Bab 4# I Love You

"Eh, siapa yang nyakitin? Nggak kok!" Jelas saja Bunga juga ngegas ke Dibi. Ogahlah dijeblosin ke penjara. Wong nggak salah kok.

Bunga bahkan berani menatap bola mata Dibi yang melotot. "Andai itu bola mata bisa disepak, maka uda jauh terhempas." Sayangnya, Bunga hanya membatin kesal. Gila aja kalau ia terang terangan mengumpat demikian. Bisa kena pasal KUHP tentang 'Kekerasan'. Pokoknya, sama polisi lisan dan tingkah harus dijaga. Nanti ujung ujungnya disemprot kena pasal ini lah, itu lah. Seperti si Dube ini, belum tau inti sari eh permasalahannya uda main tuduh.

"Jangan asal nuduh ya, Pak. Saya bisa laporin balik tentang pasal pencemaran nama baik."

Pak Dube pikir, ia tidak ngarti pasal pasalan kah? Huuh... Sableng sableng juga ia adalah mahasiswi fakultas hukum. Cita cita almarhum bapaknya katanya ingin melihat sang putri jadi sarjana hukum. Tadinya sih di suruh jadi polwan demi berbakti ke Negara, tetapi berhubung tinggi badannya masuk ke kreteria cebol, ya... Di kubur deh. Terpenting tentang hukum yang bersangkutan negara, si Bapak pasti senang, itu cerita Emak. Dan Bunga si anak yang berbakti kudu nurut saja. Padahal cita cita Bunga itu adalah jadi artis terkenal biar suatu saat nanti bisa main film sama idolanya yang berwajah oppa oppa itu. Astagfirullah, Bunga geleng geleng kepala mengenyangkan otak nakalnya yang sedang menghayal dipeluk mesra dari belakang oleh si Oppa. Dosa, dosa. Lagian, bukan waktunya yang indah indah, ada mimpi buruk di depannya saat ini yang perlu di lawan. Dan mimpi buruknya itu adalah Dibi.

"Tadi, mata kepala saya melihatmu membekap mulut anak saya. Kamu pikir saya buta, hah?" Dibi masih tetap yakin pada pendiriannya. Plototannya bikin jari Bunga gatal mau mencolok. Tapi... Tahan. Ingat Emak. Nanti seorang diri kalau ia di penjara.

"Situ yang ngomong buta sendiri." Bunga memutar mata malas.

"Ja__"

"Papa..." Arpina yang sempat tertegun karena melihat ada kemarahan di muka Papanya, akhirnya bersuara mencegah Papanya agar tidak kehilangan wibawa di depan kandidat calon ibu tirinya yang sudah ia tandai oke. Bahaya kalau orang dewasa di depannya berseteru.

"Tante Bunga nggak salah, Pa. Tadi itu, Arpina mau ngomong gini, 'Pa, Tante Bunga minta kode password Wi-Fi nya buat ngerjain tugas kuliah. Boleh apa nggak?' Eh, karena malu dan tidak enak hati mau gratisan internet, Tante Bunga jadi nahan Arpina bersuara. Gitu loh, Pa."

Lancar amat tu bocah buat karangan. Bunga sampai speechless. Ngomong ngomong tentang tugas dan modem internet menipis di laptopnya, benar adanya. Kok nih bocah bisa ngepas sekali alasannya ya. Namun, karangan bebas Arpina ini sekaligus membuatnya malu. Ketahuan sekali kalau dirinya miskin.

"Oh, gitu. Maaf!"

Datar amat. Ikhlas nggak tuh ngucapinnya. Bunga mendumel dalam hati. Hanya bibirnya yang manyun manyun pertanda ia masih kesal di tuduh melukai Arpina.

"I Love You."

"Hah..." Mulut Bunga melongo mendengar suara susulan Dibi mengatakan tiga kata bermakna lope itu secara spontan. Arpina pun kaget mendengarnya. Masih bocah juga, Arpina tau kalau kalimat itu sangat sakral di katakan. Benar nih, Dibi menembak Bunga secara mendadak? Aaah, Arpina ingin joget pinguin mendengarnya. Jadinya, tugas mak comblangnya akan berakhir kalau Papanya ternyata menyukai si kandidat ibu tiri.

"Bapak nembak saya?" Bunga gugup dibuatnya. Biar jelas, Bunga sampai menunjuk hidungnya. Wajahnya jadi memanas. Pasti merah merona ini mah. Ya ampun, ada alat nebulizer nggak sih? Kenapa nafasnya sesak sesak seperti gejala asma gitu ya. Ha hu ha... atur nafas, tarik, hembuskan pelan. Oke, sudah lega.

"Nembak? Maksudnya I Love You?"

Bunga mengangguk mantap. Dibi berdecak. Arpina sudah tidak sabar menunggu apa yang akan terjadi setelahnya. Kalau berpelukan romantis ala ala sinetron alay. Maka kamera siap cekres untuk bukti dikirim ke Mama dan Oma-omanya.

Tapi oh tapi... Tuingg...

"Kok Bapak noyor jidat saya?" Bunga terbengong bengong. Matanya memicing kesal tetapi penasaran juga, apa lagi salahnya sampai Dibi menyentuh jidat indahnya yang jauuuuh dari kata nongnong. "Untung nggak kesetrum tuh jari!" sungutnya ketus.

Dibi melirik sekilas Arpina. Ada anaknya yang masih setia menonton dan mendengar yang hal tidak wajar untuk seusianya. Jadi, turunkan emosi dan nada bicara. Sabar kalau kata pak subur. "I Love You yang saya bilang itu bukan nembak kamu. Tapi password Wi-fi. Ingat, jangan diberi spasi dan hurufnya nggak ada yang kapital."

Onde mande, salah paham toh. Malu sekali rasanya karena sudah kepedean dahulu ditembak si Dube yang katanya cuma ngasih tau password yang diluar nalar perkiraannya. Lagian, kode kok pakai kata iloveyuo. Gerah!

Demi mengurangi rasa malu, Bunga mengumpulkan keberaniannya dan berkata, "Untung bukan nembak yang 'itu', kalau benar kan saya pasti nolak Bapak karena saya butuhnya perjaka, bukan Duda!" serunya gamblang tanpa hati yang berhasil memancing kesesalan Dibi. Tangan Arpina yang sudah diraihnya untuk berniat pulang, jadi terlepas.

Panjang urusannya ini, mah. Arpina tepuk jidat menyaksikan argumentasi dua orang dewasa tetapi macam bocah seumurannya. Ingin melerai, tapi Arpina juga penasaran apa jawaban sang Papa. Okelah, mari dengar saja. Kalau jambak jambakan sampai guling gulingan di lantai, baru Arpina akan bertindak memanggil pak RT dengan dalih kata grebek aja biar langsung jadi Ibu Tirinya sah. Cakep kan idenya? Ya jelas, otak cerdas kok dilawan.

"Oh, jadi maksudnya kalau saya Duda, maka tidak pantas mendapat pendamping seorang gadis seperti mu gitu?" Dibi berdecak pinggang galak. Lalu melirik Arpina, "Nak, kamu pulang duluan!"

Eh, apa maksudnya itu ngusir Arpina segala? Bunga dibuat bingung. Apakah Dibi akan melakukan kekerasan, pelecehan atau hal mengerikan lain padanya? Agar tidak ketahuan Arpina, maka anaknya diusir dulu? Tidak tidak, jangan sampai terjadi apa yang ia pikirkan. Bunga masih mau hidup agar perjaka nanti bisa menikahinya.

"Jangan pergi, Arpina. Di sini aja. Kalau mau pergi pun, bawa sono Papamu."

Arpina hanya duduk manis sedia kalanya. Anak itu serba keder jadinya. Papanya mengusir, sedang tante Bunganya menyuruh tetap di tempat. Jadi...?

"Hah, sudahlah. Buang buang waktu saya saja. Arpina ayo kita balik. Kamu dengar kan, kalau Duda seperti Papa akan ditolaknya, jadi jangan main comblang comblang lagi. Papa nggak suka. Dan kamu Bunga Kamboja, tak sumpahi nikah sama duda."

" Amiiiiin! " Arpina langsung mengaminkan sumpah Papanya. Manatau ada malaikat takdir lewat mencatatnya. Dan semoga duda nya tak lain Papanya sendiri.

" Ish, sinting semuanya!" Bunga mengumpat dalam hati sembari menatap punggung Dibi yang sudah pergi dengan tangan itu menarik Arpina.

"Eh, tadi dia nyumpahin apa? Nikah sama duda katanya?" Bunga baru mencernanya lamat lamat. "Woiii... Ralat nggak sumpah mu!" teriaknya kesal.

Dibi ora peduli meski sekilas mendengar teriakan cewek itu.

"Amin kata Arpina? Astaga, anak bapak itu kapan pindahnya dari kompleks sejahtera ini sih. Hah... Meresahkan!" Bunga terus menggerutu sembari mengambil laptopnya yang ia tinggal di kamar. Biar dikata sedang kesal ke pasangan anak bapak tadi, Bunga tetap memakai koneksi Wi-Fi milik Dibi. Bisa nambah masalah lagi kalau tugas kuliahnya tidak selesai. Jadi, kesampingkan kata gengsi. Pakai saja kode 'iloveyou.' Ujung ujungnya, Bunga tertawa tidak jelas sembari mengetik kode tersebut.

"Astaga, kaya nggak ada aja kata lain untuk dijadikan kode password. Hihihi... I Love You!" Bunga masih tertawa geli seorang diri di dalam kamarnya. Sejenak, ia melirik ke arah jendela. Di sana, ada kamar Dibi. Lalu membuat jarinya seperti pistol. "Pushh... Mati kau duda!" Setelahnya, meniup ujung jarinya yang seolah olah tembakan peluru khayalannya berasap banyak.

Terpopuler

Comments

Adex Nazwa

Adex Nazwa

pak dibi gak nyadar sumpah mu itu adalah doa 🤣

2023-02-03

2

Aurel Bundha

Aurel Bundha

ngakak habis 🤣🤣🤣🤣lucu banget mereka bertiga,,,lanjut🥰🥰🥰 semangat

2023-02-03

1

ᵉˡ̳𝐀𝐘𝐃𝐀⸙ᵍᵏ

ᵉˡ̳𝐀𝐘𝐃𝐀⸙ᵍᵏ

aminin aja ya Nga😂😂

2023-02-02

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!