"Siapkan perjanjian pernikahan yang sudah aku kasih tahu sebelum ijab kabul!" Perintah Budi dengan tegas.
"Bagaimana nyonya besar tahu atas perjanjian itu?" tanya Tio.
"Jika kamu nggak bilang. Masalah ini tidak akan terdengar ke telinga mereka. Jadi aku harapkan kamu harus tutup mulut," jawab Budi. "Apa jadwalku hari ini?"
"Jadwal Tuan hari ini kosong. Anda akan Stay di kantor seharian," jawab Tio.
"Baiklah. Aku meminta laporan bulan kemarin. Setelah makan siang laporan itu harus berada di mejaku!" titah Budi.
"Baik Tuan," sahut Tio.
"Pergilah dari sini!" usir Budi yang sedang memegang pulpen.
Tio memutuskan meninggalkan Budi di ruangannya. Hatinya berdenyut hebat karena ulah sang bosnya. Diam-diam Tio sangat membenci Kanaya. Sebab Kanaya sendiri adalah seorang wanita bermuka dua.
"Andai saja bos tahu, bagaimana Kanaya sebenarnya?" ucap Tio dalam hati.
Malam pun tiba. Dinda memutuskan untuk pulang ke rumah. Di dalam perjalanan Dinda sering sekali menyetir mobil sendiri. Ia tidak pernah mempekerjakan orang menjadi sopir pribadinya. Dinda adalah seorang gadis yang sangat mandiri.
Memang, kedua orang tuanya menggembleng Dinda untuk tidak bergantung kepada orang lain. Meskipun dirinya seorang pembisnis terkenal. Ia memilih untuk mengerjakan tugasnya tanpa bantuan orang lain.
Tidak sengaja Adinda melewati jalan sepi. Ia melihat ada bayangan seorang perempuan sedang duduk di bawah pohon. Dinda diam-diam menghentikan mobilnya. Ia sengaja mematikan mesin mobilnya lalu memilih untuk diam.
Untung saja tempat sepi itu masih diterangi oleh lampu penerangan. Dirinya melihat jelas wanita tersebut sedang duduk itu. Dinda mengerutkan keningnya sambil berkata, "Sedang apa wanita itu berada di sini malam-malam? Apakah wanita itu sedang menunggu Budi? Kalau menunggu Budi terserah. Budi orang yang gampang ketipu. Punya laki Kok kayak gini? Parah banget hidupku ini."
Yang dikatakan Dinda itu benar. Budi tidak tahu kalau sang kekasih itu adalah seorang penipu. Akan tetapi Dinda memilih diam ketimbang berbicara lebih jauh.
"Rasanya aku ingin menguliti orang itu. Jujur aku kasihan sama mertuaku. Bagaimana caranya aku harus mencari bukti-bukti kejahatan wanita itu? Apakah aku harus berteriak dan meminta bantuan kepada langit? Agar langit turun tangan membantuku. Rasanya itu tidak mungkin. Ya sudah deh aku tunggu di sini saja," gumam Dinda.
Dalam hitungan detik, ada sebuah mobil mewah berhenti tepat di depan wanita itu. Wanita itu langsung berdiri dan tersenyum manis. Ia masuk ke dalam dan mobil itu pergi dari sana.
Sedangkan Dinda mengetahui kalau wanita itu telah pergi. Dengan senyum liciknya Dinda menebak, kalau mobil itu bukan milik Budi. Yang Dinda tahu, ia sering bermain ke rumah Andara. Bahkan Dinda sendiri sudah mengetahui banyaknya mobil mewah yang terparkir di garasi. Mobil-mobil itu sudah ada pemiliknya masing-masing. Jadi ketika melihat mobil itu, Dinda sudah mengetahui.
"Oh gitu ya. Ternyata diam-diam memakai pakaian seksi duduk di bawah pohon menunggu seseorang. Aku yakin di dalamnya itu bukan Budi. Oke, aku akan mengejarnya," ucap Dinda dengan semangat.
Sementara Budi membawa surat perjanjian pernikahan itu dengan wajah datar. Budi masuk ke dalam rumah Dinda dan melihat suasana sudah sepi. Ia langsung masuk ke dalam kamar lalu menaruhnya di atas meja.
"Ke mana itu anak? Jam segini belum pulang. Bisa-bisanya keluyuran tengah malam seperti ini," kesal Budi yang tidak melihat Dinda di dalam kamar.
Tiba-tiba saja rasa kesal itu berubah menjadi senyuman iblis. Budi langsung membuka bajunya dan melemparkan ke segala arah. Ia merasakan bebas sendirian di dalam kamar Dinda. Dirinya tidak peduli dengan apa yang dilakukannya sekarang.
"Jujur... Aku lebih menyukai gambar ini ketimbang kamarku. Kamar ini lebih bersih dan rapi. Bener apa yang dikatakan oleh Andara. Kalau Dinda adalah seorang gadis yang mandiri. Jadi aku nggak masalah soal itu. Yang penting gadis itu harus pergi dari hadapanku. Banyak perjanjian-perjanjian gila yang telah aku tulis di sana. Mudah-mudahan gadis itu meninggalkanku tanpa harus saling melukai," ucap Budi. "Dan sebentar lagi aku akan menikahi Kanaya. Membeli sebuah rumah mewah dan hidup bersamanya hingga akhir hayat."
Sorak sorai di hatinya sudah menggemuruh. Betapa bahagianya Budi sekarang ini membayangkan menikahi Kanaya. Tapi dirinya harus menunggu Dinda bercerai darinya.
Apakah mau Dinda meninggalkan Budi begitu saja? Apakah Dinda akan bekerja sama dengan asistennya dan kedua orang tuanya?
Sesampainya di hotel Dinda melihat wanita itu digandeng oleh pria bertubuh tambun. Matanya membelalak sempurna dan mulai menggigiti jari. Bukannya ketakutan Dinda semakin penasaran saja. Bukankah wanita itu sudah beristri dan memiliki seorang anak? Lalu kenapa wanita itu ingin mendekati Budi? Inilah yang menjadi pertanyaan Dinda sebenarnya.
Walaupun bukan urusannya, Dinda melihat ada sesuatu yang disembunyikan. Sesuatu itu masih dalam tanda tanya. Dinda sendiri tidak akan menyerah untuk mencari jawaban yang menyangkut sesuatu.
Kemudian Dinda memutuskan untuk keluar dari mobil. Alangkah terkejutnya wanita itu berada di hotel milik keluarganya itu.
Dengan cepat dirinya menetralisir keadaan. Agar orang yang berlalu lalang tidak melihat dirinya terkejut.
"Ini mah muda buat aku mencari informasi. Tapi kok aku terlalu mencampuri urusan orang? Lebih baik aku pulang. Jika terjadi apa-apa. Kemungkinan besar aku bisa meminta bukti-bukti CCTV yang berada di sini," batin Dinda.
Pada waktu itu juga Dinda akhirnya pulang ke rumah. Sungguh hari ini banyak pekerjaan yang menguras tenaganya. Dinda sangat beruntung karena dirinya menjaga pola makan dengan waktu yang tepat.
Ketika sampai di rumah, Dinda melihat mobil Budi. Gadis itu membuka pintu dan mengecek mobil itu. Selesai mengecek Dinda tersenyum kemenangan. Ternyata benar mobil yang dipakai Budi dan orang itu hampir sama. Namun yang dimiliki Budi lebih mewah daripada yang itu.
"Yaelah... Ternyata Budi Itu tajir juga. Beberapa mobil yang dimiliki adalah mobil mewah yang di atas satu miliar. Jadi wajar saja Kanaya kepincut sama Budi. Apakah Budi tahu kalau dirinya sedang tertipu oleh wanita ular itu? Kalaupun tahu aku tidak memperdulikannya. Soalnya dia udah tidak sopan terhadapku," ucap Dinda dalam hati.
Selesai mengamati mobil Budi, Dinda masuk ke dalam dan melihat suasana rumah sedang sepi. Ia segera melangkahkan kakinya dan masuk ke dalam kamar.
Dalam hitungan detik Budi keluar dari toilet. Budi sengaja memakai handuk yang dilingkarkan di pinggangnya. Tiba-tiba saja Dinda tidak sengaja melihatnya. Dengan cepat Dinda mengambil tempat bedak di meja riasnya.
Prang!
Tempat bedak itu tidak mengenai Budi. Malahan tempat bedak itu terkena tembok dan pecah berantakan. Dinda memakai langkah seribunya pergi dari kamarnya. Jujur selama ini dirinya belum pernah melihat pria tidak memakai baju.
Bukannya tidak pernah memakai baju. Dinda adalah wanita yang sangat unik sekali. Selama ini dirinya lebih fokus ke pendidikan. Ketimbang ia melihat hal-hal yang sangat aneh sekali.
Lalu bagaimana dengan tanggapan Budi?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 210 Episodes
Comments