Sarah dan ibu Odah berada di dapur, dua wanita ini sedang sibuk mengatur rencana persiapan pesta kecil untuk merayakan pertambahan usia Bian. Pemuda yang begitu penting bagi mereka.
"Ara sayang, ibu pulang dulu ya! Ibu mau belanja keperluan ulang tahun Bian. Dia pasti memanggil teman tongkrongannya makan-makan di rumah besok. Kamu tahu kan teman Bian, kalau makan gratis cepat banget datangnya," pamit Odah tersenyum lembut pada gadis cantik yang sudah dianggapnya keluarga. Perempuan paruh baya ini telah memiliki rumah sendiri hasil jerih payahnya bertahun-tahun menjadi juru masak di keluarga Hutama jadi tak menetap di rumah ini.
"Ia, bu. Sarah juga mau bikin kue ulang tahun untuk Bian," ucap Sarah.
"Ibu yang masak makanan, kamu membuat kuenya!" Odah mengatur pembagian tugas mereka.
"Ia, bu serahkan semua sama Ara." Gadis ini tersenyum ceria lalu menunjukan dua jempolnya pada Odah.
Odah memeluk Sarah dengan sayang kemudian beranjak pergi meninggalkan dapur.
Setelah ibu Odah pergi. Sarah menyiapkan bahan membuat kue mulai tepung, telur dan lain-lainnya. Ia pun memakai celemek mulai membuat kue ulang tahun ulang tahun. Seperti biasa setiap tahun gadis ini akan membuat kue untuk Bian sebagai kado darinya. Senyum tak henti menghiasi wajahnya, ia sangat antusias kue yang di buat dengan penuh rasa cinta.
Sudah sejak lama Sarah memendam rasa cinta pada Bian pemuda yang begitu baik dan perhatian padanya. Walau pun semua orang mengatakan Bian biang onar yang meresahkan sekitar, tapi Sarah tak peduli. Ia nyaman dengan semua perlakuan Bian padanya. Kasih sayang dan perhatian yang pemuda ini curah padanya, membuat hatinya memiliki perasaan cinta untuk Bian. Tanpa melihat sisi buruk pemuda ini. Begitu pula dengan perasaan Bian, Sarah juga tahu di hati pemuda itu ada namanya, namun mereka lebih nyaman menjadi teman tapi mesra dari pada saling menyatakan cinta. Masing-masing mereka menutupi perasaan dan meyakini bahwa cinta yang mereka miliki sangat kuat, mereka tak akan terpisah dan kelak mereka akan bersatu dalam bahtera rumah tangga hanya tinggal menunggu waktu saja. Walau pun suatu saat nanti Bian menyatakan cintanya ia pun tak akan menolak untuk menjalin kasih.
Sarah menarik nafas lega setelah menghabiskan waktu lama membuat dan menghias setiap inci, kue itu akhirnya selesai. Kerja kerasnya telah berhasil tak sia-sia ia menghabiskan waktu berjam-jam menghias kue hingga jadilah cake cantik yang menggiurkan dan sekarang hanya tinggal menulis ucapan di atasnya.
Sarah duduk termenung menopang dagu dengan telapak tangannya, memperhatikan hasil maha karyanya dengan wajah berbinar, sekarang tinggal menulis ucapan dia atas cake itu hingga akhirnya sempurnalah semua. Lama ia berpikir ucapan apa yang akan ia tulis untuk orang yang spesial di hatinya itu yang telah menjadi malaikat pelindung, tempatnya bersandar dari semua masalah yang ia hadapi.
"Nulis ucapan apa ya di atas kue ulang tahun Bian," gumam Sarah terus menatap kuenya.
"Selamat ulang tahun sahabatku Bian," ucap Sarah lalu mengerucutkan bibirnya seakan tak terima hubungannya dengan Bian masih hanya sebatas sahabat.
"Masa selalu itu ini sih yang di tulis, sahabatku Bian," rancau Sarah bicara sendiri terus menatap kuenya dengan wajah cemberut.
"Coba selamat ulang tahun sayang kek, my love kek atau selamat ulang tahun pacarku," Sarah tersenyum malu-malu sendiri. Memikirkan jika memang pemuda itu menyatakan cintanya dan ia menjadi pacar Bian. " Duh kapan ya bisa nulis itu, di atas kue ulang tahun Bian." Terus bicara sendiri terlihat gila karena bicara di dengan kue ulang tahun.
"Apa lagi kalau bisa ... tulisannya selamat ulang tahun my husband atau suamiku tersayang pasti lucu, so sweet." Sarah terkekeh tertawa geli menutup wajahnya membayangkan kelak akan menulis itu di kue ulang tahun ini. Ia gemas sendiri dengan tingkahnya.
Sarah duduk di depan kuenya memikirkan kata-kata untuk Bian, sedangkan di luar biang kekacaun baru saja pulang ke rumah. Arsen duduk di meja makan membuat pelayan menjadi gelisa dan ketakutan berhadapan dengannya. Tuan arogan ini senang sekali memarahi pelayan dan tak segan memecat pelayan yang ada di rumah ini. Jika sesuatu tak sesuai keinginannya.
Suasana rumah selama seminggu akan mencekam jika tuan ini berada di rumah Hutama hanya amarah yang akan dia luapkan. Kerena itu pelayan lebih suka jika Arsen tak berada di rumah, setidaknya mereka akan tenang selama seminggu jika pemuda ini berada di rumah mamanya.
"Siapkan makan aku lapar!" perintah Arsen, karena ocehan Gerald tentang Sarah ia tak makan dengan baik tadi di kampus, akhirnya sekarang ia kelaparan.
Pelayan menjadi kalap tak biasanya tuan mereka meminta makan disaat masih sore seperti ini. Apalagi ibu Odah tidak ada, juru masak kesayangan Arsen. Namun mereka dengan cepat menghidangkan makanan untuk pemuda ini.
Setelah semua terhidang Arsen bersiap untuk menyantap makanan yang ada di depannya. Pemuda ini memegang sendok dan garpu mulai memasukkan makanan ke mulutnya namun baru suapan pertama.
"Makanan apa ini?" sembur Arsen. "Ini pasti bukan yang di masak ibu Odah!" bentak Arsen pada pelayan yang berdiri disamping meja makan. Membuat pelayan wanita ini cicit ketakutan.
"Maaf tuan, Anda benar masakan itu memang bukan di buat oleh bi Odah," tutur pelayan tertunduk.
"Mana dia? Aku ingin dia yang memasak untukku!" Suara Arsen meninggi.
"Bi Odah sudah pulang dari awal, ada urusan," jelas pelayan itu.
"Panggil dia memasak untukku," Saat ini suasana hati Arsen sedang buruk setelah tadi siang di kampus ia merayu saudara tirinya. Ia hanya ingin marah dan meluapkan kesalannya pada siapa pun. padahal sebenarnya ia tak mempermasalahkan masalah makanan.
Arsen berdiri memarahi semua pelayan meluapkan kemarahannya. Namun amarahnya terhenti saat ia mencium bau harum menggugah selerah dari arah dapur. Ia pun melangkahkan kakinya menuju dapur mencari sumber harum itu.
Arsen telah berada di dapur ia melihat punggung saudara tirinya yang duduk di kursi. Sarah masih menopang dagu berfikir keras terus menatap kuenya. memikirkan kata spesial untuk Bian hingga ia tak menyadari kehadiran Arsen yang berjalan di belakangnya.
"Anak tiri, ngapain di situ?" tegur Arsen lalu duduk di hadapan Sarah dengan meja makan sebagai sekat pemisah. Sarah tersentak mendengar suara musuhnya kemudian memasang wajah jengah ia tahu ini pasti tidak akan mudah menghadapi pemuda ini pasti akan mengejeknya.
"Wah...cantik juga. Kau yang membuatnya?" tanya Arsen matanya berbinar melihat kue yang cantik yang menguggah selera.
"Emm." Sarah mencebikkan bibirnya.
"Kau juga jago bikin kue? Sepertinya enak!" seru Arsen air liurnya seakan menetes melihat hasil maha karya Sarah. Lalu menyeringai menemukan ide untuk mengerjai Sarah. Ia tahu kue itu spesial dan di buat dalam waktu cukup lama. Ia akan kembali mengerjai saudara tirinya. Ia akan menghancurkan kue itu.
Mendengar perkataan Arsen Sarah seketika berdiri melindungi kue spesial yang telah berjam-jam ia menghiasnya dengan penuh kasih sayang dan ketelitian. Ia melingkarkan tangannya di depan kue itu mencoba menghindari dari ulah iseng Arsen, Sarah tahu pemuda ini pasti masih dendam dan mau menjahilinya.
"Hei tuan angkuh, untuk apa kau kemari, jangan macam-macam." Sarah menjadi panik sangat takut jika hasil kerja kerasnya akan di hancurkan Arsen.
Asren menatap sekelilingnya lalu menarik sudut bibirnya ketika melihat barang yang di cari. Ia pun berdiri meraih sendok lalu kembali duduk di tempatnya. Sarah yang melihat Arsen memegang sendok membuatnya semakin panik saja.
"Hei, tuan angkuh kau mau apa? Jangan dimakan! Ini bukan untukmu!" hardik Sarah masih mencoba melindungi kuenya dengan tangan. Ia sudah membuatnya dengan susah payah hanya untuk Bian, bahkan telah hampir 1 jam ia memikirkan kata spesial untuk Bian. Dia tidak akan membiarkan kuenya hancur karena ulah saudara tiri ini.
"Pelit banget sih! Sama saudara sendiri," ucap Arsen menyeringai. "Mau aku laporin pada ibu tiriku, kalau kamu itu pelit dengan saudaramu sendiri," ucap Arsen dengan lembut namun penuh penekanan dan ancaman.
Asren menelipis tangan Sarah, mendegar ucapan pemuda ini. Kembali gadis ini mengalah membiarkan kerja kerasnya di hancurkan Arsen.
Arsen menyendok kue ulang tahun yang rencananya untuk Bian. Lalu memakannya. Wajah Sarah memerah menahan amarah tak bisa dia sembunyikan membuat Arsen tersenyum penuh kemenangan.
"Sialan tuan angkuh ini, aku membuatnya dengan susah payah hanya untuk Bian tersayang, malah dia yang memakannya. Andai aku tahu dia yang memakannya aku beri obat pencuci perut atau aku racun tadi sekalian" batin Sarah dengan kesal.
"Lumayan juga rasanya," puji Arsen memakan sambil mengacak-acak bentuk kue tersebut dengan sendok.
Sarah hanya terdiam ingin rasanya ia melayangkan tendangan di wajah pemuda ini saking kesalnya. Namun ia tak bisa berbuat apa-apa.
"Anak tiri bapak kamu chef ya ... aku semakin penasaran dengan siapa ayahmu. Hebat juga dia punya anak jago balap, bisa bela diri, jago main basket, sekarang bisa bikin kue." Arsen kembali menghina orang tua Sarah. "Ck...ck atau jangan-jangan kau ini robot buatan jepang yang serba bisa," tutur Arsen membuat telinga Sarah menjadi panas mendengar sekarang ia bukan lagi anak jin tapi robot jepang.
"Aku yakin semua bakatmu ini dari ayahmu, bukan dari ibumu semoga bakat ibumu ngak turun padamu, soalnya ibu hanya bisa merusak kebahagian rumah tangga orang," hina Arsen mengucapkan dengan santai memasang wajah tanpa rasa bersalah bahwa hinaan sudah keterlaluan.
Sarah sudah kehilangan kendali dengan semua ocehan Arsen. "Diam kau, aku peringatkan jangan menghina orang tuaku atau kuhajar kau," ancam Sarah berdiri meraih kerah baju Arsen, tangannya telah menggantung siap melayang kepalan tangannya di wajah Arsen.
"Upps, marah lagi. Ayo pukul," tantang Arsen masih duduk dengan tenang. "Ibu tiriku pasti akan marah anak kesayangannya di pukuli oleh saudaranya." Arsen mengingatkan Sarah betapa kata-katanya sangat berpengaruh dalam rumah ini. Dan gadis ini akan mendapatkan kemarahan dari ibunya.
Sarah melepaskan kerah baju Arsen dengan kasar lalu kembali duduk. Senyum devil terbit di wajah Arsen merasa menang telak ia masih menyendok kue itu dan memakannya dengan santai tak memperdulikan kemarah Sarah. Sarah menatap tajam ke arah Arsen dengan kesal ia mengucapkan.
"Makanlah kue itu sepuasmu! Sebenarnya kue itu untuk pacarku dan aku telah meludahi adonannya agar ia semakin cinta padaku," dengus Sarah asal berbohong memberi pelajaran pada tuan sombong ini. Lalu berjalan meninggalkan Arsen dengan kesal gadis ini mengentakkan kakinya pergi menjauh.
Arsen membulatkan matanya mendengar kata-kata Sarah. "Apa! uwek...uwek." Arsen tersentak berdiri seketika menjadi mual memegangi perutnya. Terkaget mendengar ucapan Sarah kemudian memuntahkan kue yang ada di mulutnya.
"Anak tiri, Kau gila ya!" umpat Arsen berteriak tak terima dengan perlakuan saudara tirinya, menatap punggung Sarah yang semakin menjauh. Ia pun berlari ke kamar mandi akan memuntahkan kue yang telah ia makan.
.Bagus Sarah jangan mau aja di kerjain...😘
Makanya Tuan Arsen tuh mulut di jaga, jangan jutek banget😠. Seenaknya menghina orang kalah lagikan lawan Sarah😂😂
.Like, coment, vote....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Anonymous
novel nya bagus bangeetttt 👍👍👍 tapi kenapa yg like cuman sedikit😔
2022-06-08
1
Susi Andrianingsih Virgo
artis idola ku
2021-04-04
0
Maulina Kasih
ini mah bukan jutek tp judes...
2021-04-01
0