Putri baru saja mendengar penjelasan dari dokter mengenai dampak kecelakaan yang dialami. Bahwa ia kini telah lumpuh dan dunianya seketika hancur saat itu juga. Hingga ia mengingat semua kutukan dari mantan suami pertama dulu yang diselingkuhi.
Kini, ia kini bersimbah air mata dan meratapi nasib buruknya, tidak berhenti menghiasi ruangan kamar perawatan dipenuhi suara tangisannya.
"Tolong aku, Dokter. Aku ingin berjalan lagi dan tidak ingin cacat. Aku punya putra yang masih kecil dan harus kurawat." Putri yang baru saja menutup mulut, merasakan rasa kantuk luar biasa dan saat ingin mendengar jawaban dari dokter, kesadaran perlahan menghilang.
Melihat pasien yang shock karena tidak bisa terima dengan kenyataan yang dialami, sehingga memberikan kode pada perawat agar menyuntikkan obat bius agar bisa beristirahat dan lebih tenang.
Terlihat Putri kini perlahan-lahan menutup mata dan masih bisa menyadari jika cairan yang disuntikkan ke selang infus oleh perawat itu adalah obat bius.
Hingga meskipun saat ini ingin memohon pada dokter agar menyembuhkan kakinya, tapi beberapa saat kemudian kehilangan kesadaran.
Sementara itu, sosok wanita yang bernama Yeni dari tadi hanya diam di sebelah kiri ranjang, tidak bisa berkomentar apapun atas semua kemalangan pasien tersebut.
'Kasihan sekali nasib wanita ini. Masih muda dan cantik, tapi berakhir seperti ini. Menjadi janda dan cacat, bukanlah sebuah hal yang mudah bagi seorang ibu yang harus membesarkan putra sendiri.'
Tanpa ada suami maupun keluarga lain yang datang karena dari semalam tidak menyuruhku menghubungi saudara.
Hingga sang dokter kini menatap ke arah wanita yang menjaga dan berpikir itu adalah kerabat. "Pasien sangat shock dan harus mendapatkan semangat dari pihak keluarga."
"Semakin banyak keluarga yang memberikan semangat agar lebih kuat menghadapi kenyataan, itu akan berguna dan menjadi obat dari perasaan hancur sekaligus terpuruk."
Sontak saja pesan dari dokter berhasil membuat kepala Yeni pusing dan tidak tahu harus berkomentar apa. Namun, mengungkapkan sesuatu yang baru diketahui.
"Pasien adalah seorang janda anak satu dan tidak ada sanak saudara yang ingin dihubungi. Hanya satu orang yang datang dan itu pun tak lain adalah pekerja dan membawa putranya."
Sang dokter yang kini mengingat sosok pria yang membawa pasien adalah orang terkenal, kini mengungkapkan sesuatu. "Mungkin tuan Bambang bisa membantu mencari keluarga pasien."
Du saat bersamaan, melihat pria yang dibicarakan masuk ke dalam ruangan perawatan.
"Aku sudah mencari tahu semuanya, Dokter dan ada hal yang ingin kutanyakan pada Anda mengenai masalah kelumpuhan wanita ini."
Sementara itu, sang dokter yang hendak keluar dari ruangan, kini mengangguk perlahan untuk menyapa orang hebat yang baru masuk dan memanggilnya.
"Ya, Tuan Bambang," ucap sang dokter yang kini merasa ada sesuatu hal penting akan dibicarakan dan tentunya berkaitan dengan sosok wanita mengalami kelumpuhan itu.
Bambang Priambodo yang tadinya ingin menunggu di luar ruangan sampai dokter keluar, merasa tidak tega mendengar rintihan dari Putri dan membuatnya ingin segera memberi tahu jika akan menolong.
"Mengenai hasil pemeriksaan intensif mengenai kaki Putri, aku ingin Anda segera melakukan itu agar bisa segera melihat hasilnya dan melakukan penanganan. Aku sudah berbicara dengan dokter yang menangani kelumpuhan."
"Baik, Tuan. Kami akan langsung melakukan pemeriksaan intensif dengan alat-alat yang canggih di rumah sakit ini. Saya akan menyuruh perawat untuk segera membawa pasien ke ruangan."
Sang dokter kini tersenyum simpul dan mulai berjalan menuju ke arah pintu setelah mengatakan pada perawat agar bersama yang lain segera membawa pasien ke ruangan pemeriksaan khusus.
***
Beberapa saat kemudian, Putri terbangun dari tidur panjangnya dan melihat sosok pria paruh baya yang kemarin menolong.
"Tuan, terima kasih karena sudah menyelamatkan saya dengan membawa ke rumah sakit."
Bambang kini menatap seorang wanita di atas ranjang dan berjalan mendekat untuk berbicara. "Aku akan bertanggung jawab untuk membuatmu bisa berjalan lagi."
"Jadi kamu tenang saja dan harus merasa yakin akan bisa sembuh. Bila perlu, aku akan membawamu berobat ke luar negeri, jadi bisa berjalan lagi seperti semula."
Putri yang tadinya masih merasa syok dengan kenyataan yang menimpa, kini merasa heran padahal sosok pria di hadapannya tersebut karena merasa aneh ada yang mau menolong.
"Apa yang menjadi alasan Anda menolong saya? Bahkan bukan Anda yang menyebabkan saya kecelakaan. Lalu kenapa berbuat baik pada orang yang bahkan tidak ada hubungan apapun dengan Anda," sahut Putri dengan perasaan berkecamuk.
Jujur saja ia merasa curiga jika ada seseorang yang berbuat baik padanya sekaligus trauma karena selama ini mendapatkan kebaikan dari orang dan ternyata memiliki niat jahat.
Putri tidak ingin kejadian satu tahun lalu terulang kembali, seperti yang dilakukan oleh Ardiansyah. Bersikap baik dan menolongnya, yang dipikir tulus, ternyata berbuat jahat di belakangnya dan hampir saja memperkosanya.
Meskipun kejadian itu telah berlalu cukup lama dan tidak berhasil karena ada orang yang melihat, ia tetap tidak bisa melupakan hal itu sampai sekarang. Ada luka cukup dalam yang dirasakan dan tidak ingin kejadian itu kembali menimpa dengan menerima bantuan dari seorang pria.
"Saya tidak membutuhkan bantuan Anda, Tuan Bambang Priambodo." Putri mencoba untuk menguatkan diri dan berpikir bahwa lebih baik cacat daripada menjadi wanita murahan karena saat ini yang ada di pikiran hanyalah pria di hadapannya tersebut menginginkan sesuatu darinya.
Apalagi jika bukan menginginkan tubuhnya yang memang selama ini menjadi incaran para pria. Padahal tidak pernah mengganggu ataupun merayu, tidak membuat Putri merasa tenang ataupun hidup damai dari para pria yang jahat dan mencari keuntungan darinya.
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 298 Episodes
Comments