BAB 2

"Iya Bu," jawab Dinda sambil menatap sang ibu. "Ada apa Bu?"

"Kemarilah. Ibu mau ngomong sebentar sama kamu," jawab Tia yang menyuruh Dinda mendekatinya.

Dinda mendekati Tia lalu memandang wajahnya. Dinda menatap wajah sayu sang Ibu sambil bertanya, "Ada apa Bu?"

"Kamu kan sudah menikah. Kamu harus melayani Budiman dengan baik. Meskipun Budiman jarang bicara. Ibu mau kamu jadi wanita yang manis. Sikap barbar mu harus dibuang jauh. Ibu nggak mau jika Budiman laporan jelek tentangmu," jawab Tia yang memberikan nasehat agar Dinda menurut dengan Budiman.

Langsung Dinda memasang wajah boringnya. Ia tidak akan mau menurut apa kata Budiman. Memangnya dirinya akan tunduk sama si kulkas berjalan itu. Tidak semudah itu. Enak saja kalau dirinya sampai tunduk ke Budiman. Cepat atau lambat Budiman harus tunduk kepada dirinya.

"Baik ma. Aku paham. Tapi untuk saat ini aku harus sibuk di perusahaan. Perusahaanku akan menelurkan produk baru. Yaitu ikan makarel ku masukkan dalam kaleng dan dijual ke luar," jawab Dinda yang tidak akan pernah mau nurut keinginan Budiman.

"Ingatlah. Kamu harus pulang ke rumah suamimu. Ibu akan menyegel apartemen kamu. Jika kamu pulang ke sana," Tia memberikan peringatan untuk Dinda agar tidak pulang ke apartemennya.

Jujur Dinda sangat malas sekali berdebat dengan sang ibu. Ia merasa dirinya dipaksa menikah dengan Budiman. Jika Dinda boleh milih, Dinda akan memilih seorang pria yang memiliki kriteria yang pantas dijadikan suaminya itu. Namun apa daya, kedua orang tuanya sudah memberikan jodoh yang cocok untuknya.

Mau tidak mau Dinda masuk ke dalam sambil membawa air mineral. Ia tidak menyangka melihat Budi sedang sibuk dengan laptopnya itu.

"Jika kamu nggak mau ngomong ya sudah. Aku juga nggak rugi Jika kamu tidak mengeluarkan suaramu itu. Justru itu kamu sudah merenggut kebebasanku. Mulai sekarang kamu berada di tanganku. Dan satu lagi aku tidak akan mau tunduk dengan peraturan-peraturan yang kamu buat seperti di novel-novel online itu! Apakah kamu paham Mr Budiman!" tegas Dinda yang hidupnya tidak mau diatur sama sekali.

"Oh, bagus itu. Ternyata kamu sadar diri ya. Kenapa kamu malah menerima lamaran dari orang tuaku?" tanya Budi yang tidak beranjak dari posisinya itu.

"Oh jadi begitu seorang suami yang tidak menghormati istrinya! Kamu mau tahu, apa alasanku menerima lamaran kedua orang tuamu!" jawab Dinda yang mulai mematik korek peperangan.

"Jangan bilang kamu kasihan sama aku," ucap Budi yang tidak melihat wajah Dinda sama sekali.

"Oh.... Percaya diri sekali kamu. Ternyata kamu itu kulkas berjalan yang memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi. Maaf Mr. Budiman anda salah. Saya sangat menghormati orang tua anda. Karena saya adalah teman dari adik anda yang bernama Andara. Dan satu lagi gara-gara kamu aku tidak jadi berangkat ke Harvard university untuk menempuh S3-ku. Apakah kamu mengerti akan hal itu?" tanya Dinda yang tidak terima dengan pernikahan ini.

"Kalau kamu mau pergi pergilah! Aku tidak memperdulikan pernikahan ini! Jangan pernah kembali lagi kepadaku!" geram Budi.

"Bener-bener deh. Aku menikahi seorang pria sialan sepertimu. Jujur kalau aku boleh memilih. Kamu tidak masuk ke dalam kriteriaku. Dengan senang hati aku akan tetap berada di sampingmu. Karena amanah dari kedua orang tuamu harus aku lakukan. Jika kamu nggak suka ya nggak apa-apa. Aku nggak peduli soal itu. Lagian juga aku nggak akan pernah mau mencampuri urusan kamu. Camkan itu Mr. Budiman," jelas Dinda yang membuat Budiman frustrasi.

"Baiklah. Jadi aku akan membuat suatu perjanjian yang di mana kamu tidak boleh mencampuri semua urusanku. Kamu boleh tinggal di rumahku. Asalkan kamar kita berbeda. Dan satu lagi, Kamu tidak akan pernah menyentuhku sama sekali. Karena aku sudah memiliki kekasih. Apakah kamu paham soal itu?" tanya Budiman yang masih asik dengan layar laptopnya itu.

"Sepertinya kekasihmu itu adalah seorang kuntilanak. Yang di mana kamu membawanya setiap malam untuk memuaskan nafsumu itu. Jujur kekasihmu itu adalah seorang wanita yang ingin menguasai hartamu itu. Tapi kamu itu sangat bodoh sekali. Jika aku tinggal di sana. Aku yang akan menentukan kekasihmu itu bisa masuk apa tidak!" ancam Dinda yang benar-benar ingin menciptakan suasana rumah yang hangat tanpa seorang pelakor.

Terus terang saja Budiman sangat terkejut atas Adinda yang sudah berani mengatur hidupnya. Bisa-bisanya Dinda hidupnya menjadi hancur seketika. Tapi Budiman tidak akan menyerah. Ia akan melakukan sesuatu untuk menyingkirkan Adinda dari rumah.

"Oke kalau begitu. Aku setuju apa yang kamu mau," Budiman mengeluarkan suaranya dengan nada tegas.

"Ada udang dibalik batu. Sepertinya kamu sedang merencanakan sesuatu. Okelah... Sebentar lagi laksanakan rencanamu. Aku yakin kamu tidak akan berhasil sama sekali. Karena aku adalah Adinda sang gadis barbar yang tidak bisa tersentuh olehmu," Dinda tersenyum manis tapi mengerikan buat Budiman.

Budiman langsung tercekat tenggorokannya. Bagaimana bisa gadis itu langsung membaca pikirannya. Ia mulai frustrasi menghadapi Dinda. Kalau sudah ketahuan begini, dengan terpaksa dirinya akan melakukan rencana demi rencana untuk menyingkirkan Adinda.

"Mari kita bermain dengan indah. Siapa dulu yang akan tersingkir dari rumah ini? Aku atau kekasih kuntilanak kamu itu!" tegas Dinda.

Setelah berakhirnya perdebatan itu, Dinda memutuskan untuk mengerjakan laporan. Ia sudah tidak mempedulikannya lagi. Memang Dinda adalah gadis barbar. Namun dirinya sangat membenci keadaan ini.

Laporan demi laporan akhirnya selesai juga. Dinda memutuskan untuk tidur di sofa. Ia memang mempersilakan Budi tidur di ranjang king size nya itu.

Pagi yang cerah di kota S. Seorang gadis sedang menikmati teh hijau di taman. Gadis itu meraih ponselnya dan melihat kotak pesan. Namun dirinya tidak menemukan sesuatu di kotak pesan tersebut. Gadis itu sangat gelisah menanti pesan dari temannya itu.

"Apakah Dinda baik-baik saja menghadapi kulkas berjalan itu?" gumam gadis itu hingga terdengar ke telinga sang ibunda.

"Ibu ndak tahu. Bagaimana kabar Dinda sekarang? Apakah Dinda tertindas oleh kakakmu itu? Jangan sampai Dinda pulang-pulang ke sini menangis meratapi nasibnya," jawab ibu Kamila nama ibunda Budiman.

Seketika gadis itu matanya membelalak sempurna. Ia lupa kalau temannya itu memiliki jiwa barbar. Gadis itu menatap wajah sang ibu sambil menata kata demi kata.

Melihat sang anak sedang menatapnya, Kamila menegurnya, "Kamu kenapa Andara? Sepertinya kamu sangat bingung sekali."

"Maaf Bu. Aku melupakan sesuatu. Ibu jangan marah ya soal ini. Apalagi marah kepada Adinda. Memang aku salah yang telah memberikan Adinda kepada ibu untuk dijadikan istri dari Kak Budiman," jawab Andara yang mulai ketakutan.

"Memangnya ada apa? Kok kamu tiba-tiba saja takut? Ada apa dengan Adinda? Apakah kamu memiliki salah sama dia?" tanya Kamila yang khawatir dengan hubungan sang putri dan menantunya itu.

Episodes
1 BAB 1
2 BAB 2
3 BAB 3
4 BAB 4
5 BAB 5
6 BAB 6
7 BAB 7
8 BAB 8
9 BAB 9
10 BAB 10
11 BAB 11
12 BAB 12
13 BAB 13
14 BAB 14
15 BAB 15
16 BAB 16
17 BAB 17
18 BAB 18
19 BAB 19
20 BAB 20
21 BAB 21
22 BAB 22
23 BAB 23
24 BAB 24
25 BAB 25
26 BAB 26
27 BAB 27
28 BAB 28
29 BAB 29
30 BAB 30
31 BAB 31
32 BAB 32
33 BAB 33
34 BAB 34
35 BAB 35
36 BAB 36
37 BAB 37
38 BAB 38
39 BAB 39
40 BAB 40
41 BAB 41
42 BAB 42
43 BAB 43
44 BAB 44
45 BAB 45
46 BAB 46
47 BAB 47
48 BAB 48
49 BAB 49
50 BAB 50
51 BAB 51
52 BAB 52
53 BAB 53
54 BAB 54
55 BAB 55
56 BAB 56
57 BAB 57
58 BAB 58
59 BAB 59
60 BAB 60
61 BAB 61
62 BAB 62
63 BAB 63
64 BAB 64
65 BAB 65
66 BAB 66
67 BAB 67
68 BAB 68
69 BAB 69
70 BAB 70
71 BAB 71
72 BAB 72
73 BAB 73
74 BAB 74
75 BAB 75
76 BAB 76
77 BAB 77
78 BAB 78
79 BAB 79
80 BAB 80
81 BAB 81
82 BAB 82
83 BAB 83
84 BAB 84
85 BAB 85
86 BAB 86
87 BAB 87
88 BAB 88
89 BAB 89
90 BAB 90
91 BAB 91
92 BAB 92
93 BAB 93
94 BAB 94
95 BAB 95
96 BAB 96
97 BAB 97
98 BAB 98
99 BAB 99
100 BAB 100
101 BAB 101
102 BAB 102
103 BAB 103
104 BAB 104
105 BAB 105
106 BAB 106
107 BAB 107
108 BAB 108
109 BAB 109
110 BAB 110
111 BAB 111
112 BAB 112
113 BAB 113
114 BAB 114
115 BAB 115
116 BAB 116
117 BAB 117
118 BAB 118
119 BAB 119
120 BAB 120
121 BAB 121
122 BAB 122
123 BAB 123
124 BAB 124
125 BAB 125
126 BAB 126
127 BAB 127
128 BAB 128
129 BAB 129
130 BAB 130
131 BAB 131
132 BAB 132
133 BAB 133
134 BAB 134
135 BAB 135
136 BAB 136
137 BAB 137
138 BAB 138
139 BAB 139
140 BAB 140
141 BAB 141
142 BAB 142
143 BAB 143
144 BAB 144
145 BAB 145
146 BAB 146
147 BAB 147
148 BAB 148
149 BAB 149
150 BAB 150
151 BAB 151
152 BAB 152
153 BAB 153
154 BAB 154
155 BAB 155
156 BAB 156
157 BAB 157
158 BAB 158
159 BAB 159
160 BAB 160
161 BAB 161
162 BAB 162
163 BAB 163
164 BAB 164
165 BAB 165
166 BAB 166
167 BAB 167
168 BAB 168
169 BAB 169
170 BAB 170
171 BAB 171
172 BAB 172
173 BAB 173
174 BAB 174
175 BAB 175
176 BAB 176
177 BAB 177
178 BAB 178
179 BAB 179
180 BAB 180
181 BAB 181
182 BAB 182
183 BAB 183
184 BAB 184
185 BAB 185
186 BAB 186
187 BAB 187
188 BAB 188
189 BAB 189
190 BAB 190
191 BAB 191
192 BAB 192
193 BAB 193
194 BAB 194
195 BAB 195
196 BAB 196
197 BAB 197
198 BAB 198
199 BAB 199
200 BAB 200
201 BAB 201
202 BAB 202
203 BAB 203
204 BAB 204
205 BAB 205
206 BAB 206
207 BAB 207
208 BAB 208
209 BAB 209
210 BAB 210
Episodes

Updated 210 Episodes

1
BAB 1
2
BAB 2
3
BAB 3
4
BAB 4
5
BAB 5
6
BAB 6
7
BAB 7
8
BAB 8
9
BAB 9
10
BAB 10
11
BAB 11
12
BAB 12
13
BAB 13
14
BAB 14
15
BAB 15
16
BAB 16
17
BAB 17
18
BAB 18
19
BAB 19
20
BAB 20
21
BAB 21
22
BAB 22
23
BAB 23
24
BAB 24
25
BAB 25
26
BAB 26
27
BAB 27
28
BAB 28
29
BAB 29
30
BAB 30
31
BAB 31
32
BAB 32
33
BAB 33
34
BAB 34
35
BAB 35
36
BAB 36
37
BAB 37
38
BAB 38
39
BAB 39
40
BAB 40
41
BAB 41
42
BAB 42
43
BAB 43
44
BAB 44
45
BAB 45
46
BAB 46
47
BAB 47
48
BAB 48
49
BAB 49
50
BAB 50
51
BAB 51
52
BAB 52
53
BAB 53
54
BAB 54
55
BAB 55
56
BAB 56
57
BAB 57
58
BAB 58
59
BAB 59
60
BAB 60
61
BAB 61
62
BAB 62
63
BAB 63
64
BAB 64
65
BAB 65
66
BAB 66
67
BAB 67
68
BAB 68
69
BAB 69
70
BAB 70
71
BAB 71
72
BAB 72
73
BAB 73
74
BAB 74
75
BAB 75
76
BAB 76
77
BAB 77
78
BAB 78
79
BAB 79
80
BAB 80
81
BAB 81
82
BAB 82
83
BAB 83
84
BAB 84
85
BAB 85
86
BAB 86
87
BAB 87
88
BAB 88
89
BAB 89
90
BAB 90
91
BAB 91
92
BAB 92
93
BAB 93
94
BAB 94
95
BAB 95
96
BAB 96
97
BAB 97
98
BAB 98
99
BAB 99
100
BAB 100
101
BAB 101
102
BAB 102
103
BAB 103
104
BAB 104
105
BAB 105
106
BAB 106
107
BAB 107
108
BAB 108
109
BAB 109
110
BAB 110
111
BAB 111
112
BAB 112
113
BAB 113
114
BAB 114
115
BAB 115
116
BAB 116
117
BAB 117
118
BAB 118
119
BAB 119
120
BAB 120
121
BAB 121
122
BAB 122
123
BAB 123
124
BAB 124
125
BAB 125
126
BAB 126
127
BAB 127
128
BAB 128
129
BAB 129
130
BAB 130
131
BAB 131
132
BAB 132
133
BAB 133
134
BAB 134
135
BAB 135
136
BAB 136
137
BAB 137
138
BAB 138
139
BAB 139
140
BAB 140
141
BAB 141
142
BAB 142
143
BAB 143
144
BAB 144
145
BAB 145
146
BAB 146
147
BAB 147
148
BAB 148
149
BAB 149
150
BAB 150
151
BAB 151
152
BAB 152
153
BAB 153
154
BAB 154
155
BAB 155
156
BAB 156
157
BAB 157
158
BAB 158
159
BAB 159
160
BAB 160
161
BAB 161
162
BAB 162
163
BAB 163
164
BAB 164
165
BAB 165
166
BAB 166
167
BAB 167
168
BAB 168
169
BAB 169
170
BAB 170
171
BAB 171
172
BAB 172
173
BAB 173
174
BAB 174
175
BAB 175
176
BAB 176
177
BAB 177
178
BAB 178
179
BAB 179
180
BAB 180
181
BAB 181
182
BAB 182
183
BAB 183
184
BAB 184
185
BAB 185
186
BAB 186
187
BAB 187
188
BAB 188
189
BAB 189
190
BAB 190
191
BAB 191
192
BAB 192
193
BAB 193
194
BAB 194
195
BAB 195
196
BAB 196
197
BAB 197
198
BAB 198
199
BAB 199
200
BAB 200
201
BAB 201
202
BAB 202
203
BAB 203
204
BAB 204
205
BAB 205
206
BAB 206
207
BAB 207
208
BAB 208
209
BAB 209
210
BAB 210

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!