Ami menatap ke arah Arga tak percaya, Ia mengangguk dan membiarkan Arga pergi melewatinya.
"Apa kau yakin dia hanya gadis biasa?" tanya Ami pada salah satu anak buahnya yang sedari tadi menemaninya.
"Sepertinya tidak Nyonya, gadis itu terlihat spesial apalagi Tuan muda sampai mengenggam erat tangan gadis itu, hal yang tidak pernah Tuan muda lakukan pada gadis manapun."
"Aku setuju dengan ucapanmu, cari tahu tentang gadis itu. Aku tidak mau melihat Arga jatuh cinta hingga membuatnya tunduk pada seorang gadis!" pinta Ami yang langsung diangguki anak buahnya.
Sementara didalam mobil, baik Arga, Sarah maupun Vandam hanya diam saja tidak ada yang berbicara sampai diapartemen.
"Istirahatlah, kita akan pergi lagi nanti malam." kata Arga yang langsung diangguki oleh Vandam.
Vandam segera masuk ke kamar dimana ada Nilam yang masih terlelap disana.
Setelah melihat blue film secara nyata membuat Vandam merasa Ingin melakukannya namun Vandam ingin mandi lebih dulu sebelum menikmati tubuh Nilam.
Dan dikamar lain, Sarah masih berada balkon kamar sembari menunggu Arga selesai mandi. Sebelumnya Arga menawari Sarah mandi bersama namun Sarah menolaknya mentah mentah.
Sarah masih merasa sakit hati dengan ucapan Arga.
"Membuangku jika dia sudah bosan? Baiklah memang itu yang ku tunggu, lagi pula siapa yang mau hidup selamanya dengan mafia kejam seperti dia!" umpat Sarah lalu berbalik, berniat memasuki kamar namun terkejut karena Arga berdiri didepan pintu.
Wajah Sarah memucat, takut Arga mendengar umpatannya berbeda dengan Arga yang malah tersenyum,
"Mandilah, kau bilang ingin mandi." kata Arga yang langsung diangguki oleh Sarah.
Sarah berjalan melewati Arga, Ia sempat menatap raut wajah Arga yang terlihat biasa saja.
"Dia tidak mendengar, dia pasti tidak mendengar." gumam Sarah saat sudah berada didalam kamar mandi.
Sarah melucuti bajunya dan segera mandi keramas, selesai mandi, Ia menepuk jidatnya karena lupa membawa handuk.
"Sial, bagaimana ini... Tidak mungkin aku keluar dalam keadaan seperti ini, bisa bisa Ia mengira aku sedang menggodanya." gumam Sarah memikirkan cara agar Ia mendapatkan handuk.
Sarah membuka pintu sedikit, Ia menyembulkan kepalanya keluar pintu dan melihat Arga tengah duduk disofa sambil memainkan tab nya.
"Aku harus memanggilnya apa? Tidak mungkin aku memanggilnya hanya Arga," batin Sarah mulai bingung.
Sarah akhirnya berdehem namun tidak membuat Arga menatap ke arahnya.
"Sial, dia pasti mengerjaiku!" umpat Sarah dalam hati.
"Mas..." dengan nada berat dan suara pelan, Sarah akhirnya memanggil Arga layaknya seorang istri memanggil suaminya.
Arga masih diam, belum menatap ke arahnya.
"Mas...'' panggil Sarah sekali lagi dan kali ini suaranya lebih keras hingga Arga menatap ke arahnya.
"Kau memanggilku apa barusan?" tanya Arga menatap Sarah keheranan.
"Mas... Apa ada yang salah?"
Arga malah tertawa membuat Sarah berdecak, "Bukankah memang biasanya seperti itu?" heran Sarah.
"Baru kali ini ada yang memanggilku Mas jadi aku merasa geli, ada apa? Kenapa tidak keluar?" tanya Arga melihat hanya kepala Sarah yang menyembul keluar.
"Aku lupa bawa handuk, bisa ambilkan handuk untuk ku?"
"Apa masalahnya? Keluar saja, lagipula aku juga sudah melihat semuanya." balas Arga santai.
Mata Sarah melotot, "Tidak mau, tolong ambilkan handuknya." pinta Sarah sekali lagi namun Arga tidak bergeming, masih diam ditempatnya.
"Mas..." Sarah masih memohon.
"Ambilah sendiri, aku sibuk."
Sarah melotot tak percaya, suaminya itu benar benar tega, Ia hanya meminta tolong sedikit saja namun tidak mau membantu.
Sarah akhirnya kembali memilih masuk ke kamar mandi, Ia berfikir bagaimana bisa keluar untuk mengambil handuk dan baju ganti.
Dengan sangat terpaksa Sarah memakai bajunya yang tadi sudah Ia pakai.
Sarah keluar dari kamar mandi dengan wajah masam, Arga yang sempat meliriknya tertawa geli seolah mengejeknya.
"Dasar menyebalkan, lihat saja jika meminta aku tidak akan memberi!" omel Sarah setelah mengambil baju ganti dan kembali ke kamar mandi.
Selesai berganti baju, Sarah keluar, melihat Arga sudah tidak duduk disofa melainkan berbaring diranjang.
"Baby..." panggil Arga sambil menepuk nepuk sampingnya yang kosong.
Sarah tidak bergeming, hanya diam ditempat, ingin membalas Arga.
"Come on baby, aku tidak suka menunggu."
Seolah sudah terhipnotis, Sarah akhirnya berjalan mengampiri Arga.
Dengan satu tarikan tangan, Kini Sarah sudah berada diatas Arga.
"Cantik dan wangi." puji Arga.
"Apa kau ingin melakukannya lagi?" protes Sarah saat tangan Arga tidak bisa diam, mulai mengerayangi tubuhnya.
"Rasanya aku ingin melakukannya setiap saat."
"Bagaimana jika aku hamil? Kau tidak pernah memakai pengaman!"
"Kamu tidak akan pernah hamil."
Sarah mengerutkan keningnya heran, "Kenapa kau bisa berbicara seperti itu?"
Arga hanya tersenyum, lebih memilih mencium bibir Sarah.
Namun dengan sekali sentakan Sarah melepaskan ciuman Arga.
"Apa karena aku hanya wanita sementara untukmu jadi kau tidak ingin aku hamil?" Sarah masih penasaran.
Arga terlihat mulai kesal, Ia tidak suka penolakan, "Kau cukup menjadi istri yang baik, melayani ku jika ingin dan menungguku jika aku sedang pergi!"
Sarah tersenyum masam, "Jika itu yang kau inginkan seharusnya kau tidak menikahiku, seharusnya kau memberi waktu untuk mencicil hutang Ayahku!"
Arga mulai marah, "Kau menyesal sudah menikah dengan ku?"
"Ya, aku sangat menyesal karena pada kenyataannya aku ini bukan istrimu tapi hanya sekedar teman tidur yang akhirnya kau buang jika kau sudah bosan."
Mendengar ucapan Sarah membuat Arga emosi, Arga kini sudah berada di atas Sarah. Memaksa Sarah untuk melakukannya, tidak peduli Sarah yang mengumpat dengan kata kata kotor, Arga menenangkan dirinya dengan memperkosa Sarah.
Hal yang sama juga terjadi dikamar Nilam. yang membedakan jika Sarah mengumpat sementara Nilam hanya diam, menikmati sentuhan Vandam yang tidak Ia inginkan.
Setelah puas menikmati tubuh Nilam, Vandam segera terlelap sementara Nilam beranjak dari ranjang, membersihkan tubuh kotornya lalu keluar dari kamarnya.
Nilam menatap jam dinding, pukul 9 pagi, hampir 3 jam Vandam menggauli dirinya.
Nilam keluar dari apartemen untuk membeli bahan makanan karena Ia harus masak untuk makan siang.
Kembali dari luar, Nilam melihat Sarah duduk dimeja makan dengan keadaan yang berantakan. Wajah sembab Sarah menandakan jika Ia baru saja menangis.
"Ada apa Nona?" tanya Nilam mengambil segelas air putih lalu memberikan pada Sarah.
Nilam duduk disamping Sarah, Ia melihat ada banyak bercak merah di leher Sarah, bercak yang sama seperti yang Ia miliki hanya saja jika dirinya berada di dada.
"Nona baik baik saja? Apa Nona sakit?" tanya Nilam melihat Sarah hanya diam saja belum merespon ucapannya.
"Apa kau suka tinggal disini?" tanya Sarah.
Giliran Nilam yang diam.
"Ayo kita kabur dari sini!"
Nilam terkejut dengan permintaan Sarah.
Bersambung....
Jangan lupa like vote dan komenn
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️
jangan mimpi' bisa kabur
2024-05-17
2
Eka Bundanedinar
cari masalah ya sarah...tp siapa jg yg mau jd istri trs dibuang
2023-02-09
0