"Iya Bu," jawab Dinda sambil menatap sang ibu. "Ada apa Bu?"
"Kemarilah. Ibu mau ngomong sebentar sama kamu," jawab Tia yang menyuruh Dinda mendekatinya.
Dinda mendekati Tia lalu memandang wajahnya. Dinda menatap wajah sayu sang Ibu sambil bertanya, "Ada apa Bu?"
"Kamu kan sudah menikah. Kamu harus melayani Budiman dengan baik. Meskipun Budiman jarang bicara. Ibu mau kamu jadi wanita yang manis. Sikap barbar mu harus dibuang jauh. Ibu nggak mau jika Budiman laporan jelek tentangmu," jawab Tia yang memberikan nasehat agar Dinda menurut dengan Budiman.
Langsung Dinda memasang wajah boringnya. Ia tidak akan mau menurut apa kata Budiman. Memangnya dirinya akan tunduk sama si kulkas berjalan itu. Tidak semudah itu. Enak saja kalau dirinya sampai tunduk ke Budiman. Cepat atau lambat Budiman harus tunduk kepada dirinya.
"Baik ma. Aku paham. Tapi untuk saat ini aku harus sibuk di perusahaan. Perusahaanku akan menelurkan produk baru. Yaitu ikan makarel ku masukkan dalam kaleng dan dijual ke luar," jawab Dinda yang tidak akan pernah mau nurut keinginan Budiman.
"Ingatlah. Kamu harus pulang ke rumah suamimu. Ibu akan menyegel apartemen kamu. Jika kamu pulang ke sana," Tia memberikan peringatan untuk Dinda agar tidak pulang ke apartemennya.
Jujur Dinda sangat malas sekali berdebat dengan sang ibu. Ia merasa dirinya dipaksa menikah dengan Budiman. Jika Dinda boleh milih, Dinda akan memilih seorang pria yang memiliki kriteria yang pantas dijadikan suaminya itu. Namun apa daya, kedua orang tuanya sudah memberikan jodoh yang cocok untuknya.
Mau tidak mau Dinda masuk ke dalam sambil membawa air mineral. Ia tidak menyangka melihat Budi sedang sibuk dengan laptopnya itu.
"Jika kamu nggak mau ngomong ya sudah. Aku juga nggak rugi Jika kamu tidak mengeluarkan suaramu itu. Justru itu kamu sudah merenggut kebebasanku. Mulai sekarang kamu berada di tanganku. Dan satu lagi aku tidak akan mau tunduk dengan peraturan-peraturan yang kamu buat seperti di novel-novel online itu! Apakah kamu paham Mr Budiman!" tegas Dinda yang hidupnya tidak mau diatur sama sekali.
"Oh, bagus itu. Ternyata kamu sadar diri ya. Kenapa kamu malah menerima lamaran dari orang tuaku?" tanya Budi yang tidak beranjak dari posisinya itu.
"Oh jadi begitu seorang suami yang tidak menghormati istrinya! Kamu mau tahu, apa alasanku menerima lamaran kedua orang tuamu!" jawab Dinda yang mulai mematik korek peperangan.
"Jangan bilang kamu kasihan sama aku," ucap Budi yang tidak melihat wajah Dinda sama sekali.
"Oh.... Percaya diri sekali kamu. Ternyata kamu itu kulkas berjalan yang memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi. Maaf Mr. Budiman anda salah. Saya sangat menghormati orang tua anda. Karena saya adalah teman dari adik anda yang bernama Andara. Dan satu lagi gara-gara kamu aku tidak jadi berangkat ke Harvard university untuk menempuh S3-ku. Apakah kamu mengerti akan hal itu?" tanya Dinda yang tidak terima dengan pernikahan ini.
"Kalau kamu mau pergi pergilah! Aku tidak memperdulikan pernikahan ini! Jangan pernah kembali lagi kepadaku!" geram Budi.
"Bener-bener deh. Aku menikahi seorang pria sialan sepertimu. Jujur kalau aku boleh memilih. Kamu tidak masuk ke dalam kriteriaku. Dengan senang hati aku akan tetap berada di sampingmu. Karena amanah dari kedua orang tuamu harus aku lakukan. Jika kamu nggak suka ya nggak apa-apa. Aku nggak peduli soal itu. Lagian juga aku nggak akan pernah mau mencampuri urusan kamu. Camkan itu Mr. Budiman," jelas Dinda yang membuat Budiman frustrasi.
"Baiklah. Jadi aku akan membuat suatu perjanjian yang di mana kamu tidak boleh mencampuri semua urusanku. Kamu boleh tinggal di rumahku. Asalkan kamar kita berbeda. Dan satu lagi, Kamu tidak akan pernah menyentuhku sama sekali. Karena aku sudah memiliki kekasih. Apakah kamu paham soal itu?" tanya Budiman yang masih asik dengan layar laptopnya itu.
"Sepertinya kekasihmu itu adalah seorang kuntilanak. Yang di mana kamu membawanya setiap malam untuk memuaskan nafsumu itu. Jujur kekasihmu itu adalah seorang wanita yang ingin menguasai hartamu itu. Tapi kamu itu sangat bodoh sekali. Jika aku tinggal di sana. Aku yang akan menentukan kekasihmu itu bisa masuk apa tidak!" ancam Dinda yang benar-benar ingin menciptakan suasana rumah yang hangat tanpa seorang pelakor.
Terus terang saja Budiman sangat terkejut atas Adinda yang sudah berani mengatur hidupnya. Bisa-bisanya Dinda hidupnya menjadi hancur seketika. Tapi Budiman tidak akan menyerah. Ia akan melakukan sesuatu untuk menyingkirkan Adinda dari rumah.
"Oke kalau begitu. Aku setuju apa yang kamu mau," Budiman mengeluarkan suaranya dengan nada tegas.
"Ada udang dibalik batu. Sepertinya kamu sedang merencanakan sesuatu. Okelah... Sebentar lagi laksanakan rencanamu. Aku yakin kamu tidak akan berhasil sama sekali. Karena aku adalah Adinda sang gadis barbar yang tidak bisa tersentuh olehmu," Dinda tersenyum manis tapi mengerikan buat Budiman.
Budiman langsung tercekat tenggorokannya. Bagaimana bisa gadis itu langsung membaca pikirannya. Ia mulai frustrasi menghadapi Dinda. Kalau sudah ketahuan begini, dengan terpaksa dirinya akan melakukan rencana demi rencana untuk menyingkirkan Adinda.
"Mari kita bermain dengan indah. Siapa dulu yang akan tersingkir dari rumah ini? Aku atau kekasih kuntilanak kamu itu!" tegas Dinda.
Setelah berakhirnya perdebatan itu, Dinda memutuskan untuk mengerjakan laporan. Ia sudah tidak mempedulikannya lagi. Memang Dinda adalah gadis barbar. Namun dirinya sangat membenci keadaan ini.
Laporan demi laporan akhirnya selesai juga. Dinda memutuskan untuk tidur di sofa. Ia memang mempersilakan Budi tidur di ranjang king size nya itu.
Pagi yang cerah di kota S. Seorang gadis sedang menikmati teh hijau di taman. Gadis itu meraih ponselnya dan melihat kotak pesan. Namun dirinya tidak menemukan sesuatu di kotak pesan tersebut. Gadis itu sangat gelisah menanti pesan dari temannya itu.
"Apakah Dinda baik-baik saja menghadapi kulkas berjalan itu?" gumam gadis itu hingga terdengar ke telinga sang ibunda.
"Ibu ndak tahu. Bagaimana kabar Dinda sekarang? Apakah Dinda tertindas oleh kakakmu itu? Jangan sampai Dinda pulang-pulang ke sini menangis meratapi nasibnya," jawab ibu Kamila nama ibunda Budiman.
Seketika gadis itu matanya membelalak sempurna. Ia lupa kalau temannya itu memiliki jiwa barbar. Gadis itu menatap wajah sang ibu sambil menata kata demi kata.
Melihat sang anak sedang menatapnya, Kamila menegurnya, "Kamu kenapa Andara? Sepertinya kamu sangat bingung sekali."
"Maaf Bu. Aku melupakan sesuatu. Ibu jangan marah ya soal ini. Apalagi marah kepada Adinda. Memang aku salah yang telah memberikan Adinda kepada ibu untuk dijadikan istri dari Kak Budiman," jawab Andara yang mulai ketakutan.
"Memangnya ada apa? Kok kamu tiba-tiba saja takut? Ada apa dengan Adinda? Apakah kamu memiliki salah sama dia?" tanya Kamila yang khawatir dengan hubungan sang putri dan menantunya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 210 Episodes
Comments