"Andaikan ada kakak di sini. Hidupku akan sangat ramai sekali. Tapi Kakak nggak ada di sini sama sekali," ucap Dinda yang begitu sedih tanpa ada kehadiran Faris.
"Rencananya kakakmu kemarin ingin pulang. Berhubung permintaan pasar yang melonjak. Kakakmu sedang mengatur barang agar semuanya kebagian," sahut Malik.
"Bener juga ya. Hari ini aku akan masuk ke kantor. Aku nggak boleh larut dalam kebahagiaan pernikahan ini. Karena pernikahan ini adalah pernikahan palsu buat aku," jelas Dinda. "Sebentar lagi aku akan mengendalikan keadaan Budiman sialan itu. Aku tidak akan pernah mau menuruti keinginan gilanya itu."
Kedua orang tuanya Dinda pun terkejut. Semula ingin berbicara dengan Dinda, Malik langsung mengurungkan niatnya. Jujur saja Malik juga tidak terima kalau Dinda menikah dengan Budiman.
"Kalau begitu Ayah setuju dengan pendapatmu. Sebentar lagi ada perjanjian-perjanjian konyol yang akan dibuat oleh si Budi. Saran Ayah kamu nggak perlu menandatanganinya. Ayah ingin tahu kulkas berjalan itu reaksinya bagaimana," pinta Malik.
"Aku nggak mau tanda tangan ayah. Jika aku tanda tangan surat itu. Kemungkinan besar aku yang tunduk pada peraturan-peraturan konyol itu. Aku akan membalikkan seluruh keadaannya menjadi nyaman dan tentram. Dia belum tahu siapa aku sebenarnya," sahu Dinda yang menjelaskan tujuan utamanya.
Memang benar apa yang dikatakan oleh Dinda. Dinda sudah memiliki prinsip yang baik untuk hidupnya. Prinsip itu akan digunakan dan dijadikan sebagai pedoman hidup. Lalu bagaimana dengan Budiman? Ah pria itu hanya tidur saja hari ini. Dinda sekarang sedang menunggu rencana-rencana yang akan menyingkirkannya. Dirinya akan bermain cantik dan membalikkan keadaannya.
"Kamu nggak sarapan?" tanya Tia.
"Untuk saat ini tidak bu. Aku akan sarapan di kantor saja. Neti sudah mengingatkanku. Akan ada meeting dengan salah satu perusahaan di Eropa," jawab Dinda yang segera meninggalkan kedua orang tuanya itu.
Melihat kepergian anaknya, Malik dan Tia hanya bisa pasrah. Mereka hampir lupa dengan sifat kebarbaran Dinda. Kenapa juga mereka mengatakan rumah tangga Dinda? Padahal Dinda sendiri mampu mengatasinya.
"Kenapa kita jadi paranoid seperti ini ya?" tanya Tia kepada Malik.
"Ibu benar. Kayaknya kita salah mengartikan Dinda," jawab Malik sambil memuji Dinda.
"Lalu bagaimana dengan nasib Dinda setelah menikahi Budiman?" tanya Tia lagi.
"Biarkanlah saja dulu. Kita lihat saja nanti kisah si kulkas dingin itu dengan gadis bar bar," jawab Malik yang tengah masih tidak percaya.
Sebenarnya ada apa sih dengan Budiman? Kok banyak yang membencinya termasuk orang tuanya sendiri. Ada rahasia apa dengan Budiman itu?
***
Sesampainya di kantor Dinda langsung memasuki lobby. Dinda melihat sang resepsionisnya sedang sibuk. Lalu ia mendekatinya dan menyapanya. Hampir setiap hari Dinda selalu menyapa karyawannya satu-satu. Meskipun karyawan di kantornya itu banyak, namun Dinda selalu melakukannya.
Jujur pada karyawan pun sangat bangga memiliki bos baik hati. Bahkan karyawan sendiri sering mengajaknya kumpul-kumpul dan curhat. Itulah kenapa perusahaan milik Dinda itu menjadi sangat terkenal hingga saat ini. Para karyawannya pun diam-diam mendoakan perusahaan tersebut.
Namun Sangat disayangkan, seluruh karyawannya tidak rela jika bosnya menikahi Budiman. Mereka sudah mengetahui bagaimana sifat arogan Budiman. Bahkan para karyawannya pun ikhlas mendoakan Dinda. Agar tidak terjebak oleh akal bulus Budiman.
"Selamat pagi Neti," sapa Dinda.
"Eh ibu... Maaf ya bu... Saya sudah mengganggu cuti ibu," ucap Neti yang ketakutan sekali.
"Tenang saja. Aku tidak merasa terganggu kok. Oh iya ada apa di sini? Maksudku jadwalku apa?" tanya Dinda dengan serius.
"Pak Anthony ingin bertemu ibu tepat jam makan siang. Jam tiga sore ibu akan bertemu dengan supplier baru untuk membicarakan kontrak selama tiga bulan," jawab Neti.
"Baiklah. Berikan semua kontrak itu biar aku yang mempelajarinya terlebih dahulu. Dan kamu harus ikut aku bertemu mereka!" perintah Dinda.
Netty menganggukkan kepalanya lalu meninggalkan Dinda. Sementara itu Dinda menyandarkan punggungnya di kursi kebanggaannya itu. Diam-diam ia memikirkan rencana Bagaimana bisa menyingkirkan Budiman dari hidupnya. Semenjak dulu Dinda memang tidak menyukai Budiman.
"Kenapa aku harus menikah dengan Budiman? Kenapa pria itu selalu membuat aku jengkel? Adakalanya aku akan membalas dendam kepadanya. Oh iya... Kanaya lihat saja nanti. Siapa aku sebenarnya? Kamu sering membuatku malu di depan umum. Ternyata kamu adalah kekasih Budiman. Baiklah mari kita bermain. Aku akan melayani kamu hingga puas. Setelah itu aku akan membuat kamu menderita dan kehilangan segalanya. Camkan itu Kanaya," ancam Dinda dalam hati.
Budiman yang masih tertidur lelap akhirnya terusik dengan hawa panas di kamar itu. Mau tidak mau Budiman membuka matanya dan melihat kamar Dinda. Sambil menelusuri setiap sudut ruangan, Budiman menilai kamar tersebut sangat bersih sekali. Bahkan harum semerbak parfum baby fresh itu menguar di hidungnya.
"Ternyata wanita itu sangat menyukai keharuman baby seperti ini. Ah rasanya nyaman sekali tidur di sini. Tapi aku tidak boleh terpaku oleh wanita itu. Dia harus disingkirkan dalam hidupku. Beberapa bulan kemudian aku akan menendangnya dari rumah. Setelah itu aku akan menikah dengan Kanaya. Aku harus menyusun beberapa rencana agar Dinda tidak membacanya," geram Budiman dalam hati.
Pria yang berusia 28 tahun itu akhirnya beranjak dari tidurnya. Lalu dirinya memutuskan untuk membersihkan tubuhnya terlebih dahulu. Setelah selesai Budiman menghubungi Tio untuk segera menjemputnya. Selesai menghubungi Tio, Budiman memutuskan untuk turun.
Di saat turun Budiman tidak melihat kedua orang tua Dinda. Ia malah bertemu dengan para pelayan yang membersihkan perabot rumah.
"Kok rumah ini sepi sekali ya?" tanya Budi dalam hati.
Sesampainya di dapur, Budiman melihat aneka macam makanan sudah tersaji di meja. Lalu Budiman mencari keberadaan Dinda. Setelah mencarinya ke mana-mana, Budiman tidak menemukan sosok gadis cantik itu. Malahan dirinya memutuskan makan siang sendiri.
Selang 20 menit kemudian, Tio sudah sampai di rumah Dinda. Tio masuk ke dalam dan mencari keberadaan tuannya itu. Sebelum melangkah lebih jauh, salah satu pelayan di sana menanyakan kepentingannya. Tio menjawab dengan tegas dan dingin. Akhirnya pelayan itu pergi ke dapur dan memberitahukan kedatangan Tio.
Untung saja Budiman sudah selesai makan. Pria arogan itu pun tidak menjawab dan langsung meninggalkan pelayan itu. Melihat kepergian Budiman, pelayan itu hanya mengelus dada. Ia seakan tahu keadaannya Nona kecilnya itu. Bagaimana nona kecilnya akan merasakan hidup bersama orang sombong tersebut.
"Semoga non Dinda kuat menghadapi suaminya yang sombong itu," udah pelayan itu sambil berdoa agar pindah kuat menghadapi suaminya itu.
Budiman segera mendekati Tio lalu bertanya, "Ada apa di perusahaan?"
"Perusahaan baik-baik saja. Oh iya tuan... Nona Kanaya ingin menemui anda," jawab Tio dengan jujur.
"Bilang aku masih sibuk. Sibuk ngurusi istri sialan ku itu. Aku harus menyingkirkan Dinda sekarang juga," ucap Budiman dengan serius. "Aku akan memberikanmu tugas?"
"Tugas apa Tuan?" tanya Tio.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 210 Episodes
Comments