20

Nilam yang tadinya ingin keluar untuk mengambil air putih namun malah mendapatkan perlakuan mengejutkan dari Arga.

Hampir saja Arga memeluknya, entah Arga sengaja atau tidak namun perlakuan Arga membuat Nilam senang meskipun Arga tak mengatakan apapun setelah itu.

Nilam duduk disofa kamarnya, Ia masih tersenyum mengingat itu. Tanpa Ia sadari mata Vandam yang sudah bangun menatap ke arahnya sejak tadi.

Dan saat Vandam mendekat lalu memeluknya barulah Nilam sadar jika masih ada Vandam dikamarnya.

"Siapa yang sudah membuatmu tersenyum seperti ini baby?" tanya Vandam yang membuat senyum Nilam pudar seketika.

Nilam hanya diam, tak merespon ucapan Vandam hingga Vandam melepaskan pelukannya lalu menatapnya.

"Jangan berani tersenyum karena pria lain, kau ini milik ku, sampai kapanpun akan menjadi milik ku!" tegas Vandam yang seketika melemaskan jiwa Nilam.

Nilam masih memilih diam, kesenangan yang Ia rasakan hanya sesaat setelah Ia mendengar ucapan Vandam yang sudah mengklaim dirinya.

Vandam mengelus kepala Nilam, "Segera buatkan makan malam, aku dan Tuan Arga akan pergi malam ini."

Tanpa mengatakan apapun lagi, Nilam beranjak dari duduknya segera keluar untuk memasak.

Kini semua sudah berkumpul untuk makan malam bersama. Raut wajah Arga dan Sarah terlihat bahagia berbeda jauh dengan Nilam yang murung dan Vandam, masih tetap dengan wajah datarnya.

"Pihak VCO menghubungi saya Tuan, mereka sudah mengirim barangnya-"

"Tidak bisakah kita makan dengan tenang tanpa membicarakan pekerjaan?" potong Arga yang langsung membungkam Vandam.

"Maafkan saya Tuan."

Mereka kembali makan malam dengan tenang, Sarah yang sedari tadi menatap ke arah Nilam merasa heran karena wajah Nilam terlihat pucat.

"Nilam, apa kau sakit?" tanya Sarah.

Nilam terkejut dengan pertanyaan Sarah, Ia segera menggelengkan kepalanya, "Tidak Nona, saya baik baik saja."

"Tapi wajahmu terlihat pucat." kata Sarah lagi.

Arga dan Vandam ikut menatap ke arah Nilam.

"Ya wajahmu sangat pucat, mungkin kau memang sedang sakit." tambah Arga.

"Ti tidak Tuan, saya tidak sakit." seketika Nilam gugup saat Arga yang berbicara.

"Istirahatlah setelah ini, jika besok kau masih sakit tidak perlu melakukan apapun. Kita bisa delivery order untuk makanannya." tambah Arga yang membuat Nilam tersenyum.

"Benar kata Tuanmu Nilam, mungkin kau butuh istirahat." kata Sarah sambil melirik ke arah Vandam. Sarah mengira Vandam tidak memberi waktu untuk Nilam istirahat mengingat siang tadi saat Ia pulang melihat ada ****** ***** milik Nilam diluar.

Vandam pasti memaksa Nilam bercinta tanpa memikirkan kondisi Nilam pikir Sarah.

Vandam yang masih berada disana terlihat kesal dan langsung mengepalkan tangannya melihat Nilam tersenyum setelah mendengar ucapan Arga.

Selesai makan malam, Sarah membantu Nilam untuk mencuci piring agar Nilam bisa segera istirahat.

"Jika sakit biasanya kau minum obat apa? Biar aku belikan di apotik." kata Sarah yang langsung di gelengi oleh Nilam.

"Tidak perlu repot Nona, saya baik baik saja."

"Jangan seperti itu, anggap aku ini kakak mu, kita berdua sama sama terpenjara disini jadi jangan sungkan untuk meminta tolong padaku." kata Sarah yang membuat Nilam tersenyum karena kali pertamanya Ia mendapatkan perhatian yang menghangatkan hatinya.

"Saya ada obat pusing Nona, mungkin saya akan minum itu saja." balas Nilam.

"Apa kau yakin tidak ingin minum yang lain?"

Nilam menggelengkan kepalanya, "Tidak Nona."

"Saraaaaaahhhh..." suara teriakan Arga terdengar mengejutkan keduanya.

"Apa lagi sekarang, tidak bisakah dia membiarkan ku diluar sebentar saja." omel Sarah berjalan pergi ke kamarnya.

Nilam menghela nafas panjang melihat punggung Sarah, "Pasti rasanya menyenangkan memiliki suami seperti Tuan Arga." batin Nilam.

"Apa yang kau pikirkan!" suara galak Vandam terdengar.

Nilam menatap Vandam sebentar lalu Ia berbalik untuk merapikan piring yang baru selesai Ia cuci.

"Kau pasti memikirkan akan menyenangkan jika menjadi istri Tuan Arga." tebak Vandam yang langsung membuat Nilam terkejut, tak menyangka Vandam tahu isi hatinya.

"Kau selalu sok tahu!" bohong Nilam tak ingin mencari masalah dengan Vandam.

"Aku pasti tidak salah menebak." kata Vandam lalu mengangkat tangannya untuk mengelus rambut Nilam, "Tapi tenang saja, aku akan menjaga Tuanmu itu agar dia bisa selalu baik baik saja." Vandam tersenyum tipis.

Nilam sedikit takut melihat senyuman Vandam, Ia takut Vandam akan berbuat jahat pada Arga yang selalu baik pada mereka berdua, "Aku tidak menyukai Tuan, jangan salah paham!"

Vandam hanya tersenyum lalu pergi meninggalkan Nilam.

"Kenapa lama sekali!" omel Arga saat Sarah baru saja masuk ke kamar.

"Aku sedang membantu Nilam mencuci piring, ada apa?"

"Kau tidak ingin ikut?" tanya Arga merasa heran.

"Tidak, malam ini aku ingin menjaga Nilam, pergilah bersama Vandam."

Arga mengerutkan keningnya, merasa tak percaya dengan apa yang Sarah katakan.

"Aku serius, aku tidak tega melihat Nilam yang sakit harus sendirian di apartemen jadi aku akan menjaganya." kata Sarah membuat Arga tersenyum lalu memeluk Sarah.

Bau harum tubuh Arga membuat Sarah merasa tenang dan nyaman.

"Kau berhati hatilah, jangan sampai terluka." ucap Sarah dan Arga semakin mempererat pelukannya.

"Baiklah aku pulang sekarang, aku sudah meminta beberapa orang untuk berjaga didepan."

"Kenapa harus dijaga?" heran Sarah mengingat dibawah ada banyak security apartemen.

"Aku takut ada penyusup masuk."

Arga mencium kening Sarah dan Ia segera keluar dari kamarnya.

"Kita berangkat sekarang." ajak Arga pada Vandam yang sudah menunggunya.

Dipintu dapur, Nilam terlihat berdiri, menatap Arga penuh kekhawatiran.

"Semoga tidak ada masalah apapun, semoga Vandam tidak melakukan hal jahat pada Tuan." batin Nilam.

Semakin malam, Nilam bukannya semakin membaik malah semakin buruk. Nilam demam hingga mengigil membuat Sarah yang menemani tidur sangat khawatir.

Sarah mengambil air dan kain untuk mengompres Nilam namun itu tidak membantu membuat Sarah terpaksa memanggil bodyguard yang berjaga didepan untuk membawa Nilam kerumah sakit.

"Tidak perlu membawa saya kerumah sakit Nona." ucap Nilam dengan suara lemah.

"Sudah jangan banyak protes, kau sangat demam Nilam!"

Nilam akhirnya diam menurut saat tubuhnya mulai diangkat oleh salah satu bodyguard Arga.

Sepanjang perjalanan Sarah meminta bodyguard Arga untuk menghubungi Arga maupun Vandam karena Ia tidak memiliki ponsel namun sayangnya tidak ada yang menjawab panggilan hingga mereka sampai dirumah sakit.

Nilam dibawa ke UGD dan segera ditangani oleh para dokter sementara Sarah menunggu diluar dengan raut wajah cemas.

"Awas minggir, cepat minggir!" suara ramai dari arah luar membuat Sarah menatap ke arah itu.

Segerombolan orang terlihat membawa ranjang dorong dan ada yang berbaring disana. Dibelakangnya seseorang yang Sarah kenali terlihat berjalan cepat mendampingi.

"Bukankah itu Vandam." gumam Sarah akhirnya menyadari.

Mata Sarah melotot, benar yang berlari itu Vandam semetara yang berbaring diranjang dorong...

Arga.

Bersambung....

Jan lupa like vote dan komenn

Terpopuler

Comments

Dewi Soraya

Dewi Soraya

nilam ko gt y.kyk diam2 sk m arga.emang vandam kurang y

2024-05-22

3

🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️

🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️

jngn sampai Nilam hamil

2024-05-17

0

Eka Bundanedinar

Eka Bundanedinar

vadam kenapa jahat ya sama arga pdhl tngan kanan arga loh
adamsalah apa ya antara nilam vadam dan arga
firasat nilam bnr arga celaka

2023-02-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!