereka telah siap saling menyerang, Arsen yang tak terima dengan perlakuan Sarah yang telah menampar pipinya hanya karena perbuatan yang menurutnya tidak sengaja ia lakukan sedangkan Sarah, perempuan cantik ini tak kalah emosi ketika pemuda yang berdiri di hadapan ini telah menyentuh benda berharga di tubuhnya dan telah melukai harga diri sebagai wanita.
Dua wanita berada berdiri mematung di belakang mereka, yang sejak tadi merupakan sumber pematik pertengkaran hanya terdiam menyaksikan hasil perbuatan yang membuat dua saudara ini bertengkar.
“Berani-beraninya kau menyentuhku! Akan kupatahkan tanganmu!” murka Sarah jari telunjuknya mengarah pada Arsen.
“Ka ... kau yang maju ke arahku, jadi itu bukan salahku,” sanggah Arsen dengan terbata. Ia pun
masih terkejut dengan tindakannya barusan namun tak merasa bersalah sedikit pun. Ia melakukannya dengan tidak sengaja hingga ia enggan untuk meminta maaf.
“Jelas-jelas kau menyentuhku dan malahan kau mengatakan ini salahku!” Suara Sarah meninggi luapan amarah akan dikeluarkan, merasa sedang menerima pelecehan dari pemuda yang telah memegang bagian inti tubuhnya.
“Memang benar, kau yang salah, kau maju duluan ke arahku! Kenapa kau menyalahkanku,” ucapnya santai tak mau mengalah dengan gadis yang ada di depannya. Masih berdebat mengenai siapa yang salah dan benar padahal ini adalah perbuatan dua perempuan yang ada di belakang, yang telah mendorong tubuh mereka hingga insiden itu terjadi. Sebenarnya hati kecil Arsen merasa tak enak dengan kejadian ini namun hanya untuk sekedar meminta maaf dan membuat semua membaik ia tak mau. Ia merasa gengsi dan harga dirinya akan jatuh, apa lagi gadis itu Saudara tiri sekaligus musuhnya.
“Kau yang salah, kau telah menyentuh masa depanku!” murka gadis cantik ini, meninggikan
suaranya tak peduli lagi jika semua orang memperhatikannya. Mengistilahkan dadanya
dengan sebutan masa depan.
Arsen melipat tangan di dada tersenyum remeh mendengar ucapan Sarah. “Apa kau bilang masa
depan? Dadamu itu masa suram! bukan masa depan!” ucap Arsen tanpa dosa.
“Kau .... ” Sarah mengepalkan tangannya semakin bertambah emosi, tak terima dengan ucapan Arsen.
“Lagi pula kau fikir aku senang karena telah menyentuhnya! Ukurannya itu sangat kecil, hanya segini,” jelas Arsen mengangkat kedua telapak tangannya yang hampir mengatup, menjelaskan ukuran gundukan dada perempuan yang ada di hadapannya. “Siapa yang nafsu dengan dada yang hampir rata itu,” ucap tanpa berdosa dan mengalihkan pandangan, mencoba menyembunyikan wajah malunya.
Wina dan Erina kompak terbelalak, membuka mulut lebar, ucapan Arsen tentang ukuran dada Sarah. Kali ini terbalik merekalah yang terkejut dengan perkelahian kedua saudara tiri ini.
Sebenarnya Arsen masih tak bisa menyembunyikan rasa terkejut, dengan apa yang ia perbuat tadi. Namun berpura-pura tenang, padahal tubuhnya juga bergetar, ini pertama kalinya ia menyentuh seorang gadis. Arsen tak mau menatap wajah saudara tirinya yang telah memerah akibat kemarahan.
“Aku akan menghabisimu!” teriak Sarah lalu maju. Amarahnya telah sampai di ubun-ubun ia tak akan bersabar lagi dengan sikap tanpa dosa Arsen. Ucapan pemuda ini menurutnya sudah sangat keterlaluan dan menghina harga dirinya sebagai wanita.
Perkelahiaan tak dapat di elakkan lagi Sarah mendekat kemudian mencekik leher saudaranya dengan kedua tangannya. Arsen juga ikut larut dalam perkelahian dan membalas apa yang Sarah lakukan. Ia tak mau kalah dari perempuan yang sejak dulu juga dia anggap sebagai musuh.
Tak beberapa lama Arsen tersadar bahwa sebagai seorang lelaki sejati tak seharusnya, ia melawan seorang perempuan. Hingga akhirnya ia menurunkan kedua tanganya dari leher musuhnya, beralih memegang tangan Sarah agar belitan itu terlepas. Adegan pertengkaran mereka menjadi perhatian banyak orang.
“Hei, anak tiri kau gila ya! Lepaskan!” berontak Arsen memegangi tangan Sarah yang menepel kuat di lehernya.
Wina dan Erina yang tadi mematung sekarang tak tinggal diam melihat pertengkaran ini.
“Hajar Ra, jangan mau kalah, kita ngak boleh kalah kali ini.” Erina memberi semangat
pada putrinya layaknya pemanduk sorak.
“Hei, pelakor! Putrimu telah berani menghajar putraku kesayanganku!" teriak Wina mencoba maju membantu putranya yang telah beradu dengan saudara tirinya.
"Siapa suruh anakmu itu menyentuh susu anak perawan, itu akibatnya," ucap Erina membenarkan sikap putrinya. "Hajar terus Ra, bikin dia babak belur." Erina dengan berapi-api memberi semangat pada putrinya.
"Cih perawan, apa benar putrimu itu perawan? Ia pasti sama genitnya denganmu," hardik Wina kembali mulai memanas melihat Erina yang mendukung putrinya.
"Kurang ajar! Kau meragukkan putriku. Putriku itu suci, masih tersegel. Belum buka kotak." Lagi-lagi kedua wanita kembali dalam perdebatan konyol tak menghiraukan anak mereka yang bertengkar akibat masalah yang dulu mereka timbulkan.
"Hajar saja dia Ar, jangan peduli dia perempuan." Wina juga ikut memberi semangat putranya, sama yang seperti Erina lakukan.
"Cekik terus Ra, jangan kasih kendor," ujar Erina mengarahkan.
Suasana semakin riuh, orang semakin banyak berdatangan menonton gratis tanpa ada yang melerai. Sarah tak peduli menjadi bahan tontonan dan pusat perhatian yang penting rasa sakit hatinya bisa terbayarkan.
Arsen mencoba bertahan sekuat tenaga dari serangan Sarah yang semakin beringas pemuda ini tak melawan hanya bertahan. "Anak tiri lepaskan! Kau mau membunuhku," berontak Arsen memegang tangan Sarah agar cengkraman itu tak terlalu kuat menekan lehernya.
"Aku akan menghabisimu, berani-beraninya kau memegang masa depanku! Aset berhargaku. Dan tidak mau minta maaf!" geram Sarah.
"Aku tidak akan meminta maaf, aku tidak bersalah," tolak Arsen tersengal, napasnya terasa pendek.
Sarah semakin tersulut emosi mendengar kata-kata Arsen. Gadis cantik ini semakin beringas menyerang. Hingga tubuh Arsen terdorong jatuh kebelakang. Pemuda ini berbaring terlentang di lantai akibat dorongan yang keras. Sarah yang telah di selimuti amarah tanpa sadar naik ke atas tubuh pemuda ini dan menindihnya, duduk di atas perut Arsen.
"Kuhabisi kau, saat ini juga!" teriak Sarah di atas tubuh Arsen kemudian kembali mencekik leher saudaranya.
"Anak tiri hentikan, kalau aku mati, aku akan menghantuimu, aku akan gentayangan dan berdiri di jendelamu setiap malam," gerutu Arsen yang mulai kewalahan karena tubuh yang terkunci oleh keberadaan Sarah duduk di perutnya.
Sarah semakin beringas memperkuat cengkramannya. Tubuh gadis ini membungkuk demi menekan leher Arsen membuat pemuda ini menatap wajah saudaranya dari dekat. Wajah Sarah berada dekat dengan wajahnya Arsen sehingga mata pemuda ini dengan jelas melihat raut wajah saudaranya.
Arsen memperhatikan wajah itu dengan lekat, menyusuri setiap inci pahatan keindahannya. mata yang indah, hidung mancung, bibir yang merah merona serta melihat lehernya yang putih mulus ditambah wangi aroma lembut tubuh yang menyeruak di indra penciumannya menenangkan hati. Sangat cantik itulah yang terbesit dalam hatinya ketika mengamati wajah itu dari dekat. Tanpa sadar sudut bibirnya tertarik. Ia terbuai akan keindahan itu.
Arsen pasrah menerima semua serangan Sarah sambil terus menatap dan menikmati wajah cantik gadis yang sedang duduk dia atas perutnya, seolah tak merasakan sesak menanggung berat badan gadis yang menindih tubuh. Senyum kecil terus tersungging di wajahnya, entah mengapa ia seakan senang. Perlahan-perlahan pemuda ini menurunkan ke dua tangannya yang memegang cengkraman Sarah, ia seolah pasrah mati di tangan Sarah.
"Cepat Minta maaf padaku," teriak Sarah tubuhnya semakin membungkuk, wajahnya begitu dekat dengan Arsen, rambutnya yang panjangnya tergerai mengenai wajah pemuda ini. Hingga ia merasakan Aroma harum dari rambut halus itu.
Deg...deg...deg
Seketika Arsen merasa jantungnya bedetak dengan kencang, tubuhnya terasa panas seakan tak teraliri darah bagai kehabisan oksigen. Ada gejolak hebat di dalam sana. Dengan perlahan Arsen memegangi dadanya sambil terus menatap wajah Sarah. Jantungnya yang berdetak dengan cepat dan menggila, ia merasa ada seperti ada jutaan kembang api yang meledak di dalamnya. Senyuman yang tadi mereka hilang, merasa aneh dengan dadanya saat menatap wajah Sarah.
Melihat Arsen yang telah tak berdaya di bawah tindihan Sarah, membuat Erina dan Wina menggambil tindakan untuk menghentikkan perkelahian itu.
"Sudah Ra!" Erina melerai menarik tubuh putrinya untuk turun dan melepaskan Arsen.
"Lepaskan putraku." Wina menarik tubuh Sarah menjauh.
Erina berhasil menarik tubuh putrinya. "Lepaskan." Berontak Sarah ini adalah kesempatannya meluapkan semua rasa dendamnya atas semua yang di lakukan Arsen padanya. Namun Erina terus menariknya untuk pergi dari tempat itu.
Tubuh Sarah semakin menjauh dari Arsen yang berbaring di lantai, pemuda ini masih mematung tak bergerak sedikit pun matanya masih melihat Sarah dan tangannya masih meremmas dadanya yang bergetar ia tak mengerti ada apa dengan jantungnya.
"Ara, ayo kita pergi dari sini." Erina menarik tangan putrinya yang belum puas untuk menjauh.
"Ar, kamu ngak apa-apakan sayang?" Wina berjongkok menolong putranya yang termenung menatap Sarah yang semakin menjauh.
"Ar ... Ar .... " Panggil Wina menggoncang tubuh Arsen.
Arsen tersadar dari lamunanya kemudian dengan bantuan mamanya ia berdiri dengan wajah bingung tentang apa yang terjadi pada dirinya. Mengapa detak jantungnya seakan ingin lompat keluar saat melihat saudara tirinya.
"Kamu ngak apa-apakah sayang?" Wina memeriksa tubuh putranya terutama bagian leher yang tercekik oleh Sarah.
"Ngak apa-apa ma," ucapnya pelan bola matanya masih menatap arah bayangan saudara tirinya yang telah menghilang.
"Ayo kita pulang." Wina menarik tangan putranya meninggalkan tempat keributan.
***
Arsen dan Wina telah berada di mobil yang di kendarai oleh supir. Dalam perjalanan menuju pulang. Ibu dan anak ini duduk berdampingan di kursi belakang sepanjang perjalanan Wina terus mengoceh tentang masalah yang tadi terjadi pertemuan dengan musuhnya.
"Dasar ibu dan anak ngak tahu malu! Sama saja gilanya," oceh Wina sejak tadi namun tak di idahkan oleh putranya tak ada satu katapun yang di timpli oleh pemuda ini.
Sepanjang perjalanan Arsen hanya terdiam memasang wajah datar dan menyandarkan kepalanya miring. Pandangannya mengarah keluar menatap apa yang mobil lalui, entah mengapa isi kepalanya di penuhi wajah Sarah yang mendekat padanya, serta Sarah yang menindih tubuhnya terus terniang di pikirannya dan kenapa setiap mengingat nama dan wajah itu jantungnya berdetak dengan cepat. Arsen menarik nafas dalam seakan ia merasakan sesak dengan gejolak dalam dadanya.
"Kenapa aku ini? Ada apa dengan diriku? Ada apa dengan jantungku? ini pertama kalinya aku merasakan hal seperti," batin Asen kembali memegangi dadanya bingung dengan keadaan hatinya.
.
.
.
Ada Yang tahu Arsen kenapa?🤔
Like, coment, vote......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Coco
Arsen falling in love
2023-07-27
0
Erviana Erastus
otewe bucin loe arsen 😂😂😂😂
2022-12-30
0
PusatKecantikanBeauty
arsen mulai jatuh cinta dan bakalan makin seru ceritanya
2022-04-25
0