11

Saat makan malam bersama, Sarah lebih banyak diam, tidak banyak protes seperti biasanya.

Sarah masih memikirkan tentang pekerjaan Arga yang menjadi mafia.

Arga tidak akan selalu ada untuknya, ya Sarah harus mulai mengerti itu dari sekarang padahal saat ini Sarah sudah merasa sedikit nyaman dengan Arga namun Sarah kembali dibuat gelisah oleh pemikirannya sendiri.

"Kau hanya diam, apa berarti makanan ini sesuai seleramu?" tanya Arga.

Sarah hanya mengangguk tidak mengeluarkan suaranya.

Arga meletakan sendoknya dengan kasar hingga menimbulkan suara dan Sarah terkejut.

"Aku tidak suka kau hanya mengangguk saat aku bertanya, jika kau tidak ingin hidup dengan monster, rubahlah perilaku mu!" kata Arga lalu pergi meninggalkan Sarah yang masih makan.

Sarah menatap punggung Arga, Ia tak percaya Arga akan semarah itu padanya hanya karena Sarah tidak membalas ucapan Arga.

"Tuan memang sangat sensitif Nona," Suara Nila terdengar.

Sarah berbalik dan melihat Nira berdiri dibelakangnya.

"Nona harus bisa menjaga perasaan Tuan agar Tuan bisa memperlakukan Nona dengan baik. kuncinya jangan membatah apapun yang Tuan katakan dan jangan hanya diam saat Tuan bertanya." Jelas Nila seolah sudah tahu segalanya tentang Arga.

"Sudah berapa lama kau bekerja disini hingga tahu segalanya seperti itu?" tanya Sarah penasaran.

"Sejak kecil Nona, nasib kita hampir sama. Saya berada disini karena hutang ibu saya namun saya tidak seberuntung Nona yang bisa menikah dengan Tuan Arga."

Sarah mendengus, "Aku bahkan tidak merasa jika ini sebuah keberuntungan!"

Nila tersenyum, "Sebaiknya Nona segera menyusul Tuan dan minta maaf."

Sarah menghela nafas panjang, Ia akhirnya menuruti apa yang Nila katakan.

Sarah keluar mencari Arga hingga Ia melihat Arga berdiri dipinggir pantai, menikmati udara malam juga suara ombak saat malam hari.

"Disini dingin apa kau tidak takut masuk angin?" tanya Sarah pada Arga.

Arga tidak menjawab, hanya diam.

"Apa yang harus ku lakukan? Dia benar benar menakutkan jika seperti ini." batin Sarah.

Sarah akhirnya memberanikan diri berdiri didepan Arga lalu memeluk Arga.

Arga yang awalnya tidak ingin menerima pelukan Sarah akhirnya membiarkan Sarah memeluknya karena Ia merasa sangat nyaman.

"Setidaknya bersabarlah sedikit, aku hanya masih terkejut dengan semua ini." ungkap Sarah.

Entah mengapa Arga malah tersenyum mendengarkan ucapan Sarah, Ia pun ikut memeluk Sarah.

"Disini dingin, ayo kita masuk." ajak Arga melepaskan pelukannya.

"Aku lelah, apa kau mau mengendongku?" tanya Sarah memasang wajah mengemaskan.

Arga tertawa, segera menepuk punggungnya.

Kini Sarah sudah digendong oleh Arga. keduanya kembali memasuki kamar.

"Tidurlah lebih dulu, ada yang harus ku kerjakan." pinta Arga baru saja membaringkan Sarah di ranjang.

Arga terlihat mengambil laptopnya lalu duduk disofa dan mulai menatap layar laptopnya.

Sarah masih belum bisa memejamkan mata, Ia malah menatap ke arah Arga sedari tadi.

Karena merasa jenuh, Sarah akhirnya ikut duduk disamping Arga.

"Aku tidak bisa tidur." ungkap Sarah.

Arga tidak mengubris Sarah, Ia tetap fokus menatap layar laptopnya hingga Sarah penasaran dan mengintip apa yang Arga lihat.

Arga tengah membaca sebuah pesan yang tulisannya tidak bisa dipahami oleh Sarah.

"Tulisan apa itu?"

"Romawi kuno."

"Kau bisa membacanya?"

Arga mengangguk.

"Sangat keren" puji Sarah membuat Arga tersenyum lalu menutup laptopnya.

"Apa kau tidak bisa tidur karena tidak ada aku disampingmu?" tanya Arga yang langsung membuat pipi Sarah memerah malu.

"Tidak, aku hanya belum bisa tidur saja." sangkal Sarah.

Sarah akhirnya memilih kembali ke ranjang dan Arga mengikutinya.

"Lanjutkan saja pekerjaanmu, aku tidak akan menganggu!" kata Sarah yang kini sudah menutupi dirinya dengan selimut, bersiap untuk tidur.

Arga malah tertawa, "Apa seperti ini rasanya jika wanita marah, kau malah terlihat mengemaskan." goda Arga.

"Aku tidak marah, sudah sana bekerja lagi saja!"

"Pekerjaanku sudah selesai jadi aku akan menemanimu disini."

"Terserah." kata Sarah berbalik memunggungi Arga namun segera Arga membalikan tubuh Sarah.

"Jika kau menatapku seperti itu, aku tidak akan bisa tidur!" protes Sarah.

"Ada cara lain agar kau cepat tertidur." kata Arga sambil tersenyum nakal.

"Cara seper-" belum sempat menyelesaikan ucapannya, Arga sudah membungkam bibir Sarah.

Arga melakukannya lagi dan Sarah menikmati setiap sentuhan Arga tanpa protes sedikit pun.

Mereka melakukan sekali setelah itu Arga membawa Sarah ke dalam pelukannya.

"Aku tidak mengantuk, mataku malah semakin terbuka lebar!" keluh Sarah membuat Arga tertawa.

"Kau ternyata bisa tertawa." celetuk Sarah memudarkan tawa Arga.

"Ada yang ingin ku tanyakan padamu."

"Apa?"

"Sebenarnya aku ini istri keberapa?" tanya Sarah masih sangat penasaran.

"Istri pertama, baru kali ini aku menikah." ungkap Arga.

Sarah menatap tak percaya, "Tidak mungkin, kau pasti bohong!"

"Jangan bertanya jika tidak percaya!"

Sarah tersenyum melihat Arga mulai kesal, "Aku pikir kau akan menikahi para gadis yang tidak bisa membayar hutang." kata Sarah lagi.

"Kau pikir aku segila itu?"

Sarah tersenyum, "Jadi aku ini istri pertama mu?"

Arga mengangguk, "Apa kau merasa bangga?"

Sarah diam, tidak tahu harus menjawab apa.

"Jangan merasa bangga memiliki ku, aku tidak sebaik yang kau pikirkan."

"Lalu kau sejahat apa?" tanya Sarah.

Baru ingin menjawab, keduanya dikejutkan oleh bunyi ponsel Arga yang berdering.

"Ada apa?" tanya Arga dengan suara dingin.

Sarah melihat Arga mendengar suara seseorang yang meneleponnya lalu berkata, "Baiklah aku akan segera kesana." kata Arga lalu mengakhiri panggilan.

Tanpa mengatakan apapun, Arga beranjak dari ranjang, Ia mengambil pakaiannya berserakan dan membawanya ke kamar mandi.

"Kau mau kemana?" tanya Sarah saat melihat Arga keluar dari kamar mandi dan sudah kembali rapi dengan setelan jasnya, hanya saja rambut Arga masih basah.

"Tidurlah, aku harus pergi sekarang." ucap Arga bersiap untuk pergi.

Sarah segera beranjak dari ranjang, Ia mengambil haidryer "Biarkan aku mengeringkan..." ucapan Sarah terhenti saat melihat Arga sudah keluar dari kamar.

Sarah hanya bisa menghela nafas panjang, "Sepertinya aku harus mulai terbiasa seperti ini, ditinggalkan saat selesai dipakai."

Sarah kembali berbaring, Ia tidak tahu lagi apa yang harus Ia lakukan, ponselnya bahkan tidak ada, entah kemana ponselnya pergi.

Hanya ada televisi namun tidak ada film yang bagus di tonton.

Sarah bosan sangat bosan hingga Ia berbaring di ranjang dan terlelap dengan sendirinya.

Sarah berharap saat bangun sudah ada Arga disampingnya namun nyatanya hingga pagi Ia bangun, Arga masih belum kembali.

"Jika Nona menunggu kepulangan Tuan, Nona pasti akan sering kecewa." kata Nila yang pagi ini menyiapkan sarapan untuknya.

"Apa dia memang jarang pulang?"

Nila mengangguk, "Tuan pergi sesukanya dan pulang pun juga sesukanya, Nona harus mulai terbiasa dengan itu."

Sarah tersenyum hambar, "Lalu akan rumah tangga macam apa jika seperti itu?"

Bersambung...

Terpopuler

Comments

LiLiana Veronica Lie

LiLiana Veronica Lie

aduh jd kepingin dinikahi mafia heheh

2023-03-29

0

Eka Bundanedinar

Eka Bundanedinar

kamu dinikahi mafia sarah jdhrs tau pkrjaannya jg wlpun kejam nyatanya dia baik sama kamu

2023-02-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!