BAB 15

“Itu benar ayah. Sampai saat ini aku belum mendapatkan jawabannya,” jawab Dinda.

“Bagaimana keputusanmu tentang pernikahan ini? Apakah kamu akan bercerai dari Budi?” Tanya Tia yang tidak rela jika sang Putri disakiti.

Dinda menghela nafasnya sambil berpikir sejenak. Tiba-tiba saja dirinya mengingat ada sebuah perjanjian dengan kedua orang tua Budi. Ia mengambil nafasnya sambil berkata, “Aku akan mendiskusikan ini dengan kedua orang tua Budi. Jalan ke depannya masih bisa belum diprediksi dengan aman.”

“Kapan kamu akan ke sana?” tanya Malik yang tidak terima kalau sang Putri masuk dalam penderitaan. 

Melihat sang ayah sedang gusar, Dinda pun menjawab, “Besok pagi yah. Aku akan kembali ke kamar untuk tidur.”

Malik dan Tia terkejut dengan jawaban Dinda. Mereka tidak menyangka kalau sang Putri tidur seranjang bersama Budi. Mereka melarang Dinda untuk tidak tidur di kamar itu.

“Kamu tidur bersama Budi dalam satu ranjang?” tanya Malik.

“Tidak ayah. Aku tidak akan tidur bersama Budi. Sebelum Budi lepas dari Kanaya sialan itu. Aku tidak akan mungkin bisa dijamah olehnya,” jawab Dinda.

“Lalu?’’ tanya Malik lagi.

“Aku tidur di sofa kesayanganku. Biarkanlah Budi tidur di ranjangku. Asalkan aku tidak tidur satu ranjang bersamanya,” jawab Dinda dengan jujur.

“Kenapa kamu tidak tidur bersama kami?” tanya Tia yang memandang wajah Malik.

“Tidak perlu ibu. Aku akan tidur di kamarku sendiri. Ya sudah... Lebih baik aku tidur,” jawab Dinda sambil berpamitan kepada kedua orang tuanya.

Mereka tidak menjawab namun hanya menganggukkan kepalanya saja. Dinda keluar dari kamar kedua orang tuanya sambil mengepalkan kedua tangannya. Ia tidak mungkin akan dijadikan seorang yang bisa ditindas oleh Budi. Ia akan menyuarakan suara Hati kedua orang tua Budi. 

Brakkkk!

Dinda sengaja membuka pintu dengan kencang. Ketika Dinda masuk ke dalam, saat itu Budi sedang menelpon Kanaya. Tiba-tiba saja Budi tidak terima dengan sifat kasar Dinda. Lalu Budi mematikan ponselnya dan melemparkannya ke segala arah. Dengan mata tajamnya, Budi bangun dari tidurnya dan menantang Dinda.

“Kamu punya sopan nggak sih masuk ke dalam kamar pakai banting-banting pintu segala!” bentak Budi.

“kamu sadar nggak? Kalau kamu sudah menjadi pria beristri!kamu diam-diam menghubungi wanita lain dan mengatakan cinta ke dia? Apakah kamu nggak malu mengatakan itu di depan istrimu?” pencak Dinda dengan menantang.

“Cih... Istri! Janganlah kamu bermimpi menjadi istriku! Kamu memang orang yang tidak pantas menjadi istriku!” geram Budi yang tidak terima Dinda menjadi istrinya.

“Oh ya sudah... Kamu adalah pria yang tidak tahu malu. Kamu jadi pria sangat bodoh. Kamu itu sedang tertipu sama wajah cantik milik Kanaya. Tapi kamu nggak tahu kalau Kanaya itu adalah jelmaan iblis. Ya sudah kalau kamu nggak mau dengerin aku. Sekarang kamu jangan berisik. Aku mau tidur. Oh ya mobilmu sudah aku taruh di garasi. Aku sudah mengisi penuh bahan bakar itu. Jangan sekali-sekali kau menagihnya lagi!” tegas Dinda lalu berbaring di sofa.

Akhirnya Dinda terlelap dalam mimpi. Dirinya sangat lelah sekali karena ulah Budi. Ia tidak memperdulikan siapa itu Budi di dalam kamarnya. Bagaimana dengan Budi sendiri? Ia sedang mencari cara untuk menceraikan Dinda dalam waktu dekat ini. Jujur rencananya Budi akan menikahi Kanaya.

“Aku akan meminta Tio untuk mencari rumah kontrakan. Yang di mana rumah kontrakan itu seluruh orang tidak boleh ada yang tahu. Begitu juga dengan Dinda. Kalau dia sampai tahu. Dinda akan ngomong ke Mama. Lama-lama aku pusing sama Dinda dan mama. Kenapa aku bisa menikahi gadis seperti ini? Kenapa juga aku tidak menyusul Kanaya pergi ke Belanda dan menikah di sana. Betapa bodohnya aku menjadi seorang pria yang tidak tegas pada kehidupan sendiri?” geram Budi di dalam hati.

Paginya, Dinda sudah terbangun dan menyiapkan seluruh tugas-tugasnya. Sebelum berangkat Dinda melihat sebuah pesan dari Andara. Kemudian Dinda membacanya sambil tersenyum licik.

“Oh... Ternyata Budi kabur dari rumahku. Apakah aku harus membuat novel yang berjudul suamiku kabur dari rumah?” ucap Dinda dalam hati.

Memang, setelah Dinda terlelap tidur. Diam-diam Budi kabur dari rumah. Tanpa berpamitan Budi meninggalkan rumah itu menuju ke rumah Kanaya. Entah kenapa sang adik iparnya Andara mendapatkan berita seperti itu? Pada pagi itu juga Dinda meminta Andara untuk bertemu di satu tempat.

Sebelum berangkat dari rumah, Dinda mendapatkan bingkisan dari seseorang. Ia tidak sengaja membuka pintu dan melihat kardus yang terbungkus rapi. Dinda mengambilnya dan masuk ke dalam dapur sambil menatap sang ibu, “Ibu kemarin pesan apa ya? Kok pagi-pagi kurirnya sudah sampai di sini?”

Ketika sedang membalik ikan, Tia sangat terkejut dengan pernyataan Dinda. Tia membalikan badannya lalu melihat Dinda sambil menjawab,. “Mama kemarin pesan bando untuk anak panti asuhan. Tapi kata kurirnya, nanti sore barangnya sudah dikirim.”

“Oh... Tapi kenapa di depan rumah kita ada sebuah kardus besar seperti ini? Aku jarang sekali memesan barang via online. Kalau aku memesan barang via online pasti jatuhnya di kantor. Apakah ayah memesan barang via online? Seperti perlengkapan bengkel yang berada di persimpangan jalan itu?” tanya Dinda yang masih penasaran pesanan siapa itu.

“Ayahmu orangnya gagap teknologi. Ayahmu juga jarang sekali meminta ibu memesan barang-barang onderdil lewat online seperti ini,” jelas Tia.

“Ini sangat aneh sekali. Bisa-bisanya aku mendapatkan sebuah kardus besar ini?” kesal Dinda yang memutuskan untuk membuka kardus itu.

Dinda memutuskan untuk membuka kardus itu. Lalu dirinya perlahan dan melihat isi dalam kardus. Tiba-tiba saja Dinda melihat sebuah kepala boneka yang berlumuran darah. Dinda tidak memegangnya tapi hanya tertawa. Jujur, Dinda tidak takut sama sekali dengan kardus seperti itu. Diam-diam ia mengambil gambar itu dan memasangnya sebagai status di sebuah aplikasi pesan yang bergambarkan lambang telepon berwarna hijau. Dalam unggahan itu Dinda menuliskan sebuah caption, Apakah ini sebuah teror yang bisa membuat aku takut? Itu tidak bisa sama sekali. Aku tidak akan takut dengan teror itu. Terima kasih bagi yang mengirimkan kardus itu ke rumahku.jangan sampai aku melaporkan kasus ini ke aparat penegak hukum di daerah ini.”

Begitulah caption dari Dinda. Sementara sang ibu langsung lemas. Ia tidak menyangka kalau sang Putri mendapatkan teror seperti ini. Untung saja di dalam kardus itu tidak ada bom. Yang lebih parahnya lagi Tia tidak sengaja melihat sang Putri tertawa.

“Ih... Kamu itu ya? Itu teror Dinda! Kenapa kamu malah tertawa? Hidupmu tidak aman lagi,” seru Tia yang tidak terima sang Putri sedang diteror.

“Eh ada surat,” celetuk Dinda sambil meraih secarik kertas di dalam kardus itu.

“Aduh Dinda! Yang benar saja kamu. Itu teror. Kamu kok malah bahagia sekali mendapatkan teror seperti itu?” tanya Tia yang hatinya was-was dengan keadaan Dinda.

“Memang itu teror. Lalu Dinda harus ngapain?” tanya Dinda yang membuat Tia semakin bingung dengan sifatnya itu.

Episodes
1 BAB 1
2 BAB 2
3 BAB 3
4 BAB 4
5 BAB 5
6 BAB 6
7 BAB 7
8 BAB 8
9 BAB 9
10 BAB 10
11 BAB 11
12 BAB 12
13 BAB 13
14 BAB 14
15 BAB 15
16 BAB 16
17 BAB 17
18 BAB 18
19 BAB 19
20 BAB 20
21 BAB 21
22 BAB 22
23 BAB 23
24 BAB 24
25 BAB 25
26 BAB 26
27 BAB 27
28 BAB 28
29 BAB 29
30 BAB 30
31 BAB 31
32 BAB 32
33 BAB 33
34 BAB 34
35 BAB 35
36 BAB 36
37 BAB 37
38 BAB 38
39 BAB 39
40 BAB 40
41 BAB 41
42 BAB 42
43 BAB 43
44 BAB 44
45 BAB 45
46 BAB 46
47 BAB 47
48 BAB 48
49 BAB 49
50 BAB 50
51 BAB 51
52 BAB 52
53 BAB 53
54 BAB 54
55 BAB 55
56 BAB 56
57 BAB 57
58 BAB 58
59 BAB 59
60 BAB 60
61 BAB 61
62 BAB 62
63 BAB 63
64 BAB 64
65 BAB 65
66 BAB 66
67 BAB 67
68 BAB 68
69 BAB 69
70 BAB 70
71 BAB 71
72 BAB 72
73 BAB 73
74 BAB 74
75 BAB 75
76 BAB 76
77 BAB 77
78 BAB 78
79 BAB 79
80 BAB 80
81 BAB 81
82 BAB 82
83 BAB 83
84 BAB 84
85 BAB 85
86 BAB 86
87 BAB 87
88 BAB 88
89 BAB 89
90 BAB 90
91 BAB 91
92 BAB 92
93 BAB 93
94 BAB 94
95 BAB 95
96 BAB 96
97 BAB 97
98 BAB 98
99 BAB 99
100 BAB 100
101 BAB 101
102 BAB 102
103 BAB 103
104 BAB 104
105 BAB 105
106 BAB 106
107 BAB 107
108 BAB 108
109 BAB 109
110 BAB 110
111 BAB 111
112 BAB 112
113 BAB 113
114 BAB 114
115 BAB 115
116 BAB 116
117 BAB 117
118 BAB 118
119 BAB 119
120 BAB 120
121 BAB 121
122 BAB 122
123 BAB 123
124 BAB 124
125 BAB 125
126 BAB 126
127 BAB 127
128 BAB 128
129 BAB 129
130 BAB 130
131 BAB 131
132 BAB 132
133 BAB 133
134 BAB 134
135 BAB 135
136 BAB 136
137 BAB 137
138 BAB 138
139 BAB 139
140 BAB 140
141 BAB 141
142 BAB 142
143 BAB 143
144 BAB 144
145 BAB 145
146 BAB 146
147 BAB 147
148 BAB 148
149 BAB 149
150 BAB 150
151 BAB 151
152 BAB 152
153 BAB 153
154 BAB 154
155 BAB 155
156 BAB 156
157 BAB 157
158 BAB 158
159 BAB 159
160 BAB 160
161 BAB 161
162 BAB 162
163 BAB 163
164 BAB 164
165 BAB 165
166 BAB 166
167 BAB 167
168 BAB 168
169 BAB 169
170 BAB 170
171 BAB 171
172 BAB 172
173 BAB 173
174 BAB 174
175 BAB 175
176 BAB 176
177 BAB 177
178 BAB 178
179 BAB 179
180 BAB 180
181 BAB 181
182 BAB 182
183 BAB 183
184 BAB 184
185 BAB 185
186 BAB 186
187 BAB 187
188 BAB 188
189 BAB 189
190 BAB 190
191 BAB 191
192 BAB 192
193 BAB 193
194 BAB 194
195 BAB 195
196 BAB 196
197 BAB 197
198 BAB 198
199 BAB 199
200 BAB 200
201 BAB 201
202 BAB 202
203 BAB 203
204 BAB 204
205 BAB 205
206 BAB 206
207 BAB 207
208 BAB 208
209 BAB 209
210 BAB 210
Episodes

Updated 210 Episodes

1
BAB 1
2
BAB 2
3
BAB 3
4
BAB 4
5
BAB 5
6
BAB 6
7
BAB 7
8
BAB 8
9
BAB 9
10
BAB 10
11
BAB 11
12
BAB 12
13
BAB 13
14
BAB 14
15
BAB 15
16
BAB 16
17
BAB 17
18
BAB 18
19
BAB 19
20
BAB 20
21
BAB 21
22
BAB 22
23
BAB 23
24
BAB 24
25
BAB 25
26
BAB 26
27
BAB 27
28
BAB 28
29
BAB 29
30
BAB 30
31
BAB 31
32
BAB 32
33
BAB 33
34
BAB 34
35
BAB 35
36
BAB 36
37
BAB 37
38
BAB 38
39
BAB 39
40
BAB 40
41
BAB 41
42
BAB 42
43
BAB 43
44
BAB 44
45
BAB 45
46
BAB 46
47
BAB 47
48
BAB 48
49
BAB 49
50
BAB 50
51
BAB 51
52
BAB 52
53
BAB 53
54
BAB 54
55
BAB 55
56
BAB 56
57
BAB 57
58
BAB 58
59
BAB 59
60
BAB 60
61
BAB 61
62
BAB 62
63
BAB 63
64
BAB 64
65
BAB 65
66
BAB 66
67
BAB 67
68
BAB 68
69
BAB 69
70
BAB 70
71
BAB 71
72
BAB 72
73
BAB 73
74
BAB 74
75
BAB 75
76
BAB 76
77
BAB 77
78
BAB 78
79
BAB 79
80
BAB 80
81
BAB 81
82
BAB 82
83
BAB 83
84
BAB 84
85
BAB 85
86
BAB 86
87
BAB 87
88
BAB 88
89
BAB 89
90
BAB 90
91
BAB 91
92
BAB 92
93
BAB 93
94
BAB 94
95
BAB 95
96
BAB 96
97
BAB 97
98
BAB 98
99
BAB 99
100
BAB 100
101
BAB 101
102
BAB 102
103
BAB 103
104
BAB 104
105
BAB 105
106
BAB 106
107
BAB 107
108
BAB 108
109
BAB 109
110
BAB 110
111
BAB 111
112
BAB 112
113
BAB 113
114
BAB 114
115
BAB 115
116
BAB 116
117
BAB 117
118
BAB 118
119
BAB 119
120
BAB 120
121
BAB 121
122
BAB 122
123
BAB 123
124
BAB 124
125
BAB 125
126
BAB 126
127
BAB 127
128
BAB 128
129
BAB 129
130
BAB 130
131
BAB 131
132
BAB 132
133
BAB 133
134
BAB 134
135
BAB 135
136
BAB 136
137
BAB 137
138
BAB 138
139
BAB 139
140
BAB 140
141
BAB 141
142
BAB 142
143
BAB 143
144
BAB 144
145
BAB 145
146
BAB 146
147
BAB 147
148
BAB 148
149
BAB 149
150
BAB 150
151
BAB 151
152
BAB 152
153
BAB 153
154
BAB 154
155
BAB 155
156
BAB 156
157
BAB 157
158
BAB 158
159
BAB 159
160
BAB 160
161
BAB 161
162
BAB 162
163
BAB 163
164
BAB 164
165
BAB 165
166
BAB 166
167
BAB 167
168
BAB 168
169
BAB 169
170
BAB 170
171
BAB 171
172
BAB 172
173
BAB 173
174
BAB 174
175
BAB 175
176
BAB 176
177
BAB 177
178
BAB 178
179
BAB 179
180
BAB 180
181
BAB 181
182
BAB 182
183
BAB 183
184
BAB 184
185
BAB 185
186
BAB 186
187
BAB 187
188
BAB 188
189
BAB 189
190
BAB 190
191
BAB 191
192
BAB 192
193
BAB 193
194
BAB 194
195
BAB 195
196
BAB 196
197
BAB 197
198
BAB 198
199
BAB 199
200
BAB 200
201
BAB 201
202
BAB 202
203
BAB 203
204
BAB 204
205
BAB 205
206
BAB 206
207
BAB 207
208
BAB 208
209
BAB 209
210
BAB 210

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!