BAB 17

Selesai sarapan pagi Dinda pergi dari rumah. Ia masuk ke dalam mobil dan meraih ponselnya. Tiba-tiba saja gadis berparas cantik itu mendapatkan notifikasi pesan. Ia sengaja membuka pesan itu dan membacanya.

Isi pesan itu adalah

Kenapa kamu meneror calon istriku! Kalau kamu nggak suka dengan Kanaya. Jangan menerornya! Kamu tahu dia ketakutan melihat kepala hewan yang berlumur darah. Jika kamu menerornya lagi. Akan aku bawa kasus ini ke kepolisian.

Dinda tidak mau kalah dari Kanaya. Kemudian Dinda membalasnya, "Laporkan saja kepada polisi sana. Aku tidak takut sama laporan kamu itu! Aku tunggu nanti jam dua belas. Kalau laporan itu tidak sampai di mejaku. Berarti calon istrimu sialan itu yang akan ku laporkan sebagai pihak yang bersalah. Enak saja playing victim di depanmu. Dasar Budi setan!"

Dinda pun mengirim pesan itu ke nomor Budi. Dinda tidak peduli lagi dengan Budi. Ia sengaja mengibarkan bendera peperangan. Ia tidak akan mau menyerah pada keadaan.

Sementara itu, Budi yang sudah sampai di kantor langsung duduk di kursi kebesarannya. Ia meraih ponsel itu dan mendapatkan sebuah pesan dari Dinda. Ia membaca pesan tersebut kemudian menyuruh Tio masuk.

"Gue ngancem kok dia malah ngancem ya. Bukannya dia yang dulu mengirimkan kardus itu ke calon istri gue! Seenaknya dia ngomong kayak gitu sama gue! Ini nggak bisa dibiarkan. Gue harus ngomong sama pengacara. Agar pengacara itu bisa menyeret Dinda ke penjara."

Ceklek.

Pintu terbuka.

Tio segera masuk dan menghadap ke arah Budi. Tidak sengaja Tio melihat wajah Budi yang mulai geram. Tio pun berpikir sejenak dan merasakan hawa yang tidak enak. Setelah itu Tio bertanya, "Ada apa Tuan?''

"Tolong panggilkan Pak Agus ke sini! Aku ingin dia membuat laporan atas peneroran Kanaya," jawab Budi dengan tegas.

"Maaf tuan, jika berhubungan dengan Kanaya. Tuan besar dan nyonya besar tidak akan memberikan fasilitas kantor ini. Begitu juga pesan dari Nyonya Dinda. Nyonya Dinda tidak akan pernah menyetujui apapun yang diminta oleh Kanaya. Titik nggak pakai koma," balas Tio dengan tegas.

"Apa-apaan ini? Bisa-bisanya Dinda mencampuri urusanku!" teriak Budi yang tidak terima dengan perlakuan Dinda.

"Maaf tuan. Nyonya Dinda memiliki status yang sah dimata hukum dan negara. Nyonya Dinda adalah istri anda. Jadi Nyonya Dinda berhak dengan kehidupan anda. Saya tidak akan membantah apa yang telah diperintah oleh Nyonya Dinda. Karena ridho istri membuat para suami menjadi tambah sukses," jelas Tio yang membuat Budi mengambil jasnya lalu meraih kuncinya dan meninggalkannya sendirian.

Melihat kepergian Budi, Tio hanya bisa menghela nafasnya dengan kasar. Ia menggerutu dalam hati karena Budi tidak mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah.

Memiliki istri yang cantik, pintar, wibawa, bijaksana dan dermawan. Itulah impian Tio semenjak dahulu. Jika Dinda tidak dinikahi oleh Budi. Maka Tio akan melamarnya dan menikahinya. Meskipun barbar Tio tidak memperdulikannya. Justru sifat barbar itu membuat perempuan tidak terkena mental. Jika dihadapkan langsung oleh pelakor seperti Kanaya.

SM Company.

Dinda yang baru saja sampai di kantor langsung menyapa para karyawannya. Sedari dulu aktivitas seperti ini Dinda tidak pernah meninggalkannya. Ia termasuk bos paling murah senyum dan loyal. Ditambah lagi Dinda memiliki kecantikan dan rupawan. Banyak sekali pria-pria di kantor tersebut ingin mempersunting Dinda menjadi istrinya.

Namun siapa sangka Dinda sekarang sudah memiliki seorang suami. Bisa dikatakan lah Dinda itu memiliki suami gila. Namun Dinda tidak mempermasalahkan hal itu. Dinda membiarkan sampai di mana Budi bersama Kanaya. Dinda tidak akan pernah tinggal diam dan akan melakukan sesuatu. Itulah kenapa Dinda akan selalu memberontak pada perkataan Budi.

Sesampainya di ruangannya, Dinda menghempaskan bokongnya di kursi kebesarannya. Tak lama ada seorang pria tampan dan rupawan masuk ke dalam ruangan tersebut. Pria itu langsung menyapa, "Dinda."

Sontak saja Dinda terkejut dan tersenyum simpul. Ia menatap wajah pria itu dan menyapanya kembali, "Paman Herman."

"Selama aku tinggal beberapa minggu, Apakah ada kendala di kantor ini?" tanya Herman.

Beberapa saat kemudian Neti masuk ke dalam sambil membawa banyak berkas. Di sana Netty tidak mengetahui ada Herman di ruangannya Dinda. Lalu Netty menyodorkan dokumen itu di hadapan Dinda, "Nanti sore akan ada meeting dengan klien berasal dari Jepang."

"Bersama Tuan Tetsuyo?" tanya Dinda.

"Iya Bu," jawab Netty.

"Kalau meeting bersama Tetsuyo aku ikut," seru Herman.

Mata Netty membulat sempurna. Tak disangka Dinda kedatangan seorang tamu. Namun Herman tidak mempersalahkan jika Dinda masuk tanpa mengetuk pintu. Justru itu Herman orangnya welcome.

"Ada Pak Herman ya Bu?" tanya Netty.

"Tuh ada di belakangmu. Dia ke sini katanya ingin bertemu denganmu," jawab Dinda sambil meledek Netty dan Herman.

"Memangnya kamu tahu kalau aku sudah jadian sama Netty?" tanya Herman.

"Ya tahulah. Masa nggak tahu sama sekali Jika sahabatnya berpacaran dengan pamannya sendiri. Jangan jadi orang kudet," jawab Dinda sambil tersenyum manis.

"Ya udah. Jaga rahasia ini jangan sampai bocor ke anak kantor. Aku nggak mau asistenmu itu di-bully sama mereka," pinta Herman.

"Aish... Bukannya itu adalah kabar bahagia?" tanya Dinda yang tidak mengerti maksud Herman.

"Kamu tahu, Aku memiliki ketampanan yang paripurna. Banyak wanita yang di sini mengejar-ngejarku untuk dijadikan seorang kekasih. Tapi mereka tidak bisa mendapatkanku begitu saja," jawab Herman sambil tersenyum kocak.

"Kamu itu sangat narsis sekali," kesel Dinda.

Herman dan Netty tertawa menatap Dinda. Memang Dinda orangnya terlalu jujur Jika mengatakan sesuatu. Lalu mereka berhenti tertawa karena ada telepon masuk.

"Sebentar guys, ada telepon masuk," ucap Dinda sambil mengangkat desk phone.

Tanpa berpamitan Netty langsung keluar. Beberapa saat kemudian Dinda terkejut. Karena di bawah ada Budi yang sudah menunggunya. Tak lama Dinda menyuruhnya naik ke atas.

"Ada apa?" tanya Herman.

Sambil membetulkan bajunya, Dinda menjawab, "Ada Budiman di bawah."

Sontak saja Herman terkejut. Mendengar nama Budiman, darahnya mulai mendidih. Ia tidak menyangka kalau dirinya bertemu dengan musuh bebuyutannya itu. Herman menatap tajam ke arah Dinda, "Kenapa Budiman itu masuk ke dalam kantormu ini?"

"Mungkin saja karena teror pagi tadi," jawab Dinda.

"Maksud kamu apa?" tanya Herman sekali lagi.

"Aku mendapatkan teror dari Kanaya. Dia mengirimkan kepala boneka yang berbentuk anjing. Namun di kepalanya itu banyak darah. Ibu sama ayah sangat ketakutan sekali," jawab Dinda.

"Kanaya?" tanya Herman sambil menatap mata Dinda.

"Ya... Dia playing victim dan mengadukan masalah ini ke Budiman. Kamu tahu ini sangat lucu sekali. Aku malah dituduh sebagai pelaku utamanya," jawab Dinda yang membuat Herman menggelengkan kepalanya.

"Pasti kamu mengirimkannya ke rumah Kanaya?" tanya Herman sambil menyandarkan tubuhnya di sofa.

Episodes
1 BAB 1
2 BAB 2
3 BAB 3
4 BAB 4
5 BAB 5
6 BAB 6
7 BAB 7
8 BAB 8
9 BAB 9
10 BAB 10
11 BAB 11
12 BAB 12
13 BAB 13
14 BAB 14
15 BAB 15
16 BAB 16
17 BAB 17
18 BAB 18
19 BAB 19
20 BAB 20
21 BAB 21
22 BAB 22
23 BAB 23
24 BAB 24
25 BAB 25
26 BAB 26
27 BAB 27
28 BAB 28
29 BAB 29
30 BAB 30
31 BAB 31
32 BAB 32
33 BAB 33
34 BAB 34
35 BAB 35
36 BAB 36
37 BAB 37
38 BAB 38
39 BAB 39
40 BAB 40
41 BAB 41
42 BAB 42
43 BAB 43
44 BAB 44
45 BAB 45
46 BAB 46
47 BAB 47
48 BAB 48
49 BAB 49
50 BAB 50
51 BAB 51
52 BAB 52
53 BAB 53
54 BAB 54
55 BAB 55
56 BAB 56
57 BAB 57
58 BAB 58
59 BAB 59
60 BAB 60
61 BAB 61
62 BAB 62
63 BAB 63
64 BAB 64
65 BAB 65
66 BAB 66
67 BAB 67
68 BAB 68
69 BAB 69
70 BAB 70
71 BAB 71
72 BAB 72
73 BAB 73
74 BAB 74
75 BAB 75
76 BAB 76
77 BAB 77
78 BAB 78
79 BAB 79
80 BAB 80
81 BAB 81
82 BAB 82
83 BAB 83
84 BAB 84
85 BAB 85
86 BAB 86
87 BAB 87
88 BAB 88
89 BAB 89
90 BAB 90
91 BAB 91
92 BAB 92
93 BAB 93
94 BAB 94
95 BAB 95
96 BAB 96
97 BAB 97
98 BAB 98
99 BAB 99
100 BAB 100
101 BAB 101
102 BAB 102
103 BAB 103
104 BAB 104
105 BAB 105
106 BAB 106
107 BAB 107
108 BAB 108
109 BAB 109
110 BAB 110
111 BAB 111
112 BAB 112
113 BAB 113
114 BAB 114
115 BAB 115
116 BAB 116
117 BAB 117
118 BAB 118
119 BAB 119
120 BAB 120
121 BAB 121
122 BAB 122
123 BAB 123
124 BAB 124
125 BAB 125
126 BAB 126
127 BAB 127
128 BAB 128
129 BAB 129
130 BAB 130
131 BAB 131
132 BAB 132
133 BAB 133
134 BAB 134
135 BAB 135
136 BAB 136
137 BAB 137
138 BAB 138
139 BAB 139
140 BAB 140
141 BAB 141
142 BAB 142
143 BAB 143
144 BAB 144
145 BAB 145
146 BAB 146
147 BAB 147
148 BAB 148
149 BAB 149
150 BAB 150
151 BAB 151
152 BAB 152
153 BAB 153
154 BAB 154
155 BAB 155
156 BAB 156
157 BAB 157
158 BAB 158
159 BAB 159
160 BAB 160
161 BAB 161
162 BAB 162
163 BAB 163
164 BAB 164
165 BAB 165
166 BAB 166
167 BAB 167
168 BAB 168
169 BAB 169
170 BAB 170
171 BAB 171
172 BAB 172
173 BAB 173
174 BAB 174
175 BAB 175
176 BAB 176
177 BAB 177
178 BAB 178
179 BAB 179
180 BAB 180
181 BAB 181
182 BAB 182
183 BAB 183
184 BAB 184
185 BAB 185
186 BAB 186
187 BAB 187
188 BAB 188
189 BAB 189
190 BAB 190
191 BAB 191
192 BAB 192
193 BAB 193
194 BAB 194
195 BAB 195
196 BAB 196
197 BAB 197
198 BAB 198
199 BAB 199
200 BAB 200
201 BAB 201
202 BAB 202
203 BAB 203
204 BAB 204
205 BAB 205
206 BAB 206
207 BAB 207
208 BAB 208
209 BAB 209
210 BAB 210
Episodes

Updated 210 Episodes

1
BAB 1
2
BAB 2
3
BAB 3
4
BAB 4
5
BAB 5
6
BAB 6
7
BAB 7
8
BAB 8
9
BAB 9
10
BAB 10
11
BAB 11
12
BAB 12
13
BAB 13
14
BAB 14
15
BAB 15
16
BAB 16
17
BAB 17
18
BAB 18
19
BAB 19
20
BAB 20
21
BAB 21
22
BAB 22
23
BAB 23
24
BAB 24
25
BAB 25
26
BAB 26
27
BAB 27
28
BAB 28
29
BAB 29
30
BAB 30
31
BAB 31
32
BAB 32
33
BAB 33
34
BAB 34
35
BAB 35
36
BAB 36
37
BAB 37
38
BAB 38
39
BAB 39
40
BAB 40
41
BAB 41
42
BAB 42
43
BAB 43
44
BAB 44
45
BAB 45
46
BAB 46
47
BAB 47
48
BAB 48
49
BAB 49
50
BAB 50
51
BAB 51
52
BAB 52
53
BAB 53
54
BAB 54
55
BAB 55
56
BAB 56
57
BAB 57
58
BAB 58
59
BAB 59
60
BAB 60
61
BAB 61
62
BAB 62
63
BAB 63
64
BAB 64
65
BAB 65
66
BAB 66
67
BAB 67
68
BAB 68
69
BAB 69
70
BAB 70
71
BAB 71
72
BAB 72
73
BAB 73
74
BAB 74
75
BAB 75
76
BAB 76
77
BAB 77
78
BAB 78
79
BAB 79
80
BAB 80
81
BAB 81
82
BAB 82
83
BAB 83
84
BAB 84
85
BAB 85
86
BAB 86
87
BAB 87
88
BAB 88
89
BAB 89
90
BAB 90
91
BAB 91
92
BAB 92
93
BAB 93
94
BAB 94
95
BAB 95
96
BAB 96
97
BAB 97
98
BAB 98
99
BAB 99
100
BAB 100
101
BAB 101
102
BAB 102
103
BAB 103
104
BAB 104
105
BAB 105
106
BAB 106
107
BAB 107
108
BAB 108
109
BAB 109
110
BAB 110
111
BAB 111
112
BAB 112
113
BAB 113
114
BAB 114
115
BAB 115
116
BAB 116
117
BAB 117
118
BAB 118
119
BAB 119
120
BAB 120
121
BAB 121
122
BAB 122
123
BAB 123
124
BAB 124
125
BAB 125
126
BAB 126
127
BAB 127
128
BAB 128
129
BAB 129
130
BAB 130
131
BAB 131
132
BAB 132
133
BAB 133
134
BAB 134
135
BAB 135
136
BAB 136
137
BAB 137
138
BAB 138
139
BAB 139
140
BAB 140
141
BAB 141
142
BAB 142
143
BAB 143
144
BAB 144
145
BAB 145
146
BAB 146
147
BAB 147
148
BAB 148
149
BAB 149
150
BAB 150
151
BAB 151
152
BAB 152
153
BAB 153
154
BAB 154
155
BAB 155
156
BAB 156
157
BAB 157
158
BAB 158
159
BAB 159
160
BAB 160
161
BAB 161
162
BAB 162
163
BAB 163
164
BAB 164
165
BAB 165
166
BAB 166
167
BAB 167
168
BAB 168
169
BAB 169
170
BAB 170
171
BAB 171
172
BAB 172
173
BAB 173
174
BAB 174
175
BAB 175
176
BAB 176
177
BAB 177
178
BAB 178
179
BAB 179
180
BAB 180
181
BAB 181
182
BAB 182
183
BAB 183
184
BAB 184
185
BAB 185
186
BAB 186
187
BAB 187
188
BAB 188
189
BAB 189
190
BAB 190
191
BAB 191
192
BAB 192
193
BAB 193
194
BAB 194
195
BAB 195
196
BAB 196
197
BAB 197
198
BAB 198
199
BAB 199
200
BAB 200
201
BAB 201
202
BAB 202
203
BAB 203
204
BAB 204
205
BAB 205
206
BAB 206
207
BAB 207
208
BAB 208
209
BAB 209
210
BAB 210

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!