Bab 2# Awal Pemberian Misi

Beberapa hari yang lalu...

Masih lengkap dengan seragam sekolahnya, Arpina yang baru pulang langsung menghampiri Mamanya yang sedang sibuk bercanda gurau sama dua neneknya berikut Sky- adik beda bapak.

"Loh, muka kok cemberut begitu?" Pelangi - Mamanya menerima salam hangat dari Arpina. Semuanya pun di beri ciuman hangat kecuali adiknya yang ogah ogahan padahal nafasnya harum permen karet. Bukan bau jigong. Songong memang adiknya itu, tetapi ia sayang kok.

" Ma, Papa nggak bisa pulang katanya di hari ulang tahun ku!"

Oh, itu sebabnya?

"Papa yang mana, Arpina?" tanya Oma Bintang. Menggoda orang yang sudah cemberut. Yaak, tidak salah juga sih bertanya demikian. Arpina kan punya dua Papa. Satu Papa Dibi dan satunya Papa Guntur - Papa tirinya yang sekarang lagi perjalanan bisnis ke arab, sekalian pulang kampung katanya.

"Papa Dibi atau Papa Guntur?" Oma Mentari menimpali sampai memperjelas nama.

"Papa Guntur pasti pulang, Sayang," imbuh mamanya. Memang tidak diragukan, Papa Tirinya juga sangat menyayanginya. Pokoknya, tidak ada dusta lagi sama kekompakan mereka berdua. Namun di sisi lain, Arpina juga rindu berat sama Papa kandungnya.

"Papa Dibi juga pasti pulang, Sayang." Kembali Mamanya menghibur. Katanya dan memang bukti nyata, meski ada perceraian di antara kedua orang tua kandungnya, mereka semua masih menjalin tali silaturahmi yang baik. Entah apa sebabnya kedua orang tuanya itu bercerai, Arpina pun tidak tau dan tidak mau tau urusan yang sudah dikubur lama. Intinya kalau maksa mau tau, baca saja kisah Mama Papanya di novel, "REGRET! (Saat Istriku Pergi) Sediakan ujung daster kalau mau baca karena ceritanya mengandung bawang (Duh, jadi promo)

"Papa Dibi yang nggak datang. Katanya, Papa sibuk. Paling hadiah saja yang akan dikirim."

"Nih, Kak. Tissue, lap dulu ingusnya." Sky, adiknya mengerti saja kalau ia hampir ngeluarin ingus karena nahan tangis.

Lantas, Mamanya dan kedua Omanya kompak berseru, "Kamu saja yang samperin Papa Dibi."

Wah... Ide bagus. Arpina tidak jadi menangis. Tissue yang diberikan Sky, ia lempar kembali ke adiknya dan jatuh sempurna ke gelas jus adiknya. Bodo amat sama Sky yang menggerutu, terpenting ia sudah senang.

"Terus, sekolah Arpina, bagaimana?"

Betul juga apa kata anaknya. Pelangi dan Mentari juga Bintang kompak saling lirik. Kira kira saling berpikir untuk mencari jalan tengahnya. Masalahnya, Arpina memang bersekolah yang berfasilitas Internasional yang terkenal keunggulannya. Apa iya mereka harus mengambil cuti demi menyenangkan hati Arpina?

"Arpina rela deh pindah sekolah. Cukup satu semester atau dua, boleh ya, Ma, Oma? Lagian, di mana pun sekolah itu, terpenting niat kita yang bersungguh-sungguh belajar." Arpina memasang tampang memohon. Berharap tiga orang dewasa di depannya memberinya izin. "Boleh ya, Ma. Anggaplah ini kado ulang tahunku. Sekali kali Arpina ingin punya juga happy time sama Papa Dibi." Arpina memang juara kalau soal rayu merayu. Tiga orang dewasa di depannya jadi terenyuh karena Dibi yang menyibukkan tugas Negaranya sebagai polisi, jarang pulang. Alhasil, Arpina yang kasih sayangnya penuh kata adil itu, hanya beberapa kali bertemu Papa kandungnya dalam satu tahun. Terang saja, Arpina rindu berat sama Papa Dibi. Meski ada Papa Guntur yang memberinya kasih sayang seorang Ayah, tetap saja ada yang kurang di sudut hatinya.

Bintang tau, kalau Dibi-anaknya itu masih susah move on sama Pelangi - mantan menantunya ini, jadi Dibi sengaja mengambil tugas di kota lain demi membunuh rasa penyesalan anaknya itu yang pernah melukai hati Mama Arpina.

"Gimana, Pe?" tanya Bintang ke mantan menantunya yang masih punya kekerabatan keluarga. Jadi, meski ada kata mantan, Dibi dan Pelangi masih terbilang satu kerabat dari para tetua.

"Baiklah, Mama beri izin!"

Lantas Arpina refleks memekik senang sembari membentur tubuh mungilnya memeluk sang Mama cantiknya.

"Mama memang terbaik!" puji Arpina.

"Tapi dengan satu syarat!"

Arpina dan tiga kepala lainnya kompak menatap Bintang. Sky yang tadinya sibuk main rubrik yang mirip kubus itu, ikut kepo.

"Apa tuh, Oma?"

"Oma berharap, Arpina di sana bisa membantu Papa Dibi dapat jodoh. Kan asyik tuh, kalau kamu punya mama dua dan papa dua juga."

Arpina tersenyum lebar. Setuju sekali dengan ide Omanya.

"Kudu pilih yang menurut Arpina cocok sama Papa ya! Jangan sembarangan!" Pelangi ikut mendukung. Mantan suaminya itu memang harus di tuntun terlebih dahulu agar tidak sesat menjomblo melulu. Ianya saja uda punya anak lagi dari pernikahan keduanya, masa mantannya itu masih betah menyendiri sih? Kan kasihan, nanti mengkarak.

"Hehehe, beres itu, Ma. Jadi istilahnya, Arpina akan jadi Mak comblangnya Papa nih?"

"Betul sekali...!"

Begitulah awal Arpina pindah sekolah dan tinggal bersama Dibi di luar kota.

Kalau Arpina gagal, itu tandanya mati dalam peperangan. Malu dong sama Mama dan dua Omanya yang sudah memberi kepercayaan penuh padanya kalau ia gagal memilihkan kandidat jodoh buat si Papa. Masalahnya buat Arpina, Papanya itu loh nggak mau kerja sama seperti setuju gitu di pilihkan pendamping. Huh... Jadi piye toh?

Broomm...

Lamunan Arpina buyar akan suara motor yang berhenti di depan rumah Bunga. Ah, kandidat pertamanya sudah pulang kuliah rupanya. Godaain ah... Ish, tunggu dulu, yang bonceng calon Mama tirinya siapa itu? Wah, nggak bisa dibiarkan. Papanya nggak boleh dong ditikung.

"Selamat sore, Mama!"

Eh, sapaan apa itu?

Bunga mendelik horor ke samping. Di mana Arpina terlihat kepala berikut wajah devilnya doang karena ada tembok pembatas rumah yang menghadang.

"Eh, Om. Situ apanya Mama?" Arpina mana peduli delikan horor Bunga yang tidak seram seram amat menurutnya. Kecuali bola mata Tante Bunga itu copot dan menggelinding, baru deh bisa dibilang ... oh seeeraaam.

Si Om hanya tersenyum. Dalam hati berkata, orang tuanya ngidam apa ya, kok kayak boneka hidup. Cantik. Tidak tau saja ketengilannya tuh bocah bikin Bunga sakit kepala dalam satu pekan ini. Cantik tapi mirip setan bagi Bunga.

"Om ini, pacarku lah." Bunga tersenyum setan melihat Arpina menganga lebar. Entah apa yang dipikirkan tuh bocah, Bunga tidak peduli.

"Eh, Om. Apa Om tidak tau kalau Tante Bunga itu calon Mama tiri ku. Om mau kah berurusan sama Papaku yang polisi. Mending putusin deh. Daripada motor kena tilang karena pajak mati, spion cuma satu, terus...." Arpina masih mencari cari kesalahan motor matic si Om. Nah, itu helm nya juga bukan SNI. Panggil papa nih! Arpina yakin, pasti SIM atau surat kendaraannya sudah kadaluwarsa juga."

Duh, kok anak cerewet itu benar semua ya tebakannya. Kaburlah kalau gitu. "Dek, Om bukan selingkuhan calon Mamamu, Om cuma tukang ojek. Permisi ya?" Broomm...

"Hahahaha..." Arpina tertawa tawa girang sembari mendelik ke Bunga yang menutup malu separuh wajahnya pakai ujung pashmina. Tukang ojek doang!

"Anak setan!" umpatnya dalam hati. Lalu segara melangkah meninggalkan Arpina yang masih tertawa girang.

"Tanteeee!"

"Berisik!" bentak Bunga tanpa menoleh yang sudah berada di depan terasnya. Ia malu karena tukang ojek yang dianggap pacar di depan Arpina malah mematahkan kebohongannya.

"Hahaha... Ngaku-ngaku nih yeee! Padahal tukang ojek. Hahahaha... Nggak ada vibes-nya sama sekali, Tan. Ada Papa loh yang masih nganggur. Sebelum laku, lebih baik Tante Bunga tekan kontrak sini."

"Serah lu deh bocah, seraaah!" Bunga membanting pintu. Membiarkan Arpina berceloteh seperti burung beo.

Terpopuler

Comments

Asrini Zafarani

Asrini Zafarani

gokil,,,fix,,, udah berasa anak sama emak nya Thor

2023-06-15

1

astri

astri

ya amapun.. tu anak 😂😂

2023-04-17

0

Kaka El

Kaka El

Aku suka ceritanya.Ringan dan menghibur.Makasih Thor.

2023-02-22

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!