Andara menggelengkan kepalanya. Lalu Andara menatap sang Ibu sambil menceritakan sesuatu, "Andara lupa Bu memberitahukan Adinda bagaimana? Selama ini Ibu tahu kalau Adinda itu adalah gadis yang manis. Tapi kenyataannya tidak."
"Maksud kamu apaan?" tanya Kamila yang sangat penasaran sekali dengan cerita Adinda.
"Sebenarnya Adinda itu adalah gadis barbar. Dia adalah gadis yang sangat pemberontak sekali. Dia juga tidak mudah ditindas seperti gadis-gadis lainnya. Makanya aku sengaja meminta ibu untuk melamar Adinda untuk kakakku," jawab Andara yang berhati-hati sekali memberitahukan sifat Adinda.
Gelak tawa Kamila pun akhirnya pecah. Kamila membayangkan Bagaimana putranya itu terkena tindas oleh Adinda. Bahkan Kamila akan mendukung, apa yang akan dilakukan oleh menantunya itu.
Dari arah kiri seorang pria paruh baya mendekatinya. Pria itu menghempaskan bokongnya di samping Kamila. Lalu ia melihat Kamila yang masih tertawa.
"Kenapa ibumu? Kok tiba-tiba saja tertawa seperti itu? Apakah ibumu kesambet setan pasar?" tanya Kartolo nama Pria paruh baya itu.
Seketika Kamila menghentikan tawanya dan menatap wajah suaminya. Ia tidak bisa membayangkan kejadian demi kejadian yang akan dialami putranya itu.
"Aku tidak kesambet setan pasar. Ayah tahu nggak kalau kita memberikan istri yang tepat buat Budiman?" tanya Kamila.
"Ayah nggak tahu soal itu. Ayah sedang memikirkan Perusahaan kita yang sedang dipegang oleh Budiman. Cepat atau lambat Budiman akan memberikan perusahaan itu kepada Kanaya," jawab Kartolo yang merasakan ada yang tidak beres dengan Budiman.
"Oh Tenang saja Ayah... Ibu tidak salah kok mencari menantu buat Budiman," sela Andara yang meyakinkan ayahnya untuk tidak terlalu khawatir.
"Maksud kamu apa? Apa hubungannya menantu dengan perusahaan ayah?" tanya Kartolo yang bingung dengan pernyataan Andara.
"Begini... Andara belum pernah bilang sama sekali sama ayah dan juga Ibu. Adinda itu teman solid Andara sejak SMP. Aku sering main ke rumahnya dan orang tuanya welcome banget. Terus orang tua Adinda memiliki perusahaan makanan kaleng. Makanan kaleng itu sudah terkenal beberapa puluh tahun yang lalu. Kita juga sering mengkonsumsinya. Dan sekarang perusahaan itu sudah jatuh ke tangan Adinda. Dia sekarang adalah CEO sangat terkenal di negara ini. Bahkan Adinda memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Tapi Adinda memiliki jiwa barbar. Yang di mana jiwa itu tidak bisa diatur oleh siapapun. Aku yakin Kak Budiman tidak akan pernah bisa mengatur Adinda," jelas Andara.
"Maksud kamu apa? Kok Adinda nggak bisa diatur?" tanya Kartolo yang tidak paham juga dengan penjelasan Andara.
"Bukankah Ayah menginginkan Kanaya meninggalkan Budiman? Kita bisa mengajak Adinda bekerja sama," jawab Kamila.
"Apakah Adinda tahu soal itu?" tanya Kartolo.
Andara menggelengkan kepalanya karena tidak tahu. Memang sebelum terjadi pernikahan itu, Andara tidak cerita ke Adinda.
"Nah.... Ini kesempatan buat kita untuk meminta bantuan kepada Adinda. Kita bisa memberikan misi untuk Adinda. Misi itu adalah mengusir Kanaya dari hidup Budiman. Aku harap misi ini berhasil," jelas Kamila yang membuat mereka menganggukkan kepalanya.
"Kalau begitu Ibu saja yang mengaturnya. Aku tidak yakin menantu kita bisa mengusir Kanaya dari hidup Budiman. Ibu tahu kan kalau Budiman itu adalah kulkas berjalan. Yang ke mana-mana selalu dingin terhadap wanita," ucap Kartolo yang menyerah pada keadaannya.
"Kapan-kapan kamu ajak gih Adinda ke sini. Ibu ingin berbicara sebentar. Semoga saja menantu kita bisa diajak kerjasama," pinta Kamila kepada Andara.
Andara langsung menganggukkan kepalanya tanda setuju. Sementara itu Andara akan mencari celah untuk mengajak Adinda bertemu dengan sang ibu.
***
Suasana di rumah Adinda, meskipun waktu sudah menunjukkan jam sembilan pagi, Adinda masih terlelap tidur. Ia tidak memperdulikan kehadiran Budiman di kamarnya itu.
Sinar matahari sudah masuk ke dalam kamar. Sang pemilik kamar itu masih meringkuk di atas sofa. Tiba-tiba saja ponsel Adinda berdering dengan keras. Dengan terpaksa Adinda bangun dan melihat siapa yang menghubunginya.
Lalu Adinda keluar dari kamarnya dan mengangkat telepon itu. Hanya sebentar saja Adinda mengangkat telepon itu. Kemudian masuk ke dalam sambil melihat Budiman yang masih tidur.
Diam-diam Adinda mendekatinya dan memandang wajah Budiman. Namun dirinya tidak memuji sang suami. Melainkan memaki Budiman di dalam hatinya.
"Awas aja kamu berbuat kurang ajar sama aku. Aku tidak akan membiarkan kamu hidup bahagia bersama kekasih kuntilanak mu itu. Jangan harap kamu bisa menyentuhku dan memegang kendali atas hidupku. Camkan itu Budiman!" Adinda sangat geram sekali kepada Budiman.
Meskipun wajah Budiman sangat tampan sekali bak artis Korea, namun Adinda tidak tertarik sama sekali. Jujur Adinda memiliki prinsip. Kalau wajah Budiman itu adalah wajah pasaran.
"Cih... Pasaran sekali mukanya. Beneran deh aku nggak suka cowok seperti ini. Rata-rata pemilik wajah seperti Budiman itu wajah Playboy. Jadi aku tidak akan tertarik sama wajah Playboy ini," ucap Adinda dalam hati.
Setelah itu Adinda memutuskan untuk membersihkan tubuhnya. Ia lebih memilih mandi dengan cepat. Karena sebentar lagi dirinya akan pergi ke kantor.
Di bawah orang tua Adinda sudah berkumpul. Mereka sedang menikmati waktu bersantainya. Lalu Tia pun berkata, "Ayah."
Pria paruh baya itu pun langsung menoleh dan menatap wajah sang istri. Pria itu mengerutkan keningnya sambil bertanya, "Ada apa?"
"Sepertinya aku tidak yakin dengan pernikahan ini. Kita tahu Budiman itu adalah seorang pria brengsek. Yang di mana Budiman memiliki kekasih bernama Kanaya," jawab Tia.
"Sepertinya Ayah merasakan hal yang sama. Mudah-mudahan Ayah berharap masalah ini akan cepat selesai. Sebenarnya aku tidak mengizinkan Adinda menikah dengan Budiman. Namun apa daya, Pak Kartolo adalah teman sekolahku zaman SD SMP dan SMA. Kami sering bermain-main bersama," jelas Malik nama pria itu.
"Jika ayah nggak suka. Kenapa ayah tidak menolaknya pas waktu lamaran kemarin?" tanya Tia yang tidak tega dengan nasib putrinya itu.
"Nanti deh kalau Dinda sudah bangun. Ayah akan ngomong sama Dinda bagaimana enaknya," jawab Malik.
Malik pun menganggukkan kepalanya. Malik tidak yakin kalau Sang Putri akan bahagia di pernikahannya ini. Inilah yang menjadi masalah besar buat dirinya. Ia tidak mau melihat Sang Putri kecewa atas pernikahannya. Mau tidak mau Malik menunggu kedatangan Adinda di dapur.
Tak lama Adinda turun lalu melihat kedua orang tuanya sedang santai. Dengan cepat Adinda mendekati Malik sambil berkata, "Ayah... Aku sayang sama ayah."
Sang ayah pun tersenyum sumringah sambil membalasnya, "Ayah juga nak."
Selesai memeluk Malik, Adinda memeluk sang ibu sambil mengucapkan hal yang sama. Memang mereka adalah keluarga yang sangat harmonis sekali. Mereka sangat kompak di berbagai acara manapun. Tapi ada yang kurang dari keluarga itu.
Ada satu anggota yang tidak hadir dalam pernikahan itu. Dia adalah Faris kakak kandung Adinda. Penyebabnya adalah Faris memegang manajer pemasaran untuk wilayah Eropa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 210 Episodes
Comments