Selama beberapa saat Bambang Priambodo terdiam di tempat dan menyadari jika saat ini tidak sendirian di dalam ruangan, begitu mendengar suara Putri.
"Sepertinya Anda sedang banyak masalah dan harus menyelesaikan pekerjaan. Jadi, saya pergi dulu, Tuan agar bisa berkonsentrasi dalam bekerja." Putri saat ini bangkit berdiri dari sofa dan menggendong putranya.
Sementara itu, Bambang Priambodo berbalik badan dan saat ini menatap ke arah ibu dan anak tersebut. Seketika mendapatkan ide di kepala.
"Tunggu, Putri."
Putri yang tadinya menunggu tanggapan dari pria paruh baya tersebut saat berpamitan, kini menunggu dan tidak jadi melangkah ke pintu keluar. "Iya, Tuan Bambang. Apa ada yang Anda butuhkan?"
"Aku saat ini sedang mengalami masalah besar dan membutuhkan bantuan, tapi ini sangatlah berat dan aku tidak yakin bisa mengatakannya," ucap Bambang dengan penuh keraguan.
"Katakan saja, Tuan. Saya pasti akan membantu Anda jika bisa. Apalagi selama ini sudah banyak mendapatkan kebaikan dari Anda dan bisa kembali berjalan seperti ini. Jadi, saya harus membalas budi dengan cara membantu saat Anda membutuhkan."
Saat ini, Putri masih menatap intens sosok pria yang berdiri tak jauh dari hadapannya tersebut dan menunggu penjelasan mengenai bantuan apa yang dibutuhkan dan pastinya akan dilakukan karena sudah banyak berhutang budi.
Namun, ia seketika membulatkan mata begitu mendengar apa yang baru saja diinginkan oleh pria yang sudah banyak membantunya tersebut.
"Menikahlah dengan putraku. Aku saat ini diambang kehancuran dan sepertinya jalan ini adalah terbaik untuk menyelamatkan perusahaan serta nama baik putraku," seru Bambang yang akhirnya meloloskan permintaan karena berpikir bahwa tidak ada jalan lain untuk menutupi ketidaknormalan putranya.
Bambang terpaksa meminta tolong Putri, meskipun mengetahui bahwa itu akan membuat hidup wanita tersebut menderita.
Namun, karena saat ini sangat frustasi dan bingung, sehingga berpikir hanya itu satu-satunya jalan untuk menyelesaikan masalah yang menimpa.
Putri yang saat ini benar-benar sangat terkejut karena tidak pernah menyangka jika pria yang sudah dianggap seperti ayah kandung sendiri tersebut meminta tolong untuk menjadi menantu perempuan.
Padahal sudah berjanji pada diri sendiri untuk tidak akan menikah lagi meski apapun yang terjadi karena sudah terlalu sakit untuk membuka hati pada seorang pria.
"Tuan, saya tidak berniat untuk menikah lagi karena hanya ingin menjadi single parent untuk Xander."
Baru saja menutup mulut, Putri kembali dikejutkan oleh kenyataan yang menampar dirinya begitu mendengar cerita dari pria yang telah menolongnya tersebut.
"Anggap ini hanyalah sebuah sandiwara untuk menutupi aib putraku yang ketahuan oleh wartawan merupakan gay. Aku hanya ingin kamu menyelamatkan nasib perusahaan yang terancam mengalami kebangkrutan jika sampai harga saham anjlok begitu kabar ini tersebar di media."
"Bahkan aib putraku akan menjadikannya mendapatkan banyak hujatan dari semua orang," ujar Bambang Priambodo yang saat ini tengah memikirkan masa depan putranya.
Putri merasa sangat terkejut dengan kenyataan yang sama sekali tidak pernah disangka olehnya. Bahkan tidak bisa berkata-kata untuk sekedar menanggapi kenyataan mencengangkan yang dialami oleh pria paruh baya tersebut.
'Gay? Astaga! Jadi, tuan Bambang yang seperti malaikat ini mempunyai putra yang menyukai sesama jenis? Apakah itu yang menjadi alasan selalu berbuat baik dengan suka menolong orang?'
'Saat aku merasa adalah wanita paling menderita di dunia ini saat cacat, tapi ternyata tuan Bambang yang kaya dan sukses ini jauh lebih menderita.'
Putri menelan saliva dengan kasar kala membayangkan bagaimana para gay bercinta. Bahkan ia tidak bisa membayangkan jika memenuhi keinginan dari pria yang merupakan dewa penolongnya tersebut.
"Tuan, saya ...."
Bambang Priambodo kini bisa melihat ekspresi shock dari sosok wanita yang bahkan untuk berbicara saja kesusahan. Ia yang merasa putus asa, refleks berbicara seperti itu dan sangat menyesal karena terkesan memanfaatkaj.
Ia khawatir jika Putri akan berpikir bahwa ia menuntut balas budi atas pertolongannya. Padahal selama ini sangat tulus dan tidak pernah berpikir untuk meminta Putri menikah dengan putranya.
"Maafkan aku, Putri. Lupakan saja semuanya. Aku tadi sangat shock dan stres saat orang kepercayaanku mengabarkan hal buruk ini. Ini merupakan tanggungjawabku sebagai seorang ayah. Jadi, aku tidak akan melibatkanmu."
Putri yang merasa sangat bingung harus berkomentar apa, kini hanya diam. Jujur saja ia benar-benar sangat shock begitu mengetahui putra pria di hadapannya adalah seorang gay.
"Tuan, saya turut berdukacita atas kenyataan pahit yang menimpa putra Anda. Bukannya saya tidak tahu diri karena tidak mau menolong Anda, tapi butuh waktu untuk berpikir. Tolong berikan saya waktu untuk memikirkan terlebih dahulu."
Refleks Bambang Priambodo menggelengkan kepalanya karena tidak ingin Putri terbebani dengan kalimat asalnya.
"Tidak perlu. Aku akan menyelesaikan semuanya. Lebih baik kamu pulang sekarang karena aku aku pun harus mengurus masalah yang dibuat putraku. Lupakan saja apa yang aku katakan tadi."
Kemudian Bambang menatap ke arah sosok anak laki-laki yang duduk di sofa sambil bermain game. "Nanti mainan Xander akan dikirim ke rumah. Aku akan menyuruh orang untuk membelikannya dulu di Mall."
Putri sebenarnya bisa memahami seperti apa pria yang saat ini terlihat sangat redup itu. Namun, tidak bisa melakukan apapun karena mengetahui jika pria hebat itu sangat sibuk.
Akhirnya memilih untuk menurut dan menggandeng putranya setelah menyuruh turun dari sofa.
"Baiklah, Tuan. Saya pulang dulu. Semoga semua masalah bisa cepat selesai. Saya pergi dulu." Putri menyunggingkan senyuman tipis sebelum berbalik badan dan berjalan menuju ke arah pintu.
Saat ini, ia masih menggandeng putranya yang selalu patuh padanya dan membuka pintu. Hingga saat ia mengarahkan tangan pada kenop pintu, kembali mendengar suara bariton dari pria paruh baya tersebut.
"Hati-hati di jalan, Putri."
"Iya, Tuan," sahut Putri yang menoleh sekilas dan membuka pintu, lalu berjalan keluar.
Sementara itu, Bambang Priambodo masih berdiri di tempat dan melihat siluet Putri sudah menghilang di balik pintu, kini mengembuskan napas kasar.
"Aldiano! Kapan kau akan berhenti dari kegilaanmu? Apakah kau akan berhenti setelah papa menyusul mamamu?" sarkas Bambang Priambodo yang saat ini merasa sangat frustasi dan mengacak rambutnya hingga berantakan.
Sementara itu di luar ruangan, Putri yang baru saja masuk ke dalam lift, mengembuskan napas berat dan terus memikirkan ekspresi wajah pria yang telah banyak membantunya tersebut.
"Ya Allah, kenapa Engkau memberikan cobaan begitu berat pada seorang pria sebaik tuan Bambang? Apakah ini cobaan untukku masih belum berhenti saat aku sudah kembali bisa berjalan?"
"Jika sampai aku setuju, harus menghabiskan seluruh hidupku dengan pria penyuka sesama jenis," lirih Putri yang kini benar-benar tengah dilanda kebimbangan teramat sangat.
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 298 Episodes
Comments