BAB 13

"Gue adalah Tio. Asisten pribadi Tuan Budiman," jawab Tio dengan tegas.

Mata wanita itu membelalak dengan sempurna. Wanita itu mendekatinya dan menatap wajah Tio sambil berkata, "Oh... ini yang dinamakan Tio?'

"Ya... aku Tio," ucap Tio yang mengerutkan keningnya.

"Perkenalkan aku Kanaya Rahman," Ucap wanita itu yang membuat Tio terkejut.

"Kamu Kanaya Rahman?" tanya Tio sambil mengerutkan keningnya.

"Iya... saya adalah Kanaya Rahman," jawab Kanaya nama wanita itu. "Saat baru saja datang dari Belanda. Saya kesini ingin bertemu dengan Budiman."

Sungguh Tio tidak mengerti dengan situasi seperti ini. Tio memutari tubuh Kanaya dan menilainya seperti wanita berkelas. Ia terkejut dan mendekati wanita itu sambil bertanya, "Jika kamu benar-benar Kanaya. Siapa wanita yang sering kesini mengaku Kanaya?"

Kanaya langsung memicingkan matanya dan menghela nafasnya secara kasar. Ia terdiam sejenak sambil bertanya balik, "Memangnya ada apa? Kok kamu menanyakan ada wanita lain bernama Kanaya?"

"Maaf nona... Ini jam makan siang. Lebih baik kita bicarakan semuanya," ajak Tio.

"Apa maksud kamu?" tanya Kanaya.

"Maksud saya... saya meminta. konfirmasi dari Anda. Kenapa Anda tidak mengenali saya? Ketika saya berada di sini?" tanya Tio balik.

"Maksud anda apa sih? Saya tidak mengerti,'' jawab Kanaya.

Satu kata buat Tio adalah BINGUNG.

Entah kenapa dirinya semakin bingung melihat Kanaya sebagai wanita berkelas. Sejenak Tio berpikir, Kanaya yang ini adalah wanita berkelas. Lalu, siapa Kanaya satu lagi yang sering datang ke kantor?

"Maaf... lebih baik Anda duduk di dalam saja. Aku akan menghubungi Tuan Budi untuk datang kesini," ucap Tio sambil mempersilakan Kanaya masuk ke dalam kantor Budi.

Kanaya pun menuruti keinginan Tio. Lalu Kanaya masuk ke dalam dan duduk di sofa. Sembari menunggu kedatangan Budiman, Kanaya memutuskan untuk membaca novel online.

Sedangkan Tio, Tio terpaksa mengirim pesan. Dalam pesan itu Tio mengatakan kalau dirinya bingung dengan Kanaya. Ia menceritakan secara detail apa yang telah dialaminya.

Saat makan siang bersama, Budi dan Dinda sangat menikmati makanan itu. Budi meminta Dinda menilai rasa makanan itu. Dinda pun memberanikan dirinya menilai makanan tersebut.

Meski makanan sederhana, Dinda sangat menyukainya. Ia tidak rewel memilih makanan tersebut.

"Aku memilih delapan persepuluh. Begitu juga dengan tempatnya. Sangat bersih dan asri," ucap Dinda.

"Terima kasih," sahut Budi sambil meraih ponselnya di meja. "Aku boleh meminta nomor kamu enggak?"

"Astaga... kamu tidak memiliki nomor aku?" tanya Dinda bingung.

"Ya... aku memang tidak memiliki nomor kamu," jawab Budi.

"Jadi selama ini kemana saja? Apakah kamu berusaha tidak meminta ke Andara?" tanya Dinda lagi.

"Aku tidak pernah meminta nomor orang ke siapapun. Kecuali dari Tio sahabatku,'' jawab Budi yang membuat Dinda semakin kesal.

Dinda akhirnya memberikan nomor teleponnya. Lalu Budi menyimpan nomornya dan berkata, "Simpan ya."

"kami enggak usah tanya. Aku sudah menyimpan nomor telepon itu," sahut Dinda.

Ketika ada notifikasi pesan masuk, Budi membaca dan mengerutkan keningnya. Ia bingung dengan apa yang dialami Tio pada waktu tadi. wajahnya langsung berubah dan tidak berbicara apapun.

Melihat perubahan pada wajah Budi, Dinda bingung. Ia memilih diam dan tidak bertanya. Ia tidak ingin mencampuri masalah sang suami.

"Apakah kamu sudah selesai makan?' tanya Budi.

"Ya... aku sudah selesai," jawab Dinda sambil melambaikan tangannya untuk memberikan kode agar pelayan mendekat.

"Buat apa kamu memanggil pelayan?' tanya Budi.

"Aku ingin membayarnya," jawab Dinda yang mengambil dompet.

"Nggak usah bayar. Biar aku yang membayarnya," sahut Budi.

"Tidak perlu. Aku harus membayarnya," ujar Dinda.

Tak lama pelayan itu mendekatinya. Lalu pelayan itu membawa tagihan dan memberikannya ke Dinda.

Dinda segera menyerahkan uang berwarna merah satu lembar. Ia juga tidak lupa mengucapkan terima kasih. Kemudian mereka pulang bersama. Namun memakai mobil berbeda.

Di dalam perjalanan menuju ke kantor, Dinda merasakan ada yang aneh dengan Budi. Jujur rasa aneh itu ia rasakan. Ia mulai curiga dan bertanya-tanya dalam hati, ada apa ini?

Sesampainya di kantor Budi langsung menuju ke ruangan kantornya. Ia merasakan ada hal yang aneh. Entah kenapa jantungnya berdetak kencang, Seakan ada yang memompa dengan kecepatan tinggi.

"Ada apa ini?" tanya Budi dalam hati sambil memasuki lift khusus CEO.

Ketika sampai di atas, Budi melihat Tio dengan wajah pucatnya. Ia lalu mengajak Tio menjauh dari ruangan kerjanya sementara. Lalu Budi mendesaknya untuk bertanya, "Ada apa fasih sebenarnya setelah aku tinggal pergi?"

Tio menceritakan semuanya Mulai dari awal hingga akhir. Di akhir cerita ia menyebutkan kalau Kanaya satu ini memiliki suara lembut. Bahkan suara lembutnya itu seperti dibisiki.

Budi terkejut dengan pernyataan Tio. Bagaimana bisa Tio mengatakan hal itu? Apa jangan-jangan Tio sedang menggali? satu kalimat itu berada di pikiran Budi. Kenapa sang asisten bisa mengatakan seperti itu? Padahal Tio sendiri mengetahui keberadaan Kanaya.

Meskipun kesal terhadap sang asisten, Budi tetap saja memaafkannya. Ia tidak pernah mengatakan tentang Kanaya ketika sedang berhadapan. Menurutnya ini sangat aneh sekali.

Ceklek.

Pintu terbuka.

Budi mengarahkan matanya tertuju ke seorang gadis sedang duduk. Ia mengerutkan keningnya sambil melihat penampilan gadis itu yang sangat berkelas. Lalu Budi tidak menghiraukan kedatangan Kanaya. Ia segera duduk di kursi kebesarannya dan mengambil sebuah dokumen.

Kanaya sendiri tidak sengaja melihat Budi duduk. Ia berdiri lalu mendekatinya sambil bertanya, "Kenapa kamu tidak menyambutku?"

Suara lembut Kanaya menggema ke seluruh ruangan. Ia baru percaya apa yang dikatakan oleh Tio. Lalu ia mengangkat kepalanya sambil melihat Kanaya yang berambut pendek. Jujur siang ini Budi bingung. Semalam dirinya melihat Kanaya masih memiliki rambut panjang. Lalu kenapa Kanaya yang berdiri di hadapannya rambutnya pendek sebahu?

"Sudah potong rambut rupanya?" tanya Budi yang menyindir Kanaya.

"Maksud kamu apa? Sedari dulu rambut aku seperti ini," tanya Kanaya yang tidak paham apa yang dimaksud dengan Budi.

"Sudah puas kamu menyakiti aku dengan cara meniduri pria lain? Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri!" bentak Budi.

"Ha!"

Sontak saja Kanaya terkejut dengan apa yang didengarkannya. Gadis itu semakin bingung dengan pertanyaan Budi. Ada apa sebenarnya yang terjadi ini?

"malam tadi aku baru saja mendarat. Pesawatku telat menuju kesini. Jadi aku tidak bisa menemui kamu malam tadi," jawab Kanaya dengan jujur.

"Alasan saja kamu!" geram Budi yang mulai menahan amarahnya.

"Serius. Aku tidak bohong. Aku sudah kirim email dua kali ke kamu. Yang pertama memang aku ingin menemui kamu malam hari ke rumahmu. Email yang kedua aku membatalkan pertemuan itu. Karena pada waktu itu aku masih berada di Singapura," jelas Kanaya.

"Jangan cari alasan! Aku tahu kamu hanya berpura-pura saja mengalihkan perhatian peristiwa semalam!" tegas Budi.

"Astaga... aku harus bagaimana ini?" tanya Kanaya dalam hati.

Jika yang berdiri adalah Kanaya asli. Lalu siapa Kanaya yang tercyduk oleh Budiman semalam? Apakah ada sesuatu? Kita lihat saja nanti.

Episodes
1 BAB 1
2 BAB 2
3 BAB 3
4 BAB 4
5 BAB 5
6 BAB 6
7 BAB 7
8 BAB 8
9 BAB 9
10 BAB 10
11 BAB 11
12 BAB 12
13 BAB 13
14 BAB 14
15 BAB 15
16 BAB 16
17 BAB 17
18 BAB 18
19 BAB 19
20 BAB 20
21 BAB 21
22 BAB 22
23 BAB 23
24 BAB 24
25 BAB 25
26 BAB 26
27 BAB 27
28 BAB 28
29 BAB 29
30 BAB 30
31 BAB 31
32 BAB 32
33 BAB 33
34 BAB 34
35 BAB 35
36 BAB 36
37 BAB 37
38 BAB 38
39 BAB 39
40 BAB 40
41 BAB 41
42 BAB 42
43 BAB 43
44 BAB 44
45 BAB 45
46 BAB 46
47 BAB 47
48 BAB 48
49 BAB 49
50 BAB 50
51 BAB 51
52 BAB 52
53 BAB 53
54 BAB 54
55 BAB 55
56 BAB 56
57 BAB 57
58 BAB 58
59 BAB 59
60 BAB 60
61 BAB 61
62 BAB 62
63 BAB 63
64 BAB 64
65 BAB 65
66 BAB 66
67 BAB 67
68 BAB 68
69 BAB 69
70 BAB 70
71 BAB 71
72 BAB 72
73 BAB 73
74 BAB 74
75 BAB 75
76 BAB 76
77 BAB 77
78 BAB 78
79 BAB 79
80 BAB 80
81 BAB 81
82 BAB 82
83 BAB 83
84 BAB 84
85 BAB 85
86 BAB 86
87 BAB 87
88 BAB 88
89 BAB 89
90 BAB 90
91 BAB 91
92 BAB 92
93 BAB 93
94 BAB 94
95 BAB 95
96 BAB 96
97 BAB 97
98 BAB 98
99 BAB 99
100 BAB 100
101 BAB 101
102 BAB 102
103 BAB 103
104 BAB 104
105 BAB 105
106 BAB 106
107 BAB 107
108 BAB 108
109 BAB 109
110 BAB 110
111 BAB 111
112 BAB 112
113 BAB 113
114 BAB 114
115 BAB 115
116 BAB 116
117 BAB 117
118 BAB 118
119 BAB 119
120 BAB 120
121 BAB 121
122 BAB 122
123 BAB 123
124 BAB 124
125 BAB 125
126 BAB 126
127 BAB 127
128 BAB 128
129 BAB 129
130 BAB 130
131 BAB 131
132 BAB 132
133 BAB 133
134 BAB 134
135 BAB 135
136 BAB 136
137 BAB 137
138 BAB 138
139 BAB 139
140 BAB 140
141 BAB 141
142 BAB 142
143 BAB 143
144 BAB 144
145 BAB 145
146 BAB 146
147 BAB 147
148 BAB 148
149 BAB 149
150 BAB 150
151 BAB 151
152 BAB 152
153 BAB 153
154 BAB 154
155 BAB 155
156 BAB 156
157 BAB 157
158 BAB 158
159 BAB 159
160 BAB 160
161 BAB 161
162 BAB 162
163 BAB 163
164 BAB 164
165 BAB 165
166 BAB 166
167 BAB 167
168 BAB 168
169 BAB 169
170 BAB 170
171 BAB 171
172 BAB 172
173 BAB 173
174 BAB 174
175 BAB 175
176 BAB 176
177 BAB 177
178 BAB 178
179 BAB 179
180 BAB 180
181 BAB 181
182 BAB 182
183 BAB 183
184 BAB 184
185 BAB 185
186 BAB 186
187 BAB 187
188 BAB 188
189 BAB 189
190 BAB 190
191 BAB 191
192 BAB 192
193 BAB 193
194 BAB 194
195 BAB 195
196 BAB 196
197 BAB 197
198 BAB 198
199 BAB 199
200 BAB 200
201 BAB 201
202 BAB 202
203 BAB 203
204 BAB 204
205 BAB 205
206 BAB 206
207 BAB 207
208 BAB 208
209 BAB 209
210 BAB 210
Episodes

Updated 210 Episodes

1
BAB 1
2
BAB 2
3
BAB 3
4
BAB 4
5
BAB 5
6
BAB 6
7
BAB 7
8
BAB 8
9
BAB 9
10
BAB 10
11
BAB 11
12
BAB 12
13
BAB 13
14
BAB 14
15
BAB 15
16
BAB 16
17
BAB 17
18
BAB 18
19
BAB 19
20
BAB 20
21
BAB 21
22
BAB 22
23
BAB 23
24
BAB 24
25
BAB 25
26
BAB 26
27
BAB 27
28
BAB 28
29
BAB 29
30
BAB 30
31
BAB 31
32
BAB 32
33
BAB 33
34
BAB 34
35
BAB 35
36
BAB 36
37
BAB 37
38
BAB 38
39
BAB 39
40
BAB 40
41
BAB 41
42
BAB 42
43
BAB 43
44
BAB 44
45
BAB 45
46
BAB 46
47
BAB 47
48
BAB 48
49
BAB 49
50
BAB 50
51
BAB 51
52
BAB 52
53
BAB 53
54
BAB 54
55
BAB 55
56
BAB 56
57
BAB 57
58
BAB 58
59
BAB 59
60
BAB 60
61
BAB 61
62
BAB 62
63
BAB 63
64
BAB 64
65
BAB 65
66
BAB 66
67
BAB 67
68
BAB 68
69
BAB 69
70
BAB 70
71
BAB 71
72
BAB 72
73
BAB 73
74
BAB 74
75
BAB 75
76
BAB 76
77
BAB 77
78
BAB 78
79
BAB 79
80
BAB 80
81
BAB 81
82
BAB 82
83
BAB 83
84
BAB 84
85
BAB 85
86
BAB 86
87
BAB 87
88
BAB 88
89
BAB 89
90
BAB 90
91
BAB 91
92
BAB 92
93
BAB 93
94
BAB 94
95
BAB 95
96
BAB 96
97
BAB 97
98
BAB 98
99
BAB 99
100
BAB 100
101
BAB 101
102
BAB 102
103
BAB 103
104
BAB 104
105
BAB 105
106
BAB 106
107
BAB 107
108
BAB 108
109
BAB 109
110
BAB 110
111
BAB 111
112
BAB 112
113
BAB 113
114
BAB 114
115
BAB 115
116
BAB 116
117
BAB 117
118
BAB 118
119
BAB 119
120
BAB 120
121
BAB 121
122
BAB 122
123
BAB 123
124
BAB 124
125
BAB 125
126
BAB 126
127
BAB 127
128
BAB 128
129
BAB 129
130
BAB 130
131
BAB 131
132
BAB 132
133
BAB 133
134
BAB 134
135
BAB 135
136
BAB 136
137
BAB 137
138
BAB 138
139
BAB 139
140
BAB 140
141
BAB 141
142
BAB 142
143
BAB 143
144
BAB 144
145
BAB 145
146
BAB 146
147
BAB 147
148
BAB 148
149
BAB 149
150
BAB 150
151
BAB 151
152
BAB 152
153
BAB 153
154
BAB 154
155
BAB 155
156
BAB 156
157
BAB 157
158
BAB 158
159
BAB 159
160
BAB 160
161
BAB 161
162
BAB 162
163
BAB 163
164
BAB 164
165
BAB 165
166
BAB 166
167
BAB 167
168
BAB 168
169
BAB 169
170
BAB 170
171
BAB 171
172
BAB 172
173
BAB 173
174
BAB 174
175
BAB 175
176
BAB 176
177
BAB 177
178
BAB 178
179
BAB 179
180
BAB 180
181
BAB 181
182
BAB 182
183
BAB 183
184
BAB 184
185
BAB 185
186
BAB 186
187
BAB 187
188
BAB 188
189
BAB 189
190
BAB 190
191
BAB 191
192
BAB 192
193
BAB 193
194
BAB 194
195
BAB 195
196
BAB 196
197
BAB 197
198
BAB 198
199
BAB 199
200
BAB 200
201
BAB 201
202
BAB 202
203
BAB 203
204
BAB 204
205
BAB 205
206
BAB 206
207
BAB 207
208
BAB 208
209
BAB 209
210
BAB 210

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!