Satu bulan telah berlalu, Putri yang saat ini tengah berusaha untuk menggerakkan kaki ketika hendak pergi ke kamar mandi saat malam hari.
Ia merasa sangat kesusahan dan harus memforsir tenaga sangat besar karena hari ini pelayan yang selama ini bekerja untuknya dan selalu membantu, tengah sakit, sehingga tidak ingin menyusahkan dan berusaha sendiri pergi ke kamar mandi.
Namun, ketika hendak berpindah ke closet, ia terjatuh dan saat ini terbentur lantai kamar mandi dalam posisi tengkurap.
Putri meringis kesakitan ketika kening yang terbentur lantai terasa nyeri. 'Kenapa hanya ingin pergi ke toilet saja tidak bisa sendiri. Sampai kapan aku menyiksa diri seperti ini?'
'Aku benar-benar tidak kuat menjalani ini semua jika seumur hidup harus mengandalkan bantuan orang lain saat melakukan hal-hal kecil,' gumam Putri yang seketika mendengar suara dari pelayan.
"Nyonya Putri, kenapa bisa seperti ini?" Pelayan wanita yang saat ini sedang sakit, tidak bisa tidur dan kebetulan menangkap suara cukup keras dari kamar mandi dan membuatnya segera bangkit dari ranjang untuk memeriksa.
Hingga merasa sangat terkejut begitu melihat majikannya sudah jatuh terlentang di atas lantai kamar mandi.
"Aku hanya ingin pergi ke kamar mandi tapi tidak bisa melakukan sendiri. Bukankah aku tak lebih dari seorang wanita tidak berguna?" Putri yang saat ini sudah dibantu oleh pelayan untuk berpindah ke kursi roda, merasa miris dengan nasib hidupnya.
"Kenapa tidak meminta bantuan saat ingin ke kamar mandi, Nyonya."
"Kamu sedang sakit dan aku tidak ingin membuatmu semakin bertambah pusing mengurus wanita tidak berguna sepertiku," sahut Putri yang saat ini benar-benar ingin marah dengan diri sendiri.
"Jangan berbicara seperti itu, Nyonya. Sudah merupakan tugas saya untuk membantu Anda karena memang itu menjadi pekerjaan di sini. Lain kali, jangan melakukan hal seperti ini lagi sendirian karena itu sangat berbahaya."
Pelayan tersebut akhirnya membantu majikan untuk berpindah ke closet. Kemudian menunggu di luar dan setelah selesai, kembali masuk.
Beberapa saat kemudian, dua wanita tersebut keluar dari kamar mandi dan langsung ke kamar.
Putri sudah berpindah dari kursi roda ke atas ranjang dan kembali merebahkan tubuh yang terasa sakit semua karena terjatuh tadi.
"Terima kasih. Kamu bisa melanjutkan istirahat."
Kemudian wanita yang masih tidak tega meninggalkan majikannya tersebut mengatakan sesuatu hal. "Nanti langsung telepon saya saja jika ingin pergi ke toilet ataupun mau apa saja."
Putri saat ingin mengajukan kepala, serta berkali-kali mengucapkan terima kasih kepada pelayan dan menyuruh untuk beristirahat.
Saat pintu kamar sudah ditutup dari luar, Putri memilih untuk mengambil ponsel di atas nakas.
Kemudian mencari kontak dari pria merupakan pemilik perusahaan yang dulu menawarkan bantuan. Ia dulu memang langsung menyimpan nomor Bambang karena khawatir jika kartu nama akan hilang dan terlupa.
Tanpa memperdulikan bahwa saat ini sudah tengah malam, Putri memencet tombol panggil karena berpikir bahwa sudah tidak bisa menahan penderitaan sebagai orang cacat. Jadi, memutuskan untuk menerima bantuan pria itu.
Selama beberapa detik menunggu, tidak butuh waktu lama karena Putri mendengar suara bariton dari seberang telpon.
"Halo."
"Tuan Bambang Priambodo." Putri berbicara dengan nada suara tertahan karena merasa bingung harus memulai dari mana.
"Ya? Siapa?" sahut Bambang Priambodo yang baru saja masuk ke dalam ruangan kamar setelah hari ini lembur di ruang kerja karena ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.
Sementara itu, Putri yang saat ini menguatkan hati dan juga tekad untuk mengatakan niatnya, langsung membuka mulut dan tidak bertele-tele.
"Saya Putri dan apakah tawaran Anda masih berlaku untuk menolong saya pergi ke dokter terbaik agar bisa berjalan lagi? Baru satu bulan menjalani kehidupan sebagai wanita cacat, rasanya saya tidak kuat menjalani hidup seperti ini. Apakah Anda masih mau membantu saya?"
Hening selama beberapa detik karena tidak langsung mendapatkan jawaban dan membuat Putri merasa khawatir jika pria di seberang telpon berubah pikiran dan sudah tidak berniat untuk membantu.
'Jika tuan Bambang berubah pikiran, pupus sudah harapanku dan aku pasti akan selamanya hidup menderita,' gumam Putri dengan perasaan berkecamuk dan saat ini diliputi kekhawatiran.
Hingga beberapa detik kemudian mendengar suara bariton dari seberang telepon dan Putri memasang lebar-lebar telinga agar tidak salah dengar.
"Aku sudah membawa laporan mengenai hasil pemeriksaan intensif yang dilakukan Rumah Sakit sebelumnya pada dokter terbaik yang selama ini menangani pasien sepertimu."
"Dokter itu memberitahu bahwa akan dibutuhkan waktu cukup lama untuk melakukan terapi pada kakimu. Jadi, jika kamu bersedia dan berusaha, kemungkinan besar bisa berjalan lagi."
Bambang Priambodo saat ini sedikit merasa lega karena ada satu orang lagi yang bisa ditolong dan membuatnya mendapatkan pahala. Berharap semua kebaikan yang selama ini ditanam akan berbuah manis dan berbalik padanya.
Satu-satunya hal yang diinginkan hanyalah ingin putranya sadar dan kembali ke jalan benar, sehingga tidak terus tersesat.
Wajah Putri seketika berbinar begitu tawaran pria itu masih berlaku. Meskipun mengetahui bahwa akan cukup berat menghadapi hari-hari setelah terapi karena dibutuhkan waktu lama agar bisa berjalan kembali, tetapi berpikir bahwa itu jauh lebih baik daripada hanya pasrah dan menerima keadaan tanpa berusaha.
"Saya akan melakukannya demi bisa berjalan lagi karena hidup di atas kursi roda benar-benar sangat menyiksa."
"Kalau begitu, aku akan mengatakan pada dokter dan besok sopir akan menjemputmu untuk pergi ke rumah sakit saat melakukan konsultasi sekaligus jadwal terapi." Bambang Priambodo merasa lega karena keputusan Putri adalah yang terbaik, kini kembali mengatakan sesuatu.
"Kamu harus optimis dan berusaha dengan keras demi putramu. Sekarang beristirahatlah karena aku pun juga sangat lelah dan ingin tidur."
"Baik, Tuan. Terima kasih atas semuanya."
Kemudian Putri langsung mematikan sambungan telpon dengan wajah berbinar dan dipenuhi oleh kelegaan setelah mengetahui bahwa pria yang dianggap dewa penyelamat tersebut masih mau membantunya.
Putri kini menaruh ponsel di atas nakas dan berharap segera bisa berjalan lagi setelah melakukan terapi.
Kini, ia menoleh ke arah putranya yang tengah tertidur pulas dan seketika langsung memeluk erat dengan bulir air mata yang lolos tanpa seizinnya.
"Doakan Mama agar bisa kembali berjalan lagi. Mama akan memberikan semua yang terbaik untukmu setelah bisa berjalan lagi."
Kemudian ia yang merasa terharu karena masih bisa bertemu dengan orang baik setelah mengalami kemalangan, kini membersihkan bulir air mata yang menghiasi wajah dan beberapa saat kemudian memilih untuk segera tidur.
Berharap malam segera berganti pagi dan bisa pergi ke rumah sakit untuk berkonsultasi mengenai kakinya yang cacat dan mengharapkan bisa segera berjalan setelah melakukan terapi.
'Aku harus kuat dan tidak menyerah dengan takdir. Semoga aku bisa kembali berjalan seperti dulu lagi.'
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 298 Episodes
Comments
Octavia Via
bagaimana dgn Arya Thor ...?
2023-03-15
0