Bab 12# Tetangga Baru

"STNK kamu taruh di mana, Unga?"

Pulang pulang dari rumah Dibi, Bunga langsung ditodong pertanyaan dari Emak.

"Ada, Mak. Di tempat aman." Bunga memang tidak berbohong tentang tempat aman itu karena ada di tangan polisi bin Dibi. Pencuri mana berani dekat dekat.

"Di lemari? Oh, baiklah. Emak ambil__"

"Jangan digadai maksud Unga, Mak. Masalah uang semester bisa diurus nanti." Cukup cari pacar, bebas dari status jomblo, dapat uang dari Dibi pula. Uh, nikmat mana lagi yang Bunga dustakan. Mulai hari ini, Bunga berniat berbaik hati sama tuh Dube. Anggaplah Dibi itu adalah malaikat sekaligus iblis juga.

" Maksudnya?"

Bunga hanya tersenyum manis lalu meninggalkan Emak yang ada di ruang tengah. Masuk kamar. Ambil tas lalu keluar lagi.

"Unga berangkat ya, Mak. Ada kuliah pagi."

Selesai cium punggung tangan, Bunga bergegas keluar rumah. Pandangannya jatuh ke pelataran rumah Dibi. Ada Arpina di teras sana sedang mengikat tali sepatu. Lebih tepatnya, sedang diikatkan oleh Dibi karena tangan bocah itu lagi repot memeluk buku paket tiga sekaligus.

"Tante Bungaaahh...!" Panggilan Arpina sengaja di manja manjakan pakai H di akhir kalimatnya. "Bareng anak tiri aja yuk!" sambungnya sembari berjalan ke arah pagar yang sudah terbuka lebar untuk mencegah langkah Bunga yang tak niat menjawab.

Di belakang punggung Arpina, Dibi sudah melotot seram ke Bunga, kode agar jangan mau menerima tawaran anaknya.

Bunga sih santai saja melihat plototan itu. Rencananya mau jahilin Dibi, tetapi mengingat kembali kerjasama mereka, Bunga tidak jadi. Bisa lebih dipersulit lagi nanti STNKnya dan bayaran yang dijanjikan Dibi melayang hangus.

"Nggak mau, ah. Aku kan punya gebetan, Pin. Kalau aku terlihat sama orang lain, gebetan aku bisa ilfil."

Mata Arpina memicing menatap Bunga lamat lamat. Ah, pasti si Tante berbohong lagi seperti tukang ojek yang waktu itu diakuin pacar.

"Masa? Bohong ya. Pasti tukang angkot yang sekarang diakuin jadi pacar. Iya kan?"

Asem nih bocah. Ingin sekali Bunga mencubit kesal bibir Arpina. Tapi mana berani, ada bapaknya. Takut dismackdown.

Kreeekk...

Belum sempat menyahut, pagar yang ada di sebelah rumah Dibi terbuka oleh seseorang.

" Loh, Delon?!" Antara kaget dan senang, Bunga melihat cowok yang beberapa bulan ini selalu mengademkan hatinya, ada di area komplek. Jadi, rumah kosong sebelumnya itu sekarang dibeli Delon? Wah, asyik sekali. Bisa pedekate sepuluh langkah dong. Inilah namanya, tetangga mengademkan hati.

"Eh, Bunga. Rumah kamu juga di komplek sini? Kebetulan sekali ya?"

Arpina cemberut melihat keakraban Bunga dan pria yang bernama Delon itu. Mana si tante mesem mesem lagi. Nyaris tak berkedip menatap si om muda di depannya.

Dibi yang diuntungkan di sini, karena Arpina pasti akan berhenti dari misi mak comblangnya kalau melihat secara langsung keakraban Bunga dan cowok muda tersebut. 'Maaf ya, Nak. Telat sedikit berangkat sekolahnya. Nonton aja dulu sinetron alay di depan kita.'

"Om, apanya Mama Arpina?"

Hah...?

Bunga, Dibi dan Delon melongo mendengar pernyataan klaim bocah yang tidak punya kamus pantang menyerah kalau sudah punya 'niat.'

"Bunga?" Jari Delon bergantian menunjuk Arpina dan gadis berhijab ini. "Anak mu?"

"Iya, calon anak tiri lebih tepatnya. Itu Papa ku, pacar Mamaaah Bungaaa!"

Bunga tidak diberi kesempatan menyela. Arpina bawel menyebalkan. Jsjdjsjdjwjsseq ... Bapaknya marah nggak sih, kalau Bunga menyumpel mulut ajaib memusingkan Arpina? Omongan bocah badung ini tanpa sengaja sudah membuat jodohnya menjauh. Bunga yakin, bukan hanya pada Delon bocah ingusan tersebut mengada ada, pasti Delon Delon bin pria lain yang dekat dengannya juga akan mendapat teguran Arpina yang mengklaim dirinya sebagai Mamanya. Hiks ... Nasib punya tetangga ajaib.

"Kenalkan, aku Arpina."

Delon menyambut tangan kecil bocah cantik dan pintar ngomong ini. "Delon."

"Oh, Melon __eh Om Delon, maksudnya." Cepat cepat Arpina meralat lidahnya yang terpeleset dari D ke M+elon. Disusul, senyum manis mengembang agar si Om tidak marah. "Papa ku polisi loh, Om! Cocok kan sama Tante Bunga?"

Cukup sudah. Dibi dan Bunga kena mental dengan mulut ajaib Arpina.

"Ayo, Nak. Berangkat sekolah." Meski gondok di dalam sana akan mulut sembrono Arpina, Dibi tetap berusaha bertutur lembut. Nanti, kalau sudah berdua maka Dibi akan berusaha menjelaskannya secara pelan pelan agar hati anaknya tidak kecewa atau hancur lebih parahnya.

"Mama, anak mu berangkat ya. Ingat, jangan nakal. Nanti ditembak papa loh." Arpina tersenyum tanpa dosa. Lalu segera naik ke boncengan motor gede sang Papa.

Jangan ditanyakan ekspresi Bunga. Rasanya, ia ingin melempar sepatunya ke kepala Arpina yang sudah pergi dibonceng. Sumpah, nyebelin tuh bocah. Bikin malu di depan Delon yang sedari tadi pria itu menahan senyum sendiri karena gemas dengan kecerewetan Arpina.

"Cieeee... Mama tiri muda. Polisi lagi calonnya."

Potek sudah hati Bunga. Delon menggodanya alih alih menampilkan muka jealous-nya.

"Kamu nggak cemburu?" Disayangkan, hanya dalam hati Bunga bertanya demikian. Delon sepertinya real menganggapnya teman. 'Hancur hati ku,' Bunga bernyanyi miris dalam hati.

"Jangan dianggap serius ocehan anak cacing itu! Cuma iseng dianya."

" Hahaha..." Delon tertawa lucu. Bunga malah terpana melihat wajah ngademin Delon.

"Tapi Papanya tampan loh, Bunga."

"Tampan tapi duda. Ogah lah."

Delon kembali tersenyum. "Mau berangkat bersama nggak?"

Kali ini, Bungalah yang mengembangkan senyum manisnya. Sepik sepik jual mahal, Bunga berkata, "Nggak ah, aku nggak enak repotin kamu. Nanti naik angkot saja di depan."

"Ayolah. Nggak apa kok. Tunggu sebentar ya, aku ambil motor."

Asyik - asyik jos. Bunga berlompat kegirangan di saat Delon sudah berjalan masuk ke pelataran mengambil motor. Mimpi indahnya yang semalam ternyata terwujud meski bukan acara dinner di pinggir kolam bermandikan cahaya bulan. Naik motor lebih romantis dong. Aaahhh ... Senangnya.

"Delon, eh tungguin Mbak."

Siapa tuh cewek yang baru keluar dari rumah Delon. Pakai baju polwan. Body aduhai tinggi ramping. Rambut bob oval ala ala polwan. Cantik banget. Bunga yang melihatnya saja tertarik sebagai pengagum stylish modis, apalagi kalau mata cowok yang melihatnya, pasti jatuh cinta tuh siapa pun prianya.

"Apa, Mbak?"

"Nebeng ke kantor."

Bunga hanya diam mendengarkan. Kalau dilihat lihat, Delon dan si wanita itu ada kemiripan. Fix, pasti adik kakak.

"Duh, gimana ya, Mbak. Aku uda ngomong ke Bunga untuk berangkat bersama ke kampus."

Lantas si polwan ramping yang bertag name Denisa Sahar di seragam polwannya, menoleh ke arah gerbang, di mana ada Bunga yang berdiri di sana.

"Padahal, Mbak lagi buru buru sekali. Ada brifeing pagi di kantor ___" Broomm... "Loh, Pak Dibi?" Denisa kaget melihat keberadaan Dibi - Bapak komandan tampan di kantor itu memberhentikan motornya di sebelah Bunga.

Bunga juga kaget. Si Dube cepat sekali kembalinya mengantar Arpina. Sekolahnya memang dekat sih. Bunga memaklumi hal itu. Tapi masalahnya, kenapa si Dube berhenti di sebelahnya alih alih memarkirkan di pelataran rumah sendiri.

"Pagi, Pak Dibi? Wah, Anda di sini?"

"Eum, rumah ku itu." Seperti biasa, Dibi menjawab datar. Membuat Bunga keheranan dalam diamnya. Apa Dibi itu mati rasa sama perempuan? Lah, ianya saja yang melihat Denisa yang bening dan cukup dibilang sempurna ini, terkesima dalam artian kagum. Masa Dibi nggak?

"Kita tetanggaan dong, Pak."

"Bunga, naik cepat!" Dibi tidak merespon Denisa.

Eh, apa maksudnya si Dube nyuruh nyuruh naik ke motornya.

Senyum Denisa jadi luntur.

"Cepat naik, Bunga. Arpina lagi ngambek di depan gerbang sekolahnya."

Terus, apa hubungannya coba dengannya? Pasangan anak bapak ini memang memusingkan. Aneh deh. Bunga cemberut sembari mendumel dalam hati.

"Cepat, Bunga. Kalau Arpina mogok belajar bagaimana coba?"

"Iya, iya...!" Bunga terpaksa menurut. Naik ke boncengan dengan wajah tidak enak hati ke Delon. "Delon, maaf ya. Saya duluan. Kan Mbak mu juga lagi butuh kamu. Mari ___"

Broomm...

Eh, kampret. Belum selesai ngomong ke Delon, si Dube setan ini malah main tancap gas. Nggak anak, nggak bapak sangat songong. Untung refleks peluk Dibi dari belakang, kalau tidak, maka bocor sudah kepala Bunga karena terjatuh.

"Pegang boleh, tapi jangan jatuh cinta karena pelukan mu sendiri," Warning Dibi.

Karena kesal, Bunga memberanikan memukul helm Dibi.

Terpopuler

Comments

astri

astri

arpina.... gemes aku 😁😁😁

2023-04-17

1

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

WAHHH MKIN BERAT NII TUGAS ARPINA JDI MAK COMBLANG PAPINYA KE BUNGA,, TU BUNGA SUKA DELON, DN KYKNYA SI DENISA KK NYA DELON SUKA MA DIBI.. TRUS APA DELON SUKA MA BUNGA .. ?? SDGKN DIBI MSH TRTUTUP HATINYA MA WANITA..

2023-03-06

0

Aurel Bundha

Aurel Bundha

lanjut 🥰🥰🥰 semangat

2023-02-08

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!